Jangan Bedakan Mainan Berdasarkan Jenis Kelamin Anak, Ketahui Alasannya
Dream - Teguran kerap dilontarkan jika ada anak laki-laki bermain boneka atau ketika mereka penasaran dengan mainan masak-masakan. Begitu juga ketika ada anak perempuan main bola atau tembakan.
Kalimat yang terlontar antara lain "Laki-laki, kok mainnya boneka?" atau "Duh, masa anak perempuan main bola sih?". Bermain merupakan hal yang tak bisa dilepaskan dari seorang anak. Lewat bermain, anak juga belajar dan mengasah kemampuan otaknya.
Tapi apakah perlu untuk membedakan mainan berdasarkan jenis kelamin anak? Menanggapi keresahan ini, Prof. Melissa Hines dari Cambridge University, melansir The Guardian, menjelaskan bahwa memang ada kesenjangan gender dalam permainan anak.
Penelitian menemukan bahwa otak anak laki-laki memang cenderung untuk mengekspresikan minat awal pada permainan motorik dan fisik, seperti mobil-mobilan dan bola. Sementara otak anak perempuan cenderung mengekspresikan minat pada bermain peran, seperti boneka dan rumah-rumahan.
Cobalah untuk Tak Membedakan
Kecenderungan ini lalu dijadikan sebagai pembeda. Misalnya di toko mainan. Toko mainan cenderung memisahkan mainan berdasarkan laki-laki dan perempuan.
Perbedaan ini sebenarnya menyalahi hakikat bermain, yaitu mendorong anak untuk merasakan pengalaman baru dengan bermacam permainan yang menurut mereka menyenangkan.
Elizabeth Sweet, sosiologis dan dosen di University of California, mengatakan membedakan mainan berdasarkan gender bisa menimbulkan efek negatif buat anak. Anak bakal terhambat dalam mengembangkan minat dan bakatnya, karena secara tak langsung dibatasi. Padahal, minat dan bakat mereka harusnya bisa dikembangkan secara optimal.
Penjelasan selengkapnya di Diadona.id
Coba Kurangi Jumlah Mainan, Biarkan Anak Berimajinasi
Dream - Jejeran mainan di toko atau yang sedang menjadi tren kerap kali membuat anak-anak merengek untuk dibelikan. Setiap lewat toko mainan atau ada penjual yang lewat, mereka pun selalu ingin membeli.
Sebagai orangtua, mungkin kita tak tega dan ingin selalu membelikannya. Padahal di rumah sudah ada segunung mainan yang hanya dimainkannya hanya dalam hitungan jam, bahkan menit. Setelah itu, ia merasa bosan. Efeknya mainan-mainan tersebut malah hanya jadi barang yang memenuhi rumah.
Mulai sekarang, sortir kembali mainan anak. Pertahankan yang benar-benar dimainkan si kecil. Untuk mainan yang tak lagi dimainkan tapi masih layak, bisa diberikan pada anak lain yang membutuhkan.
Kurangi frekuensi membeli mainan dan hanya di saat-saat tertentu saja. Jika ingin membeli mainan, pastikan punya manfaat edukatif, merangsang kemampuan motorik dan awet. Anak yang terbiasa dengan mainan sedikit bakal mendapatkan efek positif berikut.
Kreatif dan Inovatif
Ada seorang anak laki-laki yang memiliki sederetan pakaian superhero lengkap. Batman, Superman, Spiderman, dan Ironman. Tentunya sangat menyenangkan baginya. Lalu ada anak laki-laki yang tak memilikinya, tapi ia kemudian mengikat selimut dan menjadikannya sayap.
Dua hal ini sangat mudah dipahami, karena keterbatasan dan minimalisme, bisa memicu inovasi dan kreativitas. Anak pun akan belajar banyak dari hal tersebut.
Praktik Berbagi
Bermain Mandiri
Ketika anak-anak memiliki lebih sedikit mainan, mereka bermain lebih mandiri. Anak akan memilih dengan cermat mainan yang diinginkan dan dibutuhkan. Ini berarti mereka bisa mengeluarkan mainan sendiri dan menyimpannya.
Tidak ada lagi ada pernyataan "aku bosan" atau "tidak ada hal untuk dimainkan". Mainan yang sedikit membuat mereka tahu apa yang diinginkannya, mencari cara untuk mendapatkan permainan dan memanfaatkan barang-barang yang ada di rumah.
Sumber: Motherly
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kelebihan Anak Keras Kepala yang Sering Tak Disadari Orangtua
Anak keras kepala cenderung ingin mencoba sesuatu dan tak mendengar pendapat orang lain.
Baca SelengkapnyaBiasakan Anak Main Sendiri Ternyata Bisa Latih Mentalnya
Bisa membantunya menjadi individu yang utuh dan merasa nyaman dalam berbagai situasi.
Baca SelengkapnyaAnak Baru Berani Buka Lemari Setelah 2 Tahun Ibu Meninggal, Langsung Nangis Lihat Isinya
Dia tidak kuat menahan kesedihan dan kerinduan karena banyak kenangan manis bersama ibunya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Studi Ungkap Tekanan Sosial Bikin Kreativitas Anak Perempuan Tak Berkembang
Ternyata saat bermain, anak perempuan cenderung perfeksionis dan takut gagal karena tekanan yang diberikan kepada mereka.
Baca Selengkapnya5 Rekomendasi Permainan yang Latih Kecerdasan Emosi Anak dari Psikolog
Anak-anak perlu dikenalkan beragam emosi, menyalurkannya dengan tepat dan baik, lalu dilatih untuk mengontrolnya.
Baca Selengkapnya8 Faktor Anak Melakukan Tindak Kekerasan dan Pembullyan, Yuk Ayah Bunda Cari Tahu
Fenomena kekerasan dan pembullyan yang dilakukan oleh anak di sekolah merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak
Baca Selengkapnya