Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Si Kecil Sulit Kembali Tenang Setelah Tantrum, Ini Sebabnya

Si Kecil Sulit Kembali Tenang Setelah Tantrum, Ini Sebabnya Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Dream - Anak-anak yang masih berusia di bawah usia lima tahun hingga 6 tahun kerap kali mengalami masalah emosi. Mereka tak bisa menyampaikan keinginan dan emosi yang dirasakan secara detail.

Hal tersebut membuat anak-anak kerap mengalami tantrum atau ledakan emosi. Biasanya bukan hanya menangis, tapi marah, berguling, memukul orang, menjerit atau bahkan melukai dirinya sendiri.

Kondisi ini seringkali membuat orangtua kebingungan dan panik. Anak akan terus menangis dan tak bisa langsung tenang untuk menjelaskan apa yang mereka inginkan. Terutama jika terjadi di tempat umum.

Kita tentu berharap anak bisa segera tenang dan tak menjadi pusat perhatian orang di sekitar. Lalu mengapa anak tak bisa langsung tenang saat tantrum?

Dilansir dari Bright Side, salah satu alasan yang menyebabkan anak nggak bisa langsung tenang saat tantrum adalah karena mereka memang anak tak bisa melakukannya. Bagian otak anak yang sedang tumbuh masih belum mampu melakukan hal itu.

 

Kerja Otak

Cara kerja otak manusia secara kasar dapat dibagi menjadi aspek emosional dan rasional. Aspek emosional lebih primitif dan instingtual. Aspek rasional membantu kita merencanakan, berpikir sebelum bertindak, membuat keputusan moral, dan melihat sesuatu dari perspektif lain.

Selama tantrum, bagian emosional dan impulsif mengambil alih diri anak. Kondisi ini membuat bagian rasional dan logis kesulitan untuk menyeimbangkannya. Otak anak yang masih dalam tahap perkembangan sulit mencoba melihat sesuatu dari sudut pandang lain.

Apalagi untuk menenangkan diri sendiri. Bagian rasional pada dasarnya tertutup selama anak tantrum, makanya sulit untuk mengajak anak menggunakan nalar saat hal itu terjadi.

Selain itu, biasanya anak punya alasan sendiri saat mengalami tantrum. Umumnya mereka tantrum karena tak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hal ini kemudian membuat emosi mengambil alih diri mereka. Untuk anak-anak usia 1 hingga 2 tahun, tantrum akan terasa lebih sulit untuk diatasi.

Pada usia tersebut, anak biasanya belum bisa berkomunikasi dengan jelas. Sehingga mereka sering tak bisa memberi tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Sementara pada balita dengan usia yang lebih tua, biasanya mereka sebenarnya tahu apa yang mereka inginkan dan tahu cara mengungkapkannya.

Saat dihadapkan pada kenyataan bahwa tak bisa mendapatkannya, kebanyakan akan merasa kesal dan ingin menunjukkan kekuatan mereka dengan mengamuk. Selengkapnya baca di Diadona.id

 

Bantu Anak Mengelola Emosi dengan Baik, Bagaimana Caranya?

Dream - Bagi siapa pun, berapa pun usianya, mengelola emosi dan perilaku selalu jadi tantangan dan bukan hal mudah. Tuntutan sehari-hari, tekanan dan stres dapat memunculkan emosi negatif. Hal itu bisa menyebabkan cara berpikir, bertindak, dan dampak yang buruk.

Emosi dan suasana hati kita bisa menjadi faktor penentu yang sangat kuat dalam bertindak. Saat emosi dalam kondisi positif, bisa membantu kita berpikir kreatif, lateral, dan terbuka terhadap ide-ide baru.

Membantu anak untuk mengelola emosi dapat membantu mereka menjadi tangguh, merespons secara efektif dalam situasi stres, menangani kritik dari orang lain, beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan atau keadaan dan sejumlah hal lainnya.

Lalu bagaimana caranya membantu anak untuk mengelola emosinya?

Mengadopsi 'teknik reaktif'
Emosi yang kuat memiliki kemampuan untuk mempersempit pemikiran kita dan bisa sangat membatasi persepsi kita tentang situasi. Ketika anak-anak marah, takut atau frustrasi, atau kesal mereka tidak selalu berpikir jernih dan kemudian menyesali bagaimana mereka menanggapi suatu situasi.

"Kapan pun memungkinkan, ajari anak untuk meluangkan waktu di antara peristiwa yang membuat stres sebelum merespons. Selama 'waktu istirahat' ini berbicara tentang apa yang menyebabkan peristiwa tersebut, bagaimana perasaan mereka, apa hasil yang diinginkan, hal-hal yang dapat dilakukan secara berbeda dan langkah-langkah positif yang harus diambil untuk mencapai hasil yang diinginkan," ujar Jacqui Preugschat, seorang pakar pengasuhan dikutip dari KidSpot.

 

Fokus pada hal positif

Bicara kepada anak dan bahas peristiwa positif yang terjadi dalam hidup mereka atau berbicara tentang orang, tempat, dan peristiwa yang menarik. Hal ini dapat memberikan efek positif pada sikap anak dan cara pandang mereka terhadap kehidupan.

"Pada gilirannya akan memiliki 'efek domino' pada lingkaran pertemanan anak dan menciptakan kebiasaan berfokus pada rasa syukur dan gambaran yang lebih besar dalam hidup mereka daripada pandangan sempit yang berfokus pada diri sendiri," ujar Preugschat.

 

Bantu mereka belajar dari kesalahan

Setiap orang membuat kesalahan dan apa yang kita ajarkan kepada anak-anak kita tentang kesalahan dapat berdampak besar pada cara mereka memandang kesuksesan dan kegagalan sebagai orang dewasa. Kesalahan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang, tidak lebih, tidak kurang.

"Kesalahan tidak boleh dipandang baik atau buruk atau terhubung dengan harga diri seseorang. Kesalahan juga harus dibicarakan dengan sudut pandang yang positif karena ini juga akan membantu memperluas wawasan ke dalam pembelajaran," pesan Preugschat.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Curhat Kocak Ibu Hadapi Anak Ngamuk karena Ingin Tidur dengan Panci

Curhat Kocak Ibu Hadapi Anak Ngamuk karena Ingin Tidur dengan Panci

Banyak para ibu yang juga mengalami kejadian yang sama, yaitu harus menghadapi balita tantrum yang ternyata keinginannya sangat aneh.

Baca Selengkapnya
3 Kondisi Pada Bayi Baru Lahir yang Sering Bikin Kaget

3 Kondisi Pada Bayi Baru Lahir yang Sering Bikin Kaget

Bayi bisa mengalami hal-hal yang mungkin dianggap aneh, padahal sebenarnya cukup normal.

Baca Selengkapnya
Anak Dipukul Teman Sebaya, Psikolog Rekomendasikan Hal Ini

Anak Dipukul Teman Sebaya, Psikolog Rekomendasikan Hal Ini

Orangtua kadang langsung terpancing emosi dan meminta anak untuk membalas. Ada juga yang sebaliknya, meminta anak untuk menghindari konflik.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Ada Gak Sih Waktu Paling Tepat Si Kecil untuk Sunat?

Ada Gak Sih Waktu Paling Tepat Si Kecil untuk Sunat?

Ada orangtua yang tak tega ketika anaknya masih kecil untuk disunat, ada juga yang ingin secepat mungkin.

Baca Selengkapnya
Ingin Segera Hamil? Bisa Mulai dengan Kendalikan Level Stres

Ingin Segera Hamil? Bisa Mulai dengan Kendalikan Level Stres

Saat stres, otak akan mengirimkan sinyal ke seluruh tubuh kalau kondisi tersebut bukanlah 'saat yang tepat' untuk hamil.

Baca Selengkapnya
Biasakan Anak Main Sendiri Ternyata Bisa Latih Mentalnya

Biasakan Anak Main Sendiri Ternyata Bisa Latih Mentalnya

Bisa membantunya menjadi individu yang utuh dan merasa nyaman dalam berbagai situasi.

Baca Selengkapnya
Anak Demam Ternyata Tak Boleh Asal Dikerok, Kulitnya Bisa Iritasi

Anak Demam Ternyata Tak Boleh Asal Dikerok, Kulitnya Bisa Iritasi

Banyak orangtua yang suka mengerok buah hatinya, dengan harapan gejala demam segera mereda. Ternyata bisa berbahaya.

Baca Selengkapnya
Jangan Biarkan Anak Bergadang, Bisa Picu Masalah Telinga hingga Konsentrasi

Jangan Biarkan Anak Bergadang, Bisa Picu Masalah Telinga hingga Konsentrasi

Begadang bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada anak. Ketahui apa saja dampak begadang lainnya.

Baca Selengkapnya
Susah Tidur Malam Walau Lelah, Ini Sebabnya

Susah Tidur Malam Walau Lelah, Ini Sebabnya

Tubuh yang lelah tidak menjamin kamu lebih mudah tertidur di malam hari. Kondisi mental ternyata bisa jadi penyebab kamu sulit tidur meski sudah lelah.

Baca Selengkapnya