Saat Anak Mengalami Sakit Hati, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?
Dream - Pandemi membuat anak-anak di rumah dan menghadapi banyak perubahan secara drastis. Ada yang kehilangan saudara, orangtua, kerabat dekat. Tak hanya itu, anak juga berhadapan dengan masalah.
Bisa karena tekanan dari teman, saudara atau peristiwa yang membuatnya sedih dan sakit hati. Ketika perasaan anak terluka, perhatian khusus diperlukan untuk menghibur dan menghentikan rasa sakit itu. Terkadang, saat kita mencoba menghibur anak, kita mungkin akan memperburuk keadaan.
Alih-alih berusaha memperbaiki keadaan, lebih baik kita berkata kepada anak "Apa yang dapat ayah/ibu lakukan untuk kamu?" Dengan mengajukan pertanyaan sederhana ini, anak akan merasa orangtuanya tetap hadir meskipun kondisi anak sedang tidak baik-baik saja.
"Dengan mengajukan pertanyaan ini, kita mengakui ada sesuatu yang salah, sesuatu yang menyakitkan, bahwa perasaan mereka sakit. Kita mungkin ingin memecahkan masalah, meringankan rasa sakit tapi lebih baik anak tahu kalau mereka layak untuk dicintai apa pun yang terjadi," Jo Ann Stevelos, ahli kesehatan publik dan peneliti keluarga, dikutip dari Psychologytoday.com
Empati dan Berusaha
Menghibur seorang anak kembali ke keadaan psikologis yang stabil dengan tetap terhubung akan mencegah perasaan sakit hati, kesepian dan isolasi yang 'mengerikan'. Sangatlah penting, begitu orangtua mengajukan pertanyaan, “Apa yang dapat ayah/ bunda lakukan?”, bersiaplah untuk jawaban anak atas pertanyaan tersebut.
"Jawabannya mungkin 'saya butuh es krim,' atau 'saya butuh mainan baru,' atau 'saya perlu sendiri,' atau kombinasi beberapa hal. Mampu menindaklanjuti jawaban atas pertanyaan sangat penting untuk memberikan kenyamanan, kepercayaan, dan perhatian," kata Setevelos.
Kuncinya adalah empati dan berusaha. Maksudnya orangtua mau dan memposisikan diri dalam situasi yang dialami anak. Bukan menganggap masalah anak adalah hal kecil atau bahkan menganggapnya remeh.
Bantu Anak Mengelola Emosi dengan Baik, Bagaimana Caranya?
Dream - Bagi siapa pun, berapa pun usianya, mengelola emosi dan perilaku selalu jadi tantangan dan bukan hal mudah. Tuntutan sehari-hari, tekanan dan stres dapat memunculkan emosi negatif. Hal itu bisa menyebabkan cara berpikir, bertindak, dan dampak yang buruk.
Emosi dan suasana hati kita bisa menjadi faktor penentu yang sangat kuat dalam bertindak. Saat emosi dalam kondisi positif, bisa membantu kita berpikir kreatif, lateral, dan terbuka terhadap ide-ide baru.
Membantu anak untuk mengelola emosi dapat membantu mereka menjadi tangguh, merespons secara efektif dalam situasi stres, menangani kritik dari orang lain, beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan atau keadaan dan sejumlah hal lainnya.
Lalu bagaimana caranya membantu anak untuk mengelola emosinya?
Mengadopsi 'teknik reaktif'
Emosi yang kuat memiliki kemampuan untuk mempersempit pemikiran kita dan bisa sangat membatasi persepsi kita tentang situasi. Ketika anak-anak marah, takut atau frustrasi, atau kesal mereka tidak selalu berpikir jernih dan kemudian menyesali bagaimana mereka menanggapi suatu situasi.
"Kapan pun memungkinkan, ajari anak untuk meluangkan waktu di antara peristiwa yang membuat stres sebelum merespons. Selama 'waktu istirahat' ini berbicara tentang apa yang menyebabkan peristiwa tersebut, bagaimana perasaan mereka, apa hasil yang diinginkan, hal-hal yang dapat dilakukan secara berbeda dan langkah-langkah positif yang harus diambil untuk mencapai hasil yang diinginkan," ujar Jacqui Preugschat, seorang pakar pengasuhan dikutip dari KidSpot.
Fokus pada hal positif
Bicara kepada anak dan bahas peristiwa positif yang terjadi dalam hidup mereka atau berbicara tentang orang, tempat, dan peristiwa yang menarik. Hal ini dapat memberikan efek positif pada sikap anak dan cara pandang mereka terhadap kehidupan.
"Pada gilirannya akan memiliki 'efek domino' pada lingkaran pertemanan anak dan menciptakan kebiasaan berfokus pada rasa syukur dan gambaran yang lebih besar dalam hidup mereka daripada pandangan sempit yang berfokus pada diri sendiri," ujar Preugschat.
Bantu mereka belajar dari kesalahan
Setiap orang membuat kesalahan dan apa yang kita ajarkan kepada anak-anak kita tentang kesalahan dapat berdampak besar pada cara mereka memandang kesuksesan dan kegagalan sebagai orang dewasa. Kesalahan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang, tidak lebih, tidak kurang.
"Kesalahan tidak boleh dipandang baik atau buruk atau terhubung dengan harga diri seseorang. Kesalahan juga harus dibicarakan dengan sudut pandang yang positif karena ini juga akan membantu memperluas wawasan ke dalam pembelajaran," pesan Preugschat.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jika sewaktu-waktu anak mengalami masalah kesehatan, obat tersebut bisa membantu meredakan gejalanya.
Baca SelengkapnyaTernyata kaki sakit sebelah kiri bisa disebabkan banyak faktor. Sebelum mengetahui cara mengatasinya, Yuk penyebabnya terlebih dahulu.
Baca SelengkapnyaAda orangtua yang tak tega ketika anaknya masih kecil untuk disunat, ada juga yang ingin secepat mungkin.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penyakit ain bukanlah penyakit baru. Tetapi sudah ada sejak zaman Rasulullah saw yang berhubungan dengan pandangan.
Baca SelengkapnyaMasalah kesehatan ini sering diidentikkan dengan orang tua dan dewasa, padahal anak-anak juga bisa mengalaminya.
Baca SelengkapnyaBegadang bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada anak. Ketahui apa saja dampak begadang lainnya.
Baca SelengkapnyaKehilangan anak adalah penderitaan tak terbayangkan bagi orang tua, sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Baca SelengkapnyaPada kasus tertentu ternyata adanya kelainan yang membutuhkan terapi dan intervensi medis.
Baca SelengkapnyaBanyak yang mengira kalau makanan manis bikin anak jadi hiperaktif. Ketahui faktanya.
Baca Selengkapnya