Level Kecemasan Anak Sangat Tinggi, Kenali Cirinya
Dream - Masalah kecemasan (anxiety) bukan hanya dialami oleh orang dewasa, tapi juga anak-anak. Sayangnya, banyak orangtua tak menyadari kalau anak mengalami kecemasan tinggi dan butuh bantuan untuk mengatasinya.
Tanda-tanda kecemasan pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Misalnya, anak cenderung mengeluhkan penyakit fisik, seperti sakit perut dan sakit kepala, sementara anak-anak yang lebih besar biasanya mengalami kecemasan, ketakutan, lekas marah, dan sulit berkonsentrasi.
Rachel Delany, M.D. dan kepala layanan rawat inap Child Unit Sheppard Pratt, beberapa orang menggunakan istilah tersebut untuk menjelaskan situasi mereka dengan lebih baik.
"Kecemasan dengan level tinggi menggambarkan individu yang mengalami kecemasan internal sangat intens, tetapi tampil sebagai orang yang sukses dan berprestasi," kata dr Delany.
Cenderung Perfeksionis
Kecemasan pada orang yang mengalaminya muncul dalam pikiran mereka sendiri dan tidak menunjukkan hal tersebut. Biasanya berbentuk penghindaran atau perilaku lain yang berlebihan.
"Di luar, anak yang cemas bisa terlihat percaya diri, tenang, dan sering berada di titik 'puncak', seperti ranking pertama," ujar Delany.
Tanda Kecemasan pada Anak
Tanda-tanda kecemasan pada anak bervariasi, namun ada gejala umum dan khas yang dialami mereka dengan kecemasan tinggi. Perhatikan hal-hal berikut pada keseharian anak.
- Terlalu banyak berpikir dan terlalu menganalisis
- Memikirkan kesalahan masa lalu
- Gelisah
- Lekas marah
- Insomnia dan kelelahan
- Ketakutan yang intens akan kegagalan
- Kesulitan mengatakan tidak
- Sikap gugup, seperti menggigit kuku, menguliti, memantulkan kaki, dll.
- Kekhawatiran yang berlebihan
- Kesulitan mengekspresikan emosi
"Anak-anak dengan kecemasan mungkin mengalami gejala fisik, seperti sering sakit perut atau sakit kepala," kata Delany.
Anak Cenderung Menutupinya
Satu hal yang menurut dr. Delany penting untuk dicatat bahwa banyak dari gejala ini tidak terlihat. Mereka yang level kecemasannya tinggi bisa beraktivitas secara normal.
"Seorang remaja dengan kecemasan tinggi mungkin secara eksternal menunjukkan kualitas perfeksionis, termasuk keterampilan organisasi yang baik, ketepatan waktu, perencanaan yang baik, dan seringkali berorientasi pada detail," ujar Delany.
Seperti halnya gejala kecemasan, penyebab kecemasan pada anak sangat bervariasi. Antara lain, riwayat kecemasan keluarga, peristiwa yang sangat besar dalam hidup anak seperti kematian, perpisahan, perceraian atau tekanan lingkungan.
Bila anak mengalami perubahan sikap yang ekstrem dan terlihat selalu cemas, bisa mengajaknya konsultasi dengan psikolog anak. Terutama jika kecemasannya terlihat semakin intens.
Sumber: Parents
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beruntungnya Saat Dimanjakan Kakek 'Level Dewa', Dimomong Sejak Lahir hingga Diajak Lihat Ka'bah
Sang kakek begitu memanjakan sang cucu dan selalu ingin mengurusnya langsung.
Baca SelengkapnyaKelebihan Anak Keras Kepala yang Sering Tak Disadari Orangtua
Anak keras kepala cenderung ingin mencoba sesuatu dan tak mendengar pendapat orang lain.
Baca SelengkapnyaLevel Timbal dalam Darah Anak-anak di Jawa Melebihi Batas Aman WHO
Penelitian dilakukan pada Mei – Agustus 2023 pada anak usia 12 - 59 bulan di pulau Jawa.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Keluhan Tubuh yang Jadi Tanda Kalau Level Cemas Sedang Sangat Tinggi
Banyak orang alami gejala kecemasan hingga menghambat kegiatan sehari-hari. Cegah dan atasi hal tersebut dengan beberapa kebiasaan sehat.
Baca SelengkapnyaJangan Biarkan Anak Bergadang, Bisa Picu Masalah Telinga hingga Konsentrasi
Begadang bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada anak. Ketahui apa saja dampak begadang lainnya.
Baca SelengkapnyaAnak Baru Berani Buka Lemari Setelah 2 Tahun Ibu Meninggal, Langsung Nangis Lihat Isinya
Dia tidak kuat menahan kesedihan dan kerinduan karena banyak kenangan manis bersama ibunya.
Baca SelengkapnyaJangan Biarkan Anak Tak Sarapan, Bisa Turunkan Level Konsentrasinya di Sekolah
Sayangnya kegiatan sarapan belum menjadi kebiasaan rutin setiap keluarga di Indonesia.
Baca Selengkapnya