Si Remaja Butuh 'Waktu Bebas', Tak Boleh Diabaikan
Dream - Demi menghindari pengaruh negatif dari pergaulan, banyak orangtua membuat jadwal harian anak remajanya secara padat. Setelah pulang sekolah, masih ada banyak les yang harus diikuti.
Belum lagi tugas sekolah yang harus diselesaikan. Kesibukan anak kerap kali jadi 'pagar aman' agar mereka tak terjerumus ke hal-hal negatif. Hal ini sebenarnya harus diimbangi dengan kebutuhan anak remaja untuk menikmati waktunya sendiri, mengeksplorasi dan mencari tahu apa yang diinginkannya.
"Penting bagi orangtua untuk memastikan bahwa anak memiliki keseimbangan antara kegiatan yang dijadwalkan dan waktu untuk dirinya sendiri. Jangan sampai anak kewalahan dengan seluruh jadwal dari orangtua," ujar Jennifer O'Donnell, seorang pakar pengasuhan, seperti dikutip dari Verywell.
Memang, di usia remaja anak butuh banyak kegiatan positif, seperti menekuni hobi atau mengasah bakatnya yang lain. Namun penting juga bagi remaja untuk menikmati waktunya sendiri.
Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang aktivitas sehari-harinya dibuat oleh orangtua merasa kewalahan dan tertekan. Efeknya dapat menyebabkan sejumlah masalah termasuk masalah perilaku dan emosi.
"Dengan kata lain, remaja yang jadwal hariannya sangat padat, dapat menjadi stres," kata Jennifer.
Tantangan Bagi Remaja
Bersekolah merupakan tantangan yang besar bagi remaja. Hal ini kerap tak disadari orangtua. Misalnya saja, tekanan untuk mendapat nilai yang baik, pengganggu di sekolah, tuntutan guru, masalah persahabatan, pubertas dan masih banyak lagi.
"Semua tantangan itu dihadapi anak dan ia memerlukan sedikit waktu pada untuk memikirkan dan menemukan cara untuk mengatasinya," kata Jennifer
Kita tentu ingin bersantai sejenak setelah seminggu bekerja. Hal ini juga dialami remaja. Mereka telah menjalani hari-hari yang sibuk selama sekolah, saat akhir pekan biarkan mereka menikmati waktu santai dengan caranya sendiri.
Bolehkah Orangtua 'Memata-matai' Medsos Anak Remajanya?
Dream - Konsep melarang, aturan yang ketat, 'haram' membantah, jadi gaya pengasuhan yang boleh dibilang cenderung 'dimentahkan' oleh anak remaja milenial. Bukan malah membuat mereka menurut, justru sebaliknya.
Anak remaja jadi lebih suka memberontak, dan cenderung kehilangan rasa hormat. Orangtua saat ini memang harus terus belajar dan up to date terkait isu yang berkembang pada anak remaja. Terutama seputar media sosial.
Banyak yang memata-matai akun media sosial anak remajanya. Bahkan ada yang sampai membuat akun palsu demi bisa berteman di media sosial dengan anak remajanya.
Kenyataannya, aktivitas di media sosial anak dapat memberikan banyak petunjuk kepada orangtua. Terutama terkait pergaulan mereka atau apakah anak sedang mengalami kesulitan atau tidak.
Fakta penggunaan media sosial pada remaja
Remaja usia 12 hingga 15 yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam perhari, berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental. Hal ini menurut studi yang dipublikasikan oleh JAMA Psychiatry. Permasalahan kesehatan mental ini meliputi depresi, kecemasan, dan agresi.
Selain itu, media sosial juga dapat mempengaruhi pilihan perguruan tinggi dan pekerjaan di masa depan. Riset juga menunjukkan, media sosial mempengaruhi remaja untuk mengonsumsi narkoba walaupun hal ini jarang terjadi.
Sebanyak 45% remaja mengatakan mereka adalah pengguna media sosial yang online secara konsisten. Dengan fakta demikian, penting bagi orangtua untuk memantau normal anak remajanya media sosial.
Apakah Boleh Untuk Mengintai Anak Remaja Kita?
Gail Saltz, clinical associate professor of psychiatry di Rumah Sakit New York-Presbyterian, mengungkap kalau memata-matai cenderung berkonotasi negatif. Menurutnya, yang sebaiknya dilakukan orangtua adalah memantau anaknya.
"Memantau adalah mengecek aktivitas anak seminggu sekali sedangkan memata-matai, orangtua melakukannya setiap hari," ungkap Saltz.
Lisa Strohman, seorang psikolog remaja memberikan trik. Orangtua dapat menggunakan aplikasi, untuk memantau anak, tapi hal ini harus dilakukan secara terbuka. Bukan diam-diam apalagi menggunakan menggunakan akun palsu.
"Misalnya, bisa buat perjanjian. Mama senang kasih kamu ponsel tapi ada syaratnya ya, kita harus berteman di media sosial. Bukan untuk apa-apa, cuma untuk memastikan kakak/ adik selalu aman," ujar Strohman.
Hargai Privasi Anak
Ada beberapa batas yang tidak boleh dilanggar orangtua ketika memantau anaknya. Saltz menyarankan untuk tidak melihat percakapan anak, karena hal itu adalah privasi. Menurutnya, di beberapa tahap, cukup dengan memantau media sosial mereka.
"Jika ada tanda mengkhawatirkan, bahaya. Misalnya anak depresi, stres, bukalah pembicaraan dengan bijak. Bukan dengan dicecar apalagi disalahkan," ungkapnya.
Laporan: Keisha Ritzska Salsabila/ Sumber: Parents
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
4 Hal yang Bisa Dipelajari Buah Hati yang Masih Remaja Pada Gelaran Pemilu
Usia pra remaja memang belum bisa memilih, tapi dari momen Pemilu ini anak-anak bisa belajar banyak hal.
Baca SelengkapnyaBiarkan Anak Remaja Bersenang-senang, Demi Kesehatan Mentalnya
Jangan sampai anak remaja terlalu dibebankan dengan kegiatan les dan akademik.
Baca SelengkapnyaCerita Mahasiswi Disukai Pocong setelah Pulang Kuliah Malam, Kaki Dijilat dan Dipelototi Saat Tidur
Sosoknya mengerikan, melompat dari jendela asrama dan gigit kaki sang gadis
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kocak Banget, Belajar Sahur Si Gemas Lala Ngantuk Berat
Bocah lucu ini berusaha sekuat tenaga untuk menahan kantuknya saat duduk di meja makan.
Baca SelengkapnyaAksi Siswa Laki-laki Tidak Ambil Kesempatan 'Cuci Mata' dengan Menjaga Pandangan Saat Teman Wanita Menari Ini Banjir Pujian
Anak-anak muda tersebut lebih memilih untuk 'menundukkan' pandangan daripada melihat pertunjukan tarian teman perempuan mereka.
Baca SelengkapnyaPuasa Ramadan Sebentar Lagi, Ini Dia Persiapannya agar Lebih Khusyuk dan Maksimal
Bulan Ramadan menjadi momen untuk melatih kesabaran serta ketakwaan di dalam diri.
Baca SelengkapnyaDua Bersaudara Masih Main Jelang Maghrib, Adik Tiba-tiba Kaku Lihat Pohon Pisang Depan Rumah, Ternyata Ada Kisah Seram di Baliknya
Ayahnya kemudian bercerita tentang pohon pisang di depan rumah yang membuat Fawwaz ketakutan setengah mati.
Baca Selengkapnya4 Barang Rumahan yang Bisa Bangkitkan Kreativitas Si Kecil
Seringkali anak-anak tak tertarik dengan mainan, tapi barang yangs ering digunakan orangtuanya.
Baca SelengkapnyaMUI: Haram Hukumnya Memberi dan Menerima ‘Serangan Fajar’
MUI: Haram Hukumnya Memberi dan Menerima ‘Serangan Fajar’
Baca Selengkapnya