Tak Bisa Kerjakan PR, Anak 13 Tahun Bunuh Diri
Dream - Stres pada anak tak boleh disepelekan orangtua. Banyak faktor jadi pemicu, salah satunya adalah beban akademik di sekolah. Seperti kasus bunuh diri remaja pria yang sangat menyedihkan di George Town, Penang, Malaysia.
Masyarakat sekitar heboh dengan kasus tersebut. Pasalnya, ada anak remaja yang masih berusia 13 tahun memutuskan bunuh diri karena tak bisa mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolahnya.
Laporan dari Sekolah
Awalnya, ibu dari sang anak mendapat telepon dari sekolah. Pihak sekolah melaporkan kalau si anak tak menyelesaikan PR yang diberikan. Ibu tersebut langsung meminta si anak segera mengerjakan PR-nya.
Saat berada di rumah, si anak lalu mengerjakan PR sambil diawasi sang ibu. Beberapa saat kemudian, anak tersebut izin ke kamar mandi untuk mandi. Setelah 30 menit, si anak tak kunjung selesai mandi.
Bunuh diri
Setelah berjam-jam di kamar mandi, ayah sang anak mendengar aliran air yang kunjung berhenti. Ia pun curiga dan mendobrak pintu kamar mandi. Sang anak kemudian ditemukan tak bernyawa karena gantung diri menggunakan handuk.
Tentu saja orangtuanya sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Kasus ini terjadi pada 25 Agustus 2019 kemarin. Setelah ditemukan gantung diri, penyelamatan sempat dilakukan dan dilarikan ke rumah sakit.
Tinggalkan pesan
Saat di perjalanan ke rumah sakit, anak tersebut ternyata mengembuskan napas terakhirnya. Polisi lalu melakukan investigasi atas kasus ini. Terungkap kalau anak tersebut memang tak terlalu suka bidang akademik.
Ia selalu mengeluh dengan tugas-tugas dan suasana sekolah. PR yang begitu banyak membuatnya stres. Polisi juga menemukan catatan yang ditinggal sang anak. Ia berterima kasih pada sang ibu karena telah mengurusnya selama 13 tahun.
Sumber: World of Buzz
Ayah Bunda, yuk Kenali Tanda Stres Pada Anak
Dream - Dunia yang menyenangkan dan ceria identik dengan anak-anak. Mereka selalu ingin bermain apapun kondisinya. Meski demikian bukan berarti anak tak bisa merasakan emosi negatif yang berasal dari sekelilingnya.
Buah hati juga bisa stres dan mengalami tekanan karena keadaan yang terjadi. Misalnya, karena perceraian orangtua, kematian saudara/kakek neneknya, masuk ke lingkungan baru atau mengalami perundungan (bully).
Salah satu tanda jelas saat anak stres adalah perubahan sikap dan temperamen. Anak jadi lebih mudah terpancing emosinya dan terlihat gelisah. Saat ditanya, mereka tak bisa menjelaskan sikap buruknya.
Sakit Fisik
Hal ini karena anak belum bisa mendeskripsikan emosinya dengan baik. Tanda lainnya adalah anak kerap mengeluhkan sakit perut dan sakit kepala. Saat diperiksa dokter tak ada masalah apapun
Biasanya dokter akan menangkap 'sinyal' stres dan membicarakan hal ini dengan orangtua. Anak juga kerap bermimpi buruk, sulit tidur, kehilangan nafsu makan, menarik diri atau tak mau sekolah.
Cobalah lebih peka terhadap perubahan sikap anak. Jika dirasa sangat berbeda, tak ada salahnya untuk mengajak si kecil berkonsultasi dengan psikolog anak untuk mencari tahu penyebab dan mendapat solusi yang tepat.
Sumber: Verywell
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus-kasus ibu mengalami stroke dan serangan jantung saat mengajarkan anak, banyak terjadi di Cina.
Baca SelengkapnyaBegadang bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada anak. Ketahui apa saja dampak begadang lainnya.
Baca SelengkapnyaVictor melihat wajah orang lain mengalami distorsi yang luar biasa.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Seorang ibu terkena serangan jantung dan stroke saat menemani putranya belajar. Yuk, simak fakta lengkapnya!
Baca SelengkapnyaAnak korban bahkan dihantui rasa trauma dan takut usai melihat ibunya terlentang di lantai selama dua hari sebelum dikubur 2018 lalu.
Baca SelengkapnyaPada kasus tertentu ternyata adanya kelainan yang membutuhkan terapi dan intervensi medis.
Baca SelengkapnyaSang anak yang mengalami penyakit hidrocefalus akhirnya bisa jalan sendiri.
Baca SelengkapnyaBanyak orangtua yang suka mengerok buah hatinya, dengan harapan gejala demam segera mereda. Ternyata bisa berbahaya.
Baca SelengkapnyaJangan terkecoh dengan fase kritis, di mana anak tak lagi demam padahal berisiko mengalami syok.
Baca Selengkapnya