Kenali Tanda Munculnya Gangguan Mental pada Anak
Dream – Isu soal kesehatan mental kini sedang jadi perhatian. Bukan hanya dialami orang dewasa tetapi juga remaja dan anak-anak. Pemicu gangguan mental biasanya karena peristiwa dalam kehidupan yang berdampak besar pada kepribadian dan perilaku seseorang.
Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan rumah tangga, pelecehan, atau stres berat. Gangguan tersebut bisa mengubah cara seseorang dalam menangani stres, berhubungan dengan orang lain, dan membuat pilihan. Hal ini dapat memicu keinginan menyakiti diri sendiri. Oleh karena itu, kesehatan mental harus terus dijaga dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
Bagi orangtua, tentunya Anda khawatir mengenai kesehatan mental anak. Dikutip dari Parents ada beberapa perilaku anak yang harus diwaspadai orangtua. Jika muncul gejala berikut bisa jadi anak mengalami stres atau masalah mental.
Jam tidur
Setelah fase bayi, seorang anak memiliki jam tidur sepuluh jam setiap harinya. Anak yang mengalami depresi, terkadang sering mengantuk dan mudah tertidur di siang hari. Seseorang yang mengalami Attention Deficit Hyperactivity (ADHD) atau Disruptive Mood Dysregulation Disorder (DMDD) kerap mudah tidur dan bangun tiap malam.
Sakit perut
Keluhan yang sering dikeluhkan anak ialah sakit perut. Tapi, sakit perut ini berbeda, karena tidak disebabkan oleh sembelit atau gangguan makanan. Suatu penelitian mengungkapkan bahwa adanya hubungan GI (Gastroenteritis), suatu infeksi pada usus atau perut yang disebabkan oleh beberapa jenis virus dan bakteri terhadap kecemasan dan depresi seseorang.
Obsesif
Obsesif atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD) merupakan gangguan yang ditandai dengan pikiran negatif, membuat penderita merasa gelisah, takut, dan khawatir. Umumnya, anak-anak yang menderita OCD takut akan kuman dan selalu merasa tidak aman. Mereka akan mencuci tangan berkali-kali dan merasa tidak nyaman. Hal ini dapat menganggu aktivitasnya.
Tidak mudah merasa senang
Anak-anak normal pastinya memiliki sebuah keinginan dan kesenangan, tapi berbeda lagi dengan anak yang depresi. Mereka tidak tertarik pada apa pun, termasuk hal yang sebelumnya membuat mereka senang.
“Umumnya Anda akan melihat ketidaktertarikan anak dalam berbagai hal, termasuk suatu kesenangan. Hal ini pun terjadi kepada sesuatu hal yang dulu ia sukai,” ujar Joan Luby, Direktur Program Pengembangan Emosional Fakultas Kedokteran Universitas Washington, AS.
Sering merasa bersalah
“Seorang anak yang depresi merasa sangat ketakutan ketika melanggar suatu peraturan atau hal-hal kecil,” ungkap Dr. Luby. Suatu penelitian menunjukkan bahwa pada anak normal area otaknya yang disebut insula depan lebih kecil daripada anak yang depresi. Hal ini pun memengaruhi depresi seseorang.
Mudah marah
Keseharian yang mudah agresi, merusak, dan perilaku-perilaku emosi yang tidak normal dan berlebihan menjadi salah satu gejala dari gangguan mental.
Perilaku ekstrem
Penelitian yang dilakukan Dr. Luby pada anak-anak prasekolah yang mengalami depresi, menemukan bahwa anak depresi cenderung melakukan hal ekstrem. Bahkan mereka menyakiti diri sendiri. Bisa saja anak menyebut dirinya bodoh, jelek atau tak berharga. Kadang disertai membenturkan diri ke meja atau menggores tangan dengan pensil tajam.
Laporan Dina Nazhifah
Sumber: Parents
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenali gejala-gejala narsistik terselubung agar terhindar. Yuk, simak lebih lengkap!
Baca SelengkapnyaBisa membantunya menjadi individu yang utuh dan merasa nyaman dalam berbagai situasi.
Baca SelengkapnyaOrangtua kadang langsung terpancing emosi dan meminta anak untuk membalas. Ada juga yang sebaliknya, meminta anak untuk menghindari konflik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Olahraga tidak selamanya baik untuk kesehatan. Beberapa cara berolahraga justru bisa mengganggu kesehatan tubuh, bahkan mental.
Baca SelengkapnyaTingkah Desta yang kerap menyentuh lawan jenis saat tampil di TV diprotes anaknya. Warganet pun bangga dengan tingkah anaknya yang mengingatkan Desta.
Baca SelengkapnyaMasalah mental biasanya dimulai dengan rasa stres yang dapat berkembang menjadi cemas, depresi, bahkan gangguan psikosis jika tidak ditangani dengan baik.
Baca SelengkapnyaSaat Hamil Level Cemas Meningkat, Pastikan Ibu Rawat Kesehatan Mental
Baca Selengkapnya