Kurang Main Bisa Picu Masalah Mental Pada Anak
Dream - Tak ada aktivitas sekolah maupun les, anak-anak setiap hari di rumah selalu bermain. Ada yang main games, mobil-mobilan, hal lain yang disukainya. Mungki orangtua akan merasa 'bersalah' jika selalu melihat anaknya bermain dan tak belajar.
Kegiatan belajar memang menjadi kewajiban bagi setiap anak. Tapi melarang anak untuk bermain dan hanya memintanya belajar sepanjang waktu justru bisa berdampak buruk bagi anak.
Hal itu tak akan membuatnya tambah pintar, malah sebaliknya bisa jadi 'racun'. Bermain bisa meningkatkan kesehatan mental pada anak. Sebaliknya, jika anak jarang bermain, justru kesehatan mental mereka akan terganggu.
Kurang Main Bikin Anak Mudah Cemas
Dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak selalu menghadapi penilaian orang lain yang dapat mencegah mereka untuk berpetualang di dunianya sendiri. Hal ini dapat menyebabkan anak mulai mengurangi waktu mereka untuk bermain dan menggantinya dengan belajar demi mendapatkan pujian atau hadiah dari orang lain.
Semakin sedikit waktu yang mereka habiskan untuk bermain sendiri maka hidup mereka akan lebih banyak dipengaruhi oleh orang lain. Hal ini dapat menyebabkan anak mudah dimanipulasi. Selain itu mereka akan lebih mudah merasa cemas karena takut tak memenuhi harapan orang lain daripada menghabiskan waktu untuk bermain dengan bebas.
Mengendalikan Perasaan
Pada anak, mereka pertama kali mengontrol perasaan justru melalui kegiatan bermain. Anak bisa mulai mengendalikan sendiri interaksinya dengan lingkungan. Semakin anak jarang bermain, maka semakin sulit mereka mengendalikan tindakan yang mereka buat.
Jika anak tak bisa mengontrol tindakan mereka, hal ini bisa berujung pada depresi. Dengan bermain, anak-anak mendapatkan dan kadang kehilangan kendali pada diri mereka. Tapi hal ini bisa mendorong anak untuk mulai belajar tentang emosi dan cara mengendalikannya. Saat bermain anak akan berhadapan dengan rasa bahagia, sedih, menang, kalah, takut, dan kehilangan.
Penjelasan selengkapnya baca di Diadona.id
Coba Trik Agar Anak Main Sendiri Saat Orangtua Sibuk Kerja di Rumah
Dream- Balita cenderung menempel pada ibu atau orang yang dekat dengannya. Tentu saja hal ini menyita banyak waktu. Rasanya tidak tega saat anak memegangi tangan kita atau bergelayut di kaki ketika kita akan bekerja.
Apalagi saat ini sedang diterapkan kebijakan bekerja dari rumah. Tentunya bagi ayah dan ibu yang bekerja hal ini akan sangat sulit, terutama jika pengasuh tak bisa terus mengawasi.
Penting untuk melatih si kecil lebih mandiri. Terutama di masa-masa seperti sekarang. Buatlah anak sibuk sendiri dengan permainannya.
Lama-kelamaan, ia akan menikmati momen bermain sendiri. Bagaimana caranya? Berikut adalah trik-trik yang bisa dilakukan.
1. Mulai Secara Bertahap
Pamit kepada anak ketika kita akan meninggalkan mereka selama beberapa menit (katakanlah, untuk mencuci piring), tetapi jangan pergi terlalu jauh, dan pastikan kita kembali ketika menyelesaikannya.
Menurut Direktur Kesehatan Mental Bayi di Rumah Sakit Anak Toronto, Kanada, yakni Chaya Kulkarni, seiring berjalannya waktu, cara itu akan membiasakan untuk bermain tanpa ditemani orangtuanya.
Jangan pernah sekalipun orangtua menyelinap pergi Ketika anak tidak melihatnya atau tanpa pamit, karena hanya akan membuat mereka khawatir dan hanya meningkatkan permintaan anak akan perhatian orangtuanya.
2. Buat Anak Antusias dengan Mainannya
Menurut para psikolog anak, semakin banyak mainan yang dilihatnya, akan membuatnya semakin sulit untuk fokus dan bermain sendiri. Akibatnya, ia akan meminta perhatian orangtua untuk memilihkan mainan dan bermain bersamanya.
Maka dari itulah, coba batasi mainan balita hingga tidak terlalu banyak jumlahnya. Tidak harus membuang mainannya, sembunyikan saja sampai ia bosan dengan mainan yang ada. Dengan begitu ia tidak akan mudah merasa bosan, dan sangat antusias ketika kita berikan mainan lainnya. Dengan begitu anak dapat fokus bermain dengan mainan ‘baru’ yang kita berikan.
3. Berikan Contoh Pada Anak
“Untuk mendorong anak-anak menjadi mandiri dan bermain sendiri, orangtua perlu mencontohkan perilaku itu untuk mereka,” kata Jane Hewes, profesor program Pembelajaran Awal dan Perawatan Anak di Mac Ewan University di Edmonton, Kanda.
Orangtua disarankan sering membaca buku di samping anak mereka. "Ada manfaat besar jika melakukan kegiatan serupa di samping mereka," kata Hewes. "Mereka menyaksikan apa yang orangtuanya lakukan dan meniru perilaku mereka. Mereka ingin seperti kamu,” tambahnya.
4. Libatkan Mereka
Selalu libatkan anak dalam aktivitas yang kita lakukan. Ajaklah mereka untuk membantu kita mencuci piring, melipat cucian, menyapu daun atau membersihkan meja makan. Mereka terhibur saat anak merasa dapat menyelesaikan tugas orangtuanya. (mut)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anak-anak perlu dikenalkan beragam emosi, menyalurkannya dengan tepat dan baik, lalu dilatih untuk mengontrolnya.
Baca SelengkapnyaBisa membantunya menjadi individu yang utuh dan merasa nyaman dalam berbagai situasi.
Baca SelengkapnyaBegadang bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada anak. Ketahui apa saja dampak begadang lainnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jangan sampai setelah libur panjang, kesehatan mata anak mengalami masalah.
Baca SelengkapnyaCara memilih mukena anak yang baik agar si kecil nyaman memakainya.
Baca SelengkapnyaOrangtua kadang langsung terpancing emosi dan meminta anak untuk membalas. Ada juga yang sebaliknya, meminta anak untuk menghindari konflik.
Baca SelengkapnyaBeginilah POV Abis lebaran Gaji Masih lama tapi dopet udah abis. duh sahabat dream ada yang sama gak nih?
Baca SelengkapnyaPenting untuk memperhatikan asupan cairan sehari-hari buah hati.
Baca SelengkapnyaDalam memilih kotak bekal untuk anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar makanan tetap aman dan segar.
Baca SelengkapnyaJangan sampai anak remaja terlalu dibebankan dengan kegiatan les dan akademik.
Baca Selengkapnya