Jangan Ragu Bahas Soal Uang dengan Remaja
Dream - Belum banyak keluarga yang membicarakan soal uang secara terbuka. Padahal, mengenalkan konsep uang pada anak dimulai dari membicarakan kebutuhan dalam rumah, dimulai dari hal-hal terkecil seperti uang jajan.
Ajak anak berbelanja bulanan dan mencatat kebutuhan. Dengan begitu anak bisa tahu apa yang dibutuhkan dan pengeluaran yang harus disiapkan. Kampanye "Bicara Uang" dari Bank Permata berusaha untuk membuat keluarga makin terbuka saat berbicara soal uang pada anak, terutama usia remaja.
"Kami membangun Bicara Uang agar orang tua dan remaja sama-sama mengetahui isu keuangan, serta agar remaja mampu mengatur goal dalam hal keuangannya. Uang bisa dibicarakan dengan siapa saja, selama anak bisa diajak berbicara, kenapa tidak?" ujar Ivy Widjaja, selaku Head of Customer Segmentation and Marketing Permata Bank, di Jakarta, 19 September 2017.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2016, hanya 29,7% masyarakat Indonesia yang memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang produk dan jasa keuangan.
Alasan tak terbukanya orangtua pada anak soal uang adalah ada tiga hal, yaitu persepsi negatif mengenai konsep materelialistis. Kedua, adanya pemikiran yang salah bahwa rezeki akan mengalir dengan sendirinya. Ketiga, karena kebiasaan orang tua yang menganggap kewajiban anak hanyalah belajar, bukan mengurus uang.
Nyatanya, berbicara keuangan sangat penting dilakukan pada seluruh generasi di dalam keluarga, terutama untuk remaja. Remaja merupakan fase di mana anak sedang dalam masa transisi menjadi dewasa. Remaja memiliki ego yang besar sehingga cenderung bersifat impulsif.
Selain itu, remaja sedang berusaha untuk menciptakan eksistensi diri. Karena pentingnya eksistensi diri, remaja berusaha untuk diterima di lingkungan sosialnya. Di era sosial media saat ini, mereka akan lebih rentan tergiur dengan hal-hal glamour di sosial media sehingga mempengaruhi kegiatan keuangannya.
"Pola pengeluaran uang remaja sangat dipengaruhi oleh sosial media dan teman sebayanya. Mereka cenderung mengikuti apa yang dilakukan temannya, 21% pengeluaran remaja banyak dilakukan untuk membeli pakaian, dan 20% untuk makanan. Karena terpaan tren di sosial media, remaja memang cenderung konsumtif dan sulit menabung," ujar Tara de Thouars, seorang psikolog.
Perbedaan karakteristik remaja ini mengharuskan orangtua bekerja lebih ekstra untuk meluruskan masalah keuangan. Menurut Tara, lontarkan pertanyaan untuk memancing keterbukaan si remaja. Terapkan sistem demokratis, sehingga komunikasi terjadi dalam dua arah.
"Pada dasarnya, anak adalah cerminan dari orang tuanya. Tidak akan tercipta anak yang rajin menabung apabila orang tuanya bersifat konsumtif. Keluarga merupakan lingkungan yang tepat untuk mulai membentuk nilai-nilai dasar. Ajak remaja bicara hal keuangan, sebagai bekal mereka di usia dewasa nanti," ungkap Tara.
Laporan: Annisa Mutiara Asharini
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jangan sampai anak remaja terlalu dibebankan dengan kegiatan les dan akademik.
Baca SelengkapnyaBikin Syok, Aksi Anak Gunting Uang Kertas Asli Hingga jadi Potongan Kecil
Baca SelengkapnyaUsia pra remaja memang belum bisa memilih, tapi dari momen Pemilu ini anak-anak bisa belajar banyak hal.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pria temukan uang tabungannya di lemari dimakan rayap.
Baca SelengkapnyaKenali gejala-gejala narsistik terselubung agar terhindar. Yuk, simak lebih lengkap!
Baca SelengkapnyaPenting bagi orangtua untuk tahu kalau anak remaja kadang butuh lebih banyak tidur daripada yang kita sadari.
Baca SelengkapnyaBisa membantunya menjadi individu yang utuh dan merasa nyaman dalam berbagai situasi.
Baca SelengkapnyaAnak keras kepala cenderung ingin mencoba sesuatu dan tak mendengar pendapat orang lain.
Baca SelengkapnyaCerita berawal dari perkenalan sang janda dengan pria tua itu yang mengaku bisa menggandakan uang.
Baca SelengkapnyaYuk intip kamar simpel tapi mewah ala Nikita Willy dan Indra Priawan
Baca Selengkapnya