Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kebiasaan Buruk Orangtua yang Bisa Lemahkan Mental Anak

Kebiasaan Buruk Orangtua yang Bisa Lemahkan Mental Anak Ilustrasi

Dream - Kondisi pandemi benar-benar mengubah kehidupan seluruh dunia dalam sekejap. Semua orang mau tak mau harus melakukan adapatasi demi bertahan hidup. Untuk bisa bertahan, tentu dibutuhkan mental yang kuat.

Sebagai orangtua, pandemi merupakan momen penting untuk mengajarkan kekuatan mental pada anak-anak. Penting untuk memupuk ketahanan emosi dan mental pada anak sejak dini.

"Anak-anak yang bermental kuat tidak hanya lebih siap untuk menghadapi masalah masa depan mereka sendiri, tetapi penelitian telah menemukan bahwa mereka juga lebih mungkin untuk terlibat aktif di sekolah dan dalam pekerjaan masa depan mereka," kata Tracy Hutchinson, PhD, seorang psikolog klinis.

Sayangnya, orangtua kerap lupa untuk melatih kekuatan mental anak-anaknya. Hasrat untuk melindungi dan membuat anak selalu nyaman mendominasi. Nyatanya hal tersebut justru berdampak buruk pada ketahanan mental anak.

Apa saja sikap orangtua yang malah bisa melemahkan mental dan ketahanan emosi anak?

1. Meminimalkan perasaan anak
Anak-anak perlu tahu bahwa mengekspresikan dan membicarakan emosi mereka itu sehat. Saat orangtua memberi tahu anak-anak mereka hal-hal seperti "jangan terlalu sedih" atau "ini bukan masalah besar", kita malah mengirimkan pesan bahwa perasaan tidak penting dan lebih baik untuk menekannya.

"Jika anak menunjukkan ekspresi ketakutan saat ujan dan petir misalnya, coba katakan 'mama tahu kamu takut', kemudian tanyakan kepada mereka apa yang menurutnya bisa membuat kondisinya lebih baik. Ini mengajari anak cara mengelola dan mengatasi emosinya sendiri," ujar Hutchinson.

Tujuannya adalah membantu anak mempraktikkan solusi yang muncul di pikirannya. Mampu mengatasi emosinya sendiri sampai berhasil.

 

Memanjakan dan Selalu Menyelamatkan

2. Selalu menyelamatkan anak dari kegagalan
Sebagai orangtua, sulit untuk melihat anak-anak kita berjuang melalui tantangan yang kita tahu dapat kita atasi dengan mudah untuk mereka. Anak yang mengalami kegagalan, kesedihan orangtua biasanya lebih besar.

"Kegagalan adalah bagian besar dari kesuksesan. Jika anak-anak tidak pernah diberi kesempatan untuk mempelajari sesuatu dengan kegagalan, mereka tidak akan pernah mengembangkan ketekunan yang mereka butuhkan untuk bangkit kembali setelah mengalami kemunduran," pesan Hutchinson.

3. Memanjakan anak secara berlebihan
Anak-anak menyukai hal tertentu dan orangtua selalu memenuhinya. Penelitian menunjukkan bahwa ketika orangtua memberi anak apa pun yang mereka inginkan, anak cenderung kehilangan keterampilan yang berkaitan dengan kekuatan mental, seperti disiplin diri.

"Orangtua dapat mengajari anak-anak mereka belajar pengendalian diri dengan menetapkan aturan yang jelas untuk hal-hal seperti menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum screen time atau membereskan rumah demi mendapat tambahan uang saku, ada sebab dan akibat," kata Hutchinson.

 

Anak Selalu Nyaman dan Berharap Sempurna

4. Mengharapkan kesempurnaan
Wajar jika kita ingin anak berprestasi dan menjadi yang terbaik dalam segala hal. Tapi bukan itu cara kerjanya. Menetapkan standar prospek yang terlalu tinggi dapat menyebabkan masalah harga diri dan kepercayaan diri anak di kemudian hari.

"Bangun kekuatan mental anak dengan memastikan ekspektasi realistis. Dan bahkan jika anak-anak gagal, kemunduran yang mereka hadapi akan tetap mengajarkan mereka pelajaran hidup yang berharga dan cara untuk berhasil di lain waktu," kata Hutchinson.

5. Memastikan anak selalu merasa nyaman
Ada banyak hal yang mungkin membuat anak merasa tidak nyaman, terutama jika harus melakukan sesuatu yang baru. Misalnya, mencoba makanan baru, mencari teman baru, atau pindah rumah, dan harus pergi ke sekolah baru.

"Sama seperti kegagalan, merangkul saat-saat tidak nyaman dapat meningkatkan kekuatan mental. Dorong anak untuk mencoba hal-hal baru. Bantu mereka memulai, karena itu bagian tersulit. Tetapi begitu anak mengambil langkah pertama itu, mereka mungkin menyadari bahwa itu tidak sesulit yang mereka kira," ungkap Hutchinson.

Sumber: CNBC

Kecerdasan Emosi Anak Lelaki yang Penting Diajarkan Ayah

Dream - Perbedaan sikap orangtua pada anak lelaki dan perempuan akan sangat berpengaruh pada kecerdasan emosinya. Anak lelaki dan perempuan kerap diajari untuk berkomunikasi secara berbeda dari wanita.

Bila anak perempuan didorong untuk membicarakan emosi mereka dan diberi alat untuk melakukannya, pada anak laki-laki cenderung didorong untuk menutup emosi mereka. Tanpa disadari, hal ini memengaruhi kehidupan anak laki-laki. Mereka jadi tidak mampu mengatasi emosinya, mengalami kecemasan, stres, dan kemampuannya menjalani hubungan pribadi secara jangka panjang.

"Penelitian sebenarnya menunjukkan bahwa anak perempuan dan anak laki-laki memiliki cara yang sangat berbeda dalam berkomunikasi dengan orang tua,” kata Dr. Gaile Dines, Presiden dan CEO Culture Reframed, dan Profesor Emeritus Sosiologi dan Studi Wanita Wheelock College, Boston, dikutip dari Fatherly.

Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi, memberi label dengan benar, dan menggunakan informasi emosional untuk memengaruhi pikiran dan tindakan.

 

Pembicaraan Lebih Terbuka Saat Tak Ada Kontak Mata

Menurut Dines, penting bagi anak lelaki untuk dibimbing oleh ayahnya terkait kecerdasan emosi. Saat ayah berbicara dengan anak laki-laki, hal itu cenderung lebih tentang olahraga atau aktivitas dan hanya sedikit tentang kosakata emosional.

Jadi, bagaimana ayah membangun kecerdasan emosi dengan anak lelakinya?

"Apapun yang tidak ada kontak mata. Bersepeda. Berada di dalam mobil. Aktivitas apa pun yang tidak melihat mata secara langsung. Sebenarnya anak laki-laki lebih baik berbicara ketika tidak ada kontak mata," ujar Dines.

 

Menjadi Contoh

Ada juga jenis pertanyaan yang diajukan seperti pertanyaan terbuka yang tidak memerlukan ya atau tidak. Tanyakan saja dengan lembut yang membutuhkan keterlibatan verbal.

"Jadi bukan 'apa harimu menyenangkan di sekolah?' tapi 'di sekolah ada yang bikin kesal gak?', pertanyaan yang memancing anak menceritakan perasaanya," kata Dines.

Orangtua memainkan peran yang sangat penting dalam membantu anak-anak mengembangkan kosa kata emosi dan memberi tahu anak laki-laki bahwa berbicara tentang memiliki emosi sangat normal dan bisa membicarakannya. Hal itu juga merupakan cara yang sehat.

"Ingat, bukan hanya menyuruh anak untuk memiliki emosi yang baik, tapi menjadi contoh. Anak akan melihat emosi ayah saat menghadapi ibunya, dirinya dan orang-orang di sekitarnya," ujar Dines.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Biasakan Anak Main Sendiri Ternyata Bisa Latih Mentalnya

Biasakan Anak Main Sendiri Ternyata Bisa Latih Mentalnya

Bisa membantunya menjadi individu yang utuh dan merasa nyaman dalam berbagai situasi.

Baca Selengkapnya
Ini Pengasuhan Anak ala Swedia untuk Bentuk Pribadi yang Sehat Mental

Ini Pengasuhan Anak ala Swedia untuk Bentuk Pribadi yang Sehat Mental

Ada tiga konsep yang selalu dilakukan di Swedia dalam mengasuh anak.

Baca Selengkapnya
Kelebihan Anak Keras Kepala yang Sering Tak Disadari Orangtua

Kelebihan Anak Keras Kepala yang Sering Tak Disadari Orangtua

Anak keras kepala cenderung ingin mencoba sesuatu dan tak mendengar pendapat orang lain.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
170 Kata-Kata Ibu untuk Anaknya, Berisi Pesan dan Nasehat Mendalam sebagai Parenting

170 Kata-Kata Ibu untuk Anaknya, Berisi Pesan dan Nasehat Mendalam sebagai Parenting

Nasehat dari orang tua kepada anaknya memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak dan membantu mereka tumbuh dengan baik.

Baca Selengkapnya
4 Pemicu Anak Sering Keluhkan Sakit Perut, Bisa karena Gangguan Psikologis

4 Pemicu Anak Sering Keluhkan Sakit Perut, Bisa karena Gangguan Psikologis

Banyak orangtua yang langsung menanyakan makanan/ minuman yang dikonsumsi anak sebelum mengeluhkan sakit perut.

Baca Selengkapnya
Anak Dipukul Teman Sebaya, Psikolog Rekomendasikan Hal Ini

Anak Dipukul Teman Sebaya, Psikolog Rekomendasikan Hal Ini

Orangtua kadang langsung terpancing emosi dan meminta anak untuk membalas. Ada juga yang sebaliknya, meminta anak untuk menghindari konflik.

Baca Selengkapnya
Awas, Kelamaan Hidup Sendiri Dapat Pengaruhi Kesehatan Mental

Awas, Kelamaan Hidup Sendiri Dapat Pengaruhi Kesehatan Mental

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tinggal sendirian, terutama dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko gangguan mental.

Baca Selengkapnya
115 Kata-Kata Sindiran Kena Mental yang Menusuk Hati, Ungkapan untuk Orang Sok Tahu dan Menyebalkan

115 Kata-Kata Sindiran Kena Mental yang Menusuk Hati, Ungkapan untuk Orang Sok Tahu dan Menyebalkan

Terkadang dampak dari kata-kata sindiran tersebut mampu menusuk hati hingga kena mental seseorang.

Baca Selengkapnya