Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Keluhan Anak yang Tak Boleh Disepelekan, Bisa Jadi Tanda Masalah Mental

Keluhan Anak yang Tak Boleh Disepelekan, Bisa Jadi Tanda Masalah Mental Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Dream - Tak ada yang tahu sejauh apa sebuah peristiwa berdampak secara psikologis pada anak. Ada anak yang menyikapinya dengan diam tapi memendam, ada yang mengamuk, ada yang mengalami trauma hebat sampai memicu masalah mental.

Hindari menganggap remeh masalah yang dihadapi anak. Bisa jadi itu berdampak besar pada kesehatan mentalnya. Jika ayah atau bunda memiliki kekhawatiran tentang kesehatan mental anak, mulailah mendiskusikannya dengan dokter anak.

“Kami sering membicarakan kekhawatiran ini sebagai 'pink flag' dan bukan 'red flag'," ujar Rahil Briggs, Psy.D.

Ada beberapa 'pink flag' yang bisa jadi sinyal kalau anak memiliki masalah mental. Meskipun gejala berikut tidak selalu merupakan sinyal yang mencolok dari gangguan klinis, tapi bisa menjadi bukti dari adanya masalah yang bisa berkembang jadi lebih serius.

1. Tidur yang tidak teratur
Anak-anak harus tidur, setidaknya sepuluh jam setiap hari. Anak-anak dengan depresi terkadang tampak sangat mengantuk dan tertarik ke tempat tidur pada jam-jam yang tidak biasa.

"Mereka yang mengalami kecemasan, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), atau DMDD sering membutuhkan waktu berjam-jam untuk tertidur dan bangun beberapa kali setiap malam," ujar Brigss.

Bila mendapati anak sulit tidur, saat siang sangat mengantuk dan lebih suka menyendiri di tempat tidur, ini bisa jadi pertanda. Terutama jika anak pernah mengalami kejadian traumatis sebelumnya.

 

Sakit Perut dan Ketakutan yang Obsesif

2. Masalah perut
Bellyach adalah keluhan umum anak-anak, tetapi seringnya sakit perut yang tidak dapat dijelaskan oleh sembelit atau intoleransi makanan mungkin memiliki akar psikologis. Penelitian telah lama mengaitkan masalah pencernaan kronis pada anak-anak dengan kecemasan dan depresi.

Saat anak kerap mengeluhkan sakit perut, bisa diperiksa ke dokter. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan kalau tak ada masalah, bisa minta dokter untuk merujuk anak ke psikolog atau ke psikiater.

3. Pikiran atau ketakutan yang obsesif
Pada anak-anak yang mungkin mengalami kecemasan, sebuah pikiran menjadi begitu menguras tenaga sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari. Obsesi umum, terutama pada anak-anak yang juga menderita OCD (obsessive compulsive disorder), adalah keamanan dan kuman.

Seorang anak yang menderita OCD mungkin terpaksa mencuci tangan beberapa kali sehari, seringkali pada saat yang tidak tepat, untuk meredakan kecemasannya. Ketakutan juga dapat merusak rutinitas.

“Biasanya anak-anak yang tersengat lebah mungkin mencoba menghindari lebah tetapi masih bermain dengan normal. Lain halnya ketika ketakutan seorang anak terhadap lebah membuatnya tetap di dalam rumah dan seluruh keluarga mulai mengatur rencana mereka untuk hal itu," ujar Carol Weitzman, M.D., profesor pediatri di Universitas Yale.

4. Tidak tertarik pada kesenangan
Anak-anak memiliki minat yang berbeda-beda, tetapi anak yang depresi tidak terlalu bersemangat tentang apa pun. “Sangat umum untuk melihat ketidakmampuan untuk menemukan kegembiraan, bahkan dalam hal-hal yang dulunya tampak mengasyikkan,” kata Joan Luby, M.D., direktur program perkembangan emosi awal di Sekolah Kedokteran Universitas Washington di St. Louis.

Kecerdasan Emosi Anak Lelaki yang Penting Diajarkan Ayah

Dream - Perbedaan sikap orangtua pada anak lelaki dan perempuan akan sangat berpengaruh pada kecerdasan emosinya. Anak lelaki dan perempuan kerap diajari untuk berkomunikasi secara berbeda dari wanita.

Bila anak perempuan didorong untuk membicarakan emosi mereka dan diberi alat untuk melakukannya, pada anak laki-laki cenderung didorong untuk menutup emosi mereka. Tanpa disadari, hal ini memengaruhi kehidupan anak laki-laki. Mereka jadi tidak mampu mengatasi emosinya, mengalami kecemasan, stres, dan kemampuannya menjalani hubungan pribadi secara jangka panjang.

"Penelitian sebenarnya menunjukkan bahwa anak perempuan dan anak laki-laki memiliki cara yang sangat berbeda dalam berkomunikasi dengan orang tua,” kata Dr. Gaile Dines, Presiden dan CEO Culture Reframed, dan Profesor Emeritus Sosiologi dan Studi Wanita Wheelock College, Boston, dikutip dari Fatherly.

Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi, memberi label dengan benar, dan menggunakan informasi emosional untuk memengaruhi pikiran dan tindakan.

 

Pembicaraan Lebih Terbuka Saat Tak Ada Kontak Mata

Menurut Dines, penting bagi anak lelaki untuk dibimbing oleh ayahnya terkait kecerdasan emosi. Saat ayah berbicara dengan anak laki-laki, hal itu cenderung lebih tentang olahraga atau aktivitas dan hanya sedikit tentang kosakata emosional.

Jadi, bagaimana ayah membangun kecerdasan emosi dengan anak lelakinya?

"Apapun yang tidak ada kontak mata. Bersepeda. Berada di dalam mobil. Aktivitas apa pun yang tidak melihat mata secara langsung. Sebenarnya anak laki-laki lebih baik berbicara ketika tidak ada kontak mata," ujar Dines.

 

Menjadi Contoh

Ada juga jenis pertanyaan yang diajukan seperti pertanyaan terbuka yang tidak memerlukan ya atau tidak. Tanyakan saja dengan lembut yang membutuhkan keterlibatan verbal.

"Jadi bukan 'apa harimu menyenangkan di sekolah?' tapi 'di sekolah ada yang bikin kesal gak?', pertanyaan yang memancing anak menceritakan perasaanya," kata Dines.

Orangtua memainkan peran yang sangat penting dalam membantu anak-anak mengembangkan kosa kata emosi dan memberi tahu anak laki-laki bahwa berbicara tentang memiliki emosi sangat normal dan bisa membicarakannya. Hal itu juga merupakan cara yang sehat.

"Ingat, bukan hanya menyuruh anak untuk memiliki emosi yang baik, tapi menjadi contoh. Anak akan melihat emosi ayah saat menghadapi ibunya, dirinya dan orang-orang di sekitarnya," ujar Dines.

Perubahan Pria Menjadi Ayah Seperti Tahap Pubertas

Dream - Hadirnya anak ke dunia memang sangat mengubah kepribadian para orangtua. Bukan hanya ibu, tapi juga ayah secara psikologis. Saat seorang pria menjadi ayah, level testosteronnya menurun, oksitosin meningkat, dan siklus tidurnya pun bergeser.

Itu hanya permulaan. Semua perubahan ini dapat menyebabkan pergeseran kepribadian, peningkatan kesabaran dan empati, kerentanan, dan kesedihan. Depresi pascapartum bagi para ayah adalah pengalaman yang umum. Begitu pula dengan kematangan emosional, dan kelembutan dari seorang pria.

Menjadi seorang ayah adalah metamorfosis. Ketika pria menjadi ayah, mereka memasuki fase kehidupan baru, yang sangat berbeda dari yang terakhir.

"Seolah-olah mereka mencapai pubertas untuk kedua kalinya. Ada perubahan hormonal. Begitu juga dengan perubahan emosional. Masyarakat juga memandang secara berbeda. Ayah dan remaja baru memiliki banyak kesamaan," kata Shane Owens, Ph.D, seorang psikolog, seperti dikutip dari Fatherly.

Shane mengungkap kalau dirinya mendapati beberapa pria mengalami pergolakan total saat menjadi seorang ayah. Ini seperti pubertas kedua.

"Perubahan paling besar yang dapat saya pikirkan adalah perasaan bahwa alam semesta jauh lebih besar dan di luar kendali daripada yang kita kira," kata Owens.

Beberapa ayah mengungkap kalau mengalami tingkat kematangan emosional yang paling baik justru bukan saat anak pertamanya lahir. Justru kedewasaan muncul setelah lahirnya anak ketiga.

Peran ayah memang dapat memengaruhi tingkat kedewasaan, penelitian menunjukkan bahwa menjadi ayah yang baru menyebabkan perubahan fisiologis pada pria, meskipun mereka tidak menyadarinya.

Setelah menjadi ayah, kadar testosteron ayah menurun, penulis studi tahun 2016 menemukan. Sebuah tinjauan yang diterbitkan tahun lalu menyelidiki bagaimana penurunan testosteron ini dari sudut pandang evolusi. Pria dengan testosteron rendah cenderung kurang agresif dan lebih tertarik untuk bersarang (berumah tangga dengan baik) daripada berburu pasangan.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Anak Dipukul Teman Sebaya, Psikolog Rekomendasikan Hal Ini

Anak Dipukul Teman Sebaya, Psikolog Rekomendasikan Hal Ini

Orangtua kadang langsung terpancing emosi dan meminta anak untuk membalas. Ada juga yang sebaliknya, meminta anak untuk menghindari konflik.

Baca Selengkapnya
Keajaiban, Seorang Ibu Lahirkan Anak Kembar dengan Jarak 22 Hari

Keajaiban, Seorang Ibu Lahirkan Anak Kembar dengan Jarak 22 Hari

Sang ibu tidak mengalami masalah atau komplikasi apapun sampai merasakan nyeri menjelang persalinan.

Baca Selengkapnya
Psikolog Ungkap Bahaya Marahi Anak Pagi Hari, Otaknya Jadi Sulit Belajar

Psikolog Ungkap Bahaya Marahi Anak Pagi Hari, Otaknya Jadi Sulit Belajar

Hindari memarahi, apalagi sampai membentak anak ketika ia mau ke sekolah.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
3 Kelainan yang Sebabkan Anak Suka Jatuh Saat Berjalan

3 Kelainan yang Sebabkan Anak Suka Jatuh Saat Berjalan

Pada kasus tertentu ternyata adanya kelainan yang membutuhkan terapi dan intervensi medis.

Baca Selengkapnya
Biasakan Anak Main Sendiri Ternyata Bisa Latih Mentalnya

Biasakan Anak Main Sendiri Ternyata Bisa Latih Mentalnya

Bisa membantunya menjadi individu yang utuh dan merasa nyaman dalam berbagai situasi.

Baca Selengkapnya
Ini Pengasuhan Anak ala Swedia untuk Bentuk Pribadi yang Sehat Mental

Ini Pengasuhan Anak ala Swedia untuk Bentuk Pribadi yang Sehat Mental

Ada tiga konsep yang selalu dilakukan di Swedia dalam mengasuh anak.

Baca Selengkapnya
4 Pemicu Anak Sering Keluhkan Sakit Perut, Bisa karena Gangguan Psikologis

4 Pemicu Anak Sering Keluhkan Sakit Perut, Bisa karena Gangguan Psikologis

Banyak orangtua yang langsung menanyakan makanan/ minuman yang dikonsumsi anak sebelum mengeluhkan sakit perut.

Baca Selengkapnya