Muncul Perubahan Ini, Tak Perlu Ragu Bawa Anak Psikolog
Dream - Menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Pada anak-anak, jangan pernah menganggap sepele stres, tekanan atau peristiwa sedih yang mereka alami.
Anak cenderung tak bisa mengungkapkan kesedihannya secara gamblang dan detail. Merasa bingung, takut, marah, kecewa, sedih dan campur aduk. Ada kalanya anak juga merasa stres bahkan depresi tapi tak bisa menceritakannya.
Gangguan kesehatan mental pada anak sering tak disadari orangtua. Biasanya, kita akan merasa perubahan sikap pada anak yang begitu drastis dan sulit berkomunikasi dengannya.
Bisa juga anak merasa ceria tapi seperti menarik diri. Dalam kondisi ini, pertimbangkan untuk membawanya berkonsultasi dengan psikolog. Perhatikan juga tanda berikut, bisa jadi anak butuh bantuan psikolog untuk kesehatan mentalnya.
Perubahan Emosi dan Perilaku
Menurut psikokolog, Gracia Ivonika, salah satu tanda paling umum bahwa anak perlu konseling ke psikolog adalah jika mereka mengalami masalah perilaku, baik di dalam maupun luar rumah.
Contohnya, anak mungkin menjadi lebih sering berdebat, mengeluh, dan bersikap defensif sekalipun dihadapkan dengan masalah kecil.
“Perubahan emosi dan perilaku bisa mengganggu keseharian anak di sekolah atau cara bersosialisasi dengan teman maupun keluarga,” kata Gracia.
Perubahan Minat dan Kebiasaan
Perubahan minat dan kebiasaan anak yang terjadi lebih dari 2 minggu mungkin dapat menandakan bahwa mereka perlu melakukan konseling ke psikolog. Hal tersebut umumnya meliputi kebiasaan makan, tidur, dan minat pribadi dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Kekhawatiran dan Kesedihan yang Berlebihan
Melansir dari Very Well, tanda paling jelas dari anak perlu ke psikolog adalah rasa kekhawatiran atau kesedihan yang berlebihan. Kekhawatiran dan kesedihan memang hal yang normal. Namun, jika hal tersebut dilakukan berlebihan dan mulai menguasai diri maupun pikiran mereka, saat itulah Anda harus mengambil tindakan.
Kemunduran
Regresi atau kemunduran dalam hidup biasa terjadi ketika ada hal yang memicunya, seperti saudara baru lahir, perceraian, atau perubahan besar lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, ketika regresi pada anak terjadi tanpa alasan, orangtua mesti mempelajarinya lebih lanjut.
Beberapa regresi yang umumnya dapat menjadi tanda bahwa anak perlu konseling ke psikolog, misalnya mengompol, sering marah-marah, kecemasan dan ketakutan yang berlebihan, serta sulit diajak bicara.
Selengkapnya baca di KlikDokter
Jangan Tunda Beri Tugas Rumah Tangga, Berdampak Dahsyat Bagi Mental Anak
Dream - Merapikan tempat tidur, menaruh pakaian kotor di keranjang, mencuci piring, menyapu halaman, banyak sekali tugas rumah tangga yang bisa dikerjakan anak. Mungkin sebagian besar orangtua merasa anak masih terlalu kecil untuk diberikan tanggung jawab rumah tangga.
Faktanya, anak usia 2 tahun atau ketika ia sudah mengerti diberi instruksi, maka sudah bisa diberikan tugas. Sesederhana menaruh sampah ringan di tempatnya. Pada anak usia 5 tahun, bisa dibiasakan membereskan bantal dan guling bekas tidurnya atau menaruh piring di bak cuci setelah makan.
Sementara anak 7 tahun sudah bisa diajarkan memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci. Bila instruksi diberikan dengan jelas dan dibiasakan, bahkan anak sudah bisa mengoperasikan mesin cuci sendiri.
"Kita kerap menahan terlalu lama memberi anak pekerjaan rumah tangga karena berpikir mereka harus siap dulu. Padahal cara terbaik agar anak siap adalah dengan belajar langsung di rumah. Cukup beri 'pekerjaan' sesuai usia dan kemampuannya," ujar Roger W. McIntire, profesor psikologi di Universitas Maryland, dikutip dari SmartParenting.
Ikut Bertanggung Jawab Pada Kondisi Rumah
Menurut penelitian yang dilakukan Marty Rossman, seorang profesor di University of Minnesota, pekerjaan rumah tangga merupakan faktor penting untuk membuat anak-anak sukses. Keterampilan dan nilai-nilai yang mereka pelajari akan berguna saat menavigasi masa depan, menakar risiko yang dihadapi dan bertanggung jawab atas apa yang silakukan.
"Dorong partisipasi mereka, dan ingat bahwa ukuran tugas tidak masalah yang penting adalah membangun rasa tanggung jawab anak," kata McIntire.
Hanya dengan membantu tugas-tugas rumah tangga sederhana, anak-anak dapat mempelajari banyak keterampilan dasar yang mereka butuhkan di sekolah. Pekerjaan seperti menyortir cucian dan memasak, dapat mengajari anak tentang berhitung, menyortir warna, memotong, menjumlahkan, dan sebagainya.
Anak-anak yang didorong untuk membantu pekerjaan rumah tangga di usia dini tumbuh dengan sikap positif terhadap tugas-tugas. Ini juga penguat moral.
“Ketika mereka menyelesaikan tugas, mereka juga mengalami kebanggaan, rasa pencapaian, kemandirian, otonomi, dan perasaan baik secara umum tentang diri mereka sendiri,” kata McIntire.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Orangtua kadang langsung terpancing emosi dan meminta anak untuk membalas. Ada juga yang sebaliknya, meminta anak untuk menghindari konflik.
Baca SelengkapnyaHindari memarahi, apalagi sampai membentak anak ketika ia mau ke sekolah.
Baca SelengkapnyaAnak yang berusia di bawah tiga tahun atau batita, memang sangat mudah cemas dan menangis ketika ditinggal orangtua.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Banyak orangtua yang langsung menanyakan makanan/ minuman yang dikonsumsi anak sebelum mengeluhkan sakit perut.
Baca SelengkapnyaAnak-anak perlu dikenalkan beragam emosi, menyalurkannya dengan tepat dan baik, lalu dilatih untuk mengontrolnya.
Baca SelengkapnyaAda tiga konsep yang selalu dilakukan di Swedia dalam mengasuh anak.
Baca SelengkapnyaPemilu ternyata bisa berdampak besar pada kesehatan mental dan fisik. Kondisinya yang buruk juga bisa memperparah penyakit bawaan.
Baca SelengkapnyaSuasana politik dan sosial tak dipungkiri mungkin sedikit 'memanas' dan tanpa disadari bikin stres.
Baca SelengkapnyaJika sewaktu-waktu anak mengalami masalah kesehatan, obat tersebut bisa membantu meredakan gejalanya.
Baca Selengkapnya