Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Punya Anak Menjamin Kebahagiaan? Ketahui Faktanya

Punya Anak Menjamin Kebahagiaan? Ketahui Faktanya Ilustrasi

Dream - Orangtua sering menyebut anak-anak mereka sebagai sumber "kebanggaan dan kegembiraan". Tetapi penelitian menceritakan fakta yang berbeda, memiliki anak tidak selalu membuat orang lebih bahagia.

"Kebanyakan orangtua merasa bahwa anak-anak mereka adalah sumber kepuasan hidup yang sangat penting," kata Jennifer Glass, profesor sosiologi di University of Texas di Austin dan seorang ahli demografi, dikutip dari CNBC.

“Tapi itu tidak sama dengan kebahagiaan, dan itu tidak sama dengan kesejahteraan finansial, kesehatan fisik yang baik, atau kesehatan emosional yang baik,” ungkap Glass.

Jadi, mengapa memiliki anak tidak memberikan kebahagiaan seperti yang kita kira?

Penelitian menunjukkan bahwa ada "perasaan bahagia" yang dialami orangtua tepat setelah bayi lahir, tetapu hal itu cenderung menghilang selama setahun. Setelah titik waktu itu, tingkat kebahagiaan orang tua dan non-orang tua secara bertahap berbeda, dengan non-orang tua umumnya tumbuh lebih bahagia dari waktu ke waktu.

"Ini bukan karena orangtua hanya menikmati sebentar kehadiran anak, tetapi dalm prosesnya mengasuh anak itu sulit. Kita menemukan bahwa kebahagiaan [orang tua] merosot cukup cepat begitu mereka menemukan semua pekerjaan yang melibatkan adanya bayi,” kata Amy Blackstone, profesor sosiologi di University of Maine, dan penulis “Childfree by Choice".

 

Kepuasan Hidup

Saat merefleksikan kehidupannya, orangtua cenderung fokus pada momen positif dan penuh kasih yang mereka miliki bersama anak-anak mereka. Kebahagiaan adalah konsep yang terdiri dari kepuasan hidup, yaitu seberapa bahagia kita dengan jalan hidup dan kesejahteraan, yang merupakan perasaan yang muncul setiap saat.

"Meskipun memiliki anak memang meningkatkan kepuasan hidup, hal itu disertai dengan sejumlah besar tanggung jawab dan stres harian. Ini menghasilkan perasaan rollercoaster naik turun yang sangat tinggi saat menjadi orangtua," kata Blackstone.

 

Kepuasan Hidup yang Sama

Sebuah studi dari Universitas Princeton dan Universitas Stony Brook menemukan bahwa orang tua dan non-orang tua memiliki tingkat kepuasan hidup yang sama, tetapi orangtua mengalami lebih banyak kegembiraan sehari-hari dan lebih banyak stres sehari-hari dibandingkan mereka yang tak memiliki anak.

“Hidup tanpa anak jauh lebih stabil,” kata Glass.

Orangtua mungkin mengalami kegagalan dalam hal tertentu. Namun, memiliki anak memberikan makna, kepuasan, dan kualitas hubungan dalam kehidupan.

“Apa yang banyak orang ingat tentang menjadi orang tua adalah pencapaian tertinggi yang luar biasa dalam menciptakan kehidupan baru, dan curahan cinta dan pengabdian yang dirasakan untuk orang baru itu dan perlindungan serta kasih sayang yang ingin diberikan kepada orang itu,” kata Glass.

Kebiasaan Buruk Orangtua yang Bisa Lemahkan Mental Anak

Dream - Kondisi pandemi benar-benar mengubah kehidupan seluruh dunia dalam sekejap. Semua orang mau tak mau harus melakukan adapatasi demi bertahan hidup. Untuk bisa bertahan, tentu dibutuhkan mental yang kuat.

Sebagai orangtua, pandemi merupakan momen penting untuk mengajarkan kekuatan mental pada anak-anak. Penting untuk memupuk ketahanan emosi dan mental pada anak sejak dini.

"Anak-anak yang bermental kuat tidak hanya lebih siap untuk menghadapi masalah masa depan mereka sendiri, tetapi penelitian telah menemukan bahwa mereka juga lebih mungkin untuk terlibat aktif di sekolah dan dalam pekerjaan masa depan mereka," kata Tracy Hutchinson, PhD, seorang psikolog klinis.

Sayangnya, orangtua kerap lupa untuk melatih kekuatan mental anak-anaknya. Hasrat untuk melindungi dan membuat anak selalu nyaman mendominasi. Nyatanya hal tersebut justru berdampak buruk pada ketahanan mental anak.

Apa saja sikap orangtua yang malah bisa melemahkan mental dan ketahanan emosi anak?

1. Meminimalkan perasaan anak
Anak-anak perlu tahu bahwa mengekspresikan dan membicarakan emosi mereka itu sehat. Saat orangtua memberi tahu anak-anak mereka hal-hal seperti "jangan terlalu sedih" atau "ini bukan masalah besar", kita malah mengirimkan pesan bahwa perasaan tidak penting dan lebih baik untuk menekannya.

"Jika anak menunjukkan ekspresi ketakutan saat ujan dan petir misalnya, coba katakan 'mama tahu kamu takut', kemudian tanyakan kepada mereka apa yang menurutnya bisa membuat kondisinya lebih baik. Ini mengajari anak cara mengelola dan mengatasi emosinya sendiri," ujar Hutchinson.

Tujuannya adalah membantu anak mempraktikkan solusi yang muncul di pikirannya. Mampu mengatasi emosinya sendiri sampai berhasil.

 

Memanjakan dan Selalu Menyelamatkan

2. Selalu menyelamatkan anak dari kegagalan
Sebagai orangtua, sulit untuk melihat anak-anak kita berjuang melalui tantangan yang kita tahu dapat kita atasi dengan mudah untuk mereka. Anak yang mengalami kegagalan, kesedihan orangtua biasanya lebih besar.

"Kegagalan adalah bagian besar dari kesuksesan. Jika anak-anak tidak pernah diberi kesempatan untuk mempelajari sesuatu dengan kegagalan, mereka tidak akan pernah mengembangkan ketekunan yang mereka butuhkan untuk bangkit kembali setelah mengalami kemunduran," pesan Hutchinson.

3. Memanjakan anak secara berlebihan
Anak-anak menyukai hal tertentu dan orangtua selalu memenuhinya. Penelitian menunjukkan bahwa ketika orangtua memberi anak apa pun yang mereka inginkan, anak cenderung kehilangan keterampilan yang berkaitan dengan kekuatan mental, seperti disiplin diri.

"Orangtua dapat mengajari anak-anak mereka belajar pengendalian diri dengan menetapkan aturan yang jelas untuk hal-hal seperti menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum screen time atau membereskan rumah demi mendapat tambahan uang saku, ada sebab dan akibat," kata Hutchinson.

 

Anak Selalu Nyaman dan Berharap Sempurna

4. Mengharapkan kesempurnaan
Wajar jika kita ingin anak berprestasi dan menjadi yang terbaik dalam segala hal. Tapi bukan itu cara kerjanya. Menetapkan standar prospek yang terlalu tinggi dapat menyebabkan masalah harga diri dan kepercayaan diri anak di kemudian hari.

"Bangun kekuatan mental anak dengan memastikan ekspektasi realistis. Dan bahkan jika anak-anak gagal, kemunduran yang mereka hadapi akan tetap mengajarkan mereka pelajaran hidup yang berharga dan cara untuk berhasil di lain waktu," kata Hutchinson.

5. Memastikan anak selalu merasa nyaman
Ada banyak hal yang mungkin membuat anak merasa tidak nyaman, terutama jika harus melakukan sesuatu yang baru. Misalnya, mencoba makanan baru, mencari teman baru, atau pindah rumah, dan harus pergi ke sekolah baru.

"Sama seperti kegagalan, merangkul saat-saat tidak nyaman dapat meningkatkan kekuatan mental. Dorong anak untuk mencoba hal-hal baru. Bantu mereka memulai, karena itu bagian tersulit. Tetapi begitu anak mengambil langkah pertama itu, mereka mungkin menyadari bahwa itu tidak sesulit yang mereka kira," ungkap Hutchinson.

Sumber: CNBC

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
170 Kata-Kata Ibu untuk Anaknya, Berisi Pesan dan Nasehat Mendalam sebagai Parenting

170 Kata-Kata Ibu untuk Anaknya, Berisi Pesan dan Nasehat Mendalam sebagai Parenting

Nasehat dari orang tua kepada anaknya memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak dan membantu mereka tumbuh dengan baik.

Baca Selengkapnya
8 Faktor Anak Melakukan Tindak Kekerasan dan Pembullyan, Yuk Ayah Bunda Cari Tahu

8 Faktor Anak Melakukan Tindak Kekerasan dan Pembullyan, Yuk Ayah Bunda Cari Tahu

Fenomena kekerasan dan pembullyan yang dilakukan oleh anak di sekolah merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak

Baca Selengkapnya
Biasakan Anak Main Sendiri Ternyata Bisa Latih Mentalnya

Biasakan Anak Main Sendiri Ternyata Bisa Latih Mentalnya

Bisa membantunya menjadi individu yang utuh dan merasa nyaman dalam berbagai situasi.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Anak Jadi Sangat Aktif karena Santap Camilan Manis Ternyata Mitos

Anak Jadi Sangat Aktif karena Santap Camilan Manis Ternyata Mitos

Banyak yang mengira kalau makanan manis bikin anak jadi hiperaktif. Ketahui faktanya.

Baca Selengkapnya
Kelebihan Anak Keras Kepala yang Sering Tak Disadari Orangtua

Kelebihan Anak Keras Kepala yang Sering Tak Disadari Orangtua

Anak keras kepala cenderung ingin mencoba sesuatu dan tak mendengar pendapat orang lain.

Baca Selengkapnya