Trik 5 Detik yang Tenangkan Balita saat Mengamuk Tuai Kritikan
Dream - Anak-anak terutama yang berusia di bawah lima tahun (balita) seringkali mengamuk. Biasanya karena tak bisa mengungkapkan secara detail keinginannya atau ingin sesuatu sesegera mungkin.
Ayah bunda mungkin terkadang bingung menghadapi balita yang mengamuk. Terutama jika kondisinya sedang berada di area publik. Maggie Dent, seorang pakar parenting dan pendidik asal Australia mengungkap kalau ada trik lima detik yang bisa membuat balita berhenti mengamuk.
Trik tersebut dibagikan di halaman Facebook parenting bernama School Mum. Menurut Dent, ketika anak sedang mengamuk, hal terbaik yang harus dilakukan adalah mengajukan pertanyaan.
Coba bertanya seperti, "apakah itu mobil ayah?" atau "apakah adik mau minum?" atau "haruskah kita pergi dan bermain di luar?". Menurut Dent, pertanyaan itu berfungsi sebagai cara cepat dan mudah untuk mengalihkan perhatian anak dan bisa meredakan emosinya.
Komentar Kritikan
Postingan tersebut tentu saja mengundang banyak komentar netizen. Ada yang setuju dan ada yang tidak. Seperti komentar "Apa yang salah dengan anak-anak yang marah? Bagaimana dengan mengatasi sumber frustrasi untuk membantu mereka melewatinya daripada mengalihkan perhatian?".
Komentar lainnya juga memberi kritisan "Jangan mengalihkan, bicarakan, dan itu normal bagi anak-anak untuk merasakan semacam itu, sama seperti kita orang dewasa".
Nina Kaiser, Ph.D., seorang psikolog klinis dan pendiri PRACTICE San Francisco, mengatakan bahwa saran tersebut kurang tepat. Emosi yang anak rasakan tak tervalidasi dengan baik.
"Dengan mengalihkan perhatian dan meredakan emosi besar pada saat-saat tertentu, kita menghilangkan emosi anak dengan mengatakan apa yang membuat mereka kesal tidak layak untuk kita perhatikan. Juga mengirimkan pesan kepada anak-anak kami bahwa pengalaman emosional yang besar tidak baik," ujar Kaiser.
Saat anak mengamuk, coba validasi emosinya. Tanyakan "adik sedang kesal/ marah/ sedih/ mengantuk?" atau mungkin hal lain yang memicu emosinya. Dengan begitu anak tahu apa yang sedang dialami dan merasa orangtua mengerti apa yang dirasakannya. Ini sangat penting bagi tumbuh kembang emosinya.
Sumber: Parents
Ayah Bunda, Asah Kecerdasan Emosi Anak Selama Pandemi
Dream - Mengasuh anak selama pandemi merupakan hal yang cukup berat bagi para orangtua. Kita harus menjaga kesehatan anak secara ekstra, tapi juga penting untuk memenuhi kebutuhannya emosinya.
Untuk perkembangan emosi, saat anak bermain, bertemu teman sebaya, berada di lingkungan baru, akan sangat melatihnya. Sementara saat pandemi, anak lebih banyak di rumah dan hanya bertemu dengan keluarga dekat saja.
Penting untuk tetap mengasah kecerdasan emosi anak meski di rumah. Lalu bagaimana caranya?
Biarkan anak memilih
Setiap anak memiliki pilihan. Jadi, berikan ia kepercayaan untuk memilih. Siapkan ia untuk menerima penolakan dan penerimaan hal-hal yang mungkin tidak sesuai dengan keinginannya. Hal ini akan membantu anak untuk lebih berlapang dada.
Hindari membandingkannya
Setiap anak terlahir istimewa. Membandingkan anak secara fisik dan mental akan menyakiti hatinya dan membuatnya tidak percaya diri. Tentu, sebagai orangtua pun tak ingin dibandingkan bukan? Hal ini juga dialami anak-anak. Membandingkannya dengan anak lain akan berdampak buruk pada kecerdasan emosinya.
Lakukan Juga Hal Ini
Jangan Selalu menyalahkan
Anak yang sering disalahkan akan tumbuh menjadi orang yang penakut dan tidak percaya diri. Melakukan kesalahan adalah hal yang wajar, namun bukan berarti selalu menyalahkan anak. Berikan anak keleluasan dalam membuat keputusan dan pilihan.
Kurangi Mendiktenya
Pandemi adalah masa-masa sulit bagi setiap orang. Tak terkecuali bagi anak-anak. Anak perlu belajar untuk memikirkan jalan hidupnya, seperti yang kita pahami bersama pandemi banyak mengubah cara pandang dan rencana hidup. Jadi, penting bagi anak untuk memahami tujuan hidupnya.
Selengkapnya baca di Fimela.
Psikiater Anak: Jangan Jadikan Buah Hati 'Tong Sampah' Emosi
Dream - Belum ada yang tahu kapan pandemi Covid-19 bakal berakhir. Prioritas saat ini adalah mampu bertahan hidup, menjaga kesehatan fisik maupun mental seluruh keluarga termasuk anak-anak.
Untuk menjaga kesehatan fisiknya, ayah bunda pasti sudah tahu hal-hal yang harus disiapkan dan dilakukan. Mulai dari menyiapkan makanan sehat, vitamin, masker hingga face shield.
Lalu bagaimana dengan kesehatan mental anak selama pandemi? Hal tersebut kerap kali luput dari perhatian.
Menurut dr. Anggia Hapsari, Sp.KJ (K), spesialis kedokteran jiwa konsultan psikiatri anak dan remaja RS Pondok Indah Bintaro Jaya dalam webinar yang digelar RS Pondok Indah Group pada 29 Juni 2021, anak-anak jadi pihak yang paling terdampak karena pandemi dalam hal kesehatan mental.
"Anak tidak mengeluh ketika punya perasaan lonely/ kesepian, mereka tak bisa mengatakannya. Lebih banyak mengatakan bosan. Mereka harus kompromi dengan perubahan, gak bisa exercise, kalau pun bisa terbatas, belum lagi terjadi perubahan pola asuh selama pandemi. Misalnya terjadi permasalah ekonomi, masalah rumah tangga," kata dr. Anggia.
Peka Terhadap Perubahan Anak
Penting bagi orangtua untuk memperhatikan perubahan sikap dan perilaku anak sehari-hari. Jika ada perubahan seperti menarik diri, lebih suka sendiri, sering mengeluhkan nyeri tanpa sebab, tak termotivasi, bisa jadi anak sedang mengalami stres.
Tanpa disadari, seringkali sikap orangtua saat di rumah dan kondisi pandemi membuat anak mengalami stres tinggi. Salah satunya karena orangtua meluapkan emosi negatif pada anak karena hal lain.
"Kita harus membantu diri kita dulu sebagai orangtua, perbaiki emosi kita dulu baru membantu emosi anak-anak agar bisa bertahan saat pandemi, dan sehat jiwa tentunya. Prinsipnya menjaga susasa hati mood orangtua. Jangan jadikan anak-anak tong sampah orang dewasa. Kalau di ruang praktik banyak yang cerita mereka dicurhati orangtuanya, anak-anak juga punya perasaan lho," ujar dr. Anggia.
Dokter Anggia mengingatkan para orangtua untuk menggunakan tiap kesempatan membangun kelekatan dengan anak. Eksplor hal lain di luar jam sekolah misalnya. Buat aktivitas menyenangkan bersama anak yang melibatkannya.
Kuncinya adalah benar-benar hadir untuk anak secara fisik dan pikiran. Jangan sampai saat bersama anak, otak dan pikiran malah tertuju pada gadget atau pekerjaan dan mengeluhkan banyak hal pada anak. Pasalnya, banyak orangtua saat sedang stres dan emosinya tak stabil malah melampiaskannya pada anak. Ini sangat berbahaya.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anak usia dini seringkali menunjukkan kemarahannya dalam bentuk mengeluarkan tangis yang meronta-ronta atau emosi yang meledak-ledak.
Baca SelengkapnyaAnak yang cerdas secara emosi artinya mampu mengenali, merasakan dan mengelola emosinya.
Baca SelengkapnyaBanyak para ibu yang juga mengalami kejadian yang sama, yaitu harus menghadapi balita tantrum yang ternyata keinginannya sangat aneh.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Berbagai kekhawatiran saat mudik pasti ada, seperti anak rewel, tidak nyaman, sakit, dan sebagainya.
Baca SelengkapnyaAnak balita juga bisa menggigit, membenturkan kepala, memberontak, melempar atau menendang barang.
Baca SelengkapnyaOrangtua kadang langsung terpancing emosi dan meminta anak untuk membalas. Ada juga yang sebaliknya, meminta anak untuk menghindari konflik.
Baca SelengkapnyaDalam memilih kotak bekal untuk anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar makanan tetap aman dan segar.
Baca SelengkapnyaCewek tersebut mengaku syok banget karena mantan cowoknya tiba-tiba ngajak ngobrol hal yang di luar dugaannya.
Baca SelengkapnyaDia tidak kuat menahan kesedihan dan kerinduan karena banyak kenangan manis bersama ibunya.
Baca Selengkapnya