Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Intuitive Parenting, Pengasuhan Penting di Era Digital

Intuitive Parenting, Pengasuhan Penting di Era Digital Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Dream - Informasi dari banyak sumber membuat para orantua bisa belajar dengan mudah soal pengasuhan anak. Pengalaman dari orang lain yang kerap dibagikan di media sosial, buku digital, seminar online dan banyak sumber membuat orangtua juga bisa menggali banyak hal soal mengasuh anak.

Sementara di sisi lain, banjirnya informasi ini membuat orangtua juga semakin stres. Ada yang cemas karena khawatir, apakah pengasuhan sudah tepat atau belum. Ada juga yang tertekan dan merasa bersalah, karena merasa tak mampu memberi pengasuhan terbaik.

Hal ini bertambah parah dengan konten-konten ‘family goal’ di media sosial yang sering dijadikan referensi. Stres, cemas dan rasa bersalah itu sesungguhnya bersumber pada satu hal, keinginan orangtua memberi yang terbaik bagi anak-anak mereka.

“Ada istilah Intuitive Parenting (IP). Pendekatan ini merupakan pengasuhan dengan mengandalkan apa yang dirasa orangtua memang terbaik untuk anak,” ujar Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi dalam talkshow acara penutupan Cussons Bintang Kecil 9- Konser Eksplorasi, Minggu 28 Februari 2021.

 

Membuat Orangtua Lebih Percaya Diri

Pendekatan ini memungkinkan orangtua lebih percaya diri dalam mengasuh anak-anak mereka, dengan fokus kepada kebutuhan anak, bukan sekadar mengikuti pola pengasuhan orang lain.

Lebih lanjut, Vera menjelaskan fokus utama IP bukan sekadar menjadikan anak cerdas, tapi juga percaya diri, tangguh, dan tidak mudah menyerah. Untuk itu, orang tua harus fokus pada masing-masing anak, dengan berbekal tiga hal.

Pertama, harus memahami tahap tumbuh kembang anak. Misalnya, orangtua wajib paham pencapaian bayi 9 bulan, ataupun anak empat tahun. Kedua, orangtua harus berkomitmen waktu dan energi untuk anak sehingga betul-betul bisa hadir lahir batin ketika bersama anak.

Ketiga, orang tua harus memiliki regulasi emosi yang baik. Saat kekesalan menghadapi anak sudah sampai puncaknya, tenangkan diri terlebih dahulu baru kembali lagi kepada anak.

“Dalam pengasuhannya, orangtua mengikuti anak. Bukan mengikuti kemauan anak, tapi mengikuti temperamennya, menyesuaikan dengan tipe anak. Tiap anak, akan beda-beda. Satu anak pun, jika bertambah usia juga harus menyesuaikan lagi,” jelas Vera.

Selain sebagai pengasuh utaman yang memastikan semua kebutuhan anak tercukupi, orangtua juga berperan sebagai partner. “Orangtua sebagai pihak yang mendengarkan anak, bukan menyuruh atau memerintah,” tambah Vera.

 

Pendekatan Berbeda Tiap Anak

Hal itu diamini pasangan Indra Brasco dan Mona Ratuliu yang memiliki empat anak. Usia anaknya dengan rentang si sulung berusia 17 tahun dan si bungsu 9 bulan.

“Setiap anak membutuhkan pendekatan berbeda-beda. Di awal masa pandemi, kita duduk bareng dengan anak, untuk menyamakan persepi dulu. Mendengarkan perasaan mereka, juga memenuhi kebutuhan anak yang berbeda-beda,” jelas Indra.

Memahami kebutuhan eksplorasi anak di masa tumbuh kembang juga menjadi tantangan tersendiri bagi Cussons yang selalu berkomitmen menjadi mitra orang tua.

“Ajang Cussons Bintang Kecil 9 bukan sekadar ajang kreativitas, tapi juga menyelenggarakan rangkaian program parenting untuk membantu orang tua memilih pola asuh yang tepat. Terutama untuk orang tua baru, untuk bersama-sama mengeksplorasi bersama anak-anaknya,” jelas Rahma Anna Setyani, Head of Marketing Cussons Baby & Kids.

Ayah Bunda, Ini Cara Tingkatkan Kualitas Pola Asuh

Dream - Mengasuh dan membesarkan anak adalah proses panjang, yang tak mudah. Sangat menguras emosi, mental tapi juga memunculkan kebahagiaan. Tak dipungkiri orangtua kerap mengalami frustasi saat menghadapi sikap anak yang memberontak dan sulit diatur.

Dibutuhkan banyak kesabaran, penyesuaian dan keinginan untuk terus belajar demi memperbaiki dan serta meningkatkan kualitas pola asuh. Ingat, menjadi orangtua yang baik, artinya selalu mau belajar untuk berkembang bersama anak.

"Orangtua yang hanya bergumul dengan tanggung jawab pengasuhan atau tidak mau untuk berkembang dapat berdampak negatif pada anak-anak mereka. Faktanya, penelitian ilmu saraf menunjukkan bahwa ketika anak-anak terpapar pengalaman negatif selama masa kanak-kanak, hal itu bisa berbahaya bagi otak mereka yang sedang berkembang," ujar Ann-Louise T. Lockhart, seorang psikiater, dikutip dari Verywell.

Jika ingin memastikan apakah kita terus meningkatkan keterampilan mengasuh anak, ada daftar hal-hal yang dapat dilakukan. Lakukan hal berikut agar kemampuan pengasuhan sebagai orangtua terus terasah.

 

Dengarkan Anak

Pernahkah ayah atau bunda begitu sibuk sehingga tidak menyadari bahwa anak-anak sedang berbicara? Ketika menghabiskan waktu bersama anak, cobalah untuk menghindari terlalu banyak gangguan, termasuk pemikiran mengganggu tentang pekerjaan atau cucian yang masih berantakan.

Prioritaskan untuk mengetahui apa yang diharapkan anak, apa yang mereka takuti, dan apa yang mereka cemaskan. Dengarkan dan ajukan pertanyaan, bahkan jika mereka mengabaikan atau mencoba mengelak menjawab.

Mendengarkan secara aktif juga berarti kita fokus pada apa yang dikatakan anak tanpa memikirkan bagaimana akan menanggapinya. Ini tentang bahasa tubuh dan menangkap isyarat.

 

Konsisten dengan Aturan

Sebagai orangtua, tugas kita adalah mengajari anak-anak Anda perbedaan antara benar dan salah, yang berarti juga harus mengikuti aturan. Jadi, ketika Anda melakukan sesuatu yang salah, membuat kesalahan, atau kehilangan ketenangan, akui dan minta maaf.

Kita juga perlu memastikan kedisiplinan dilakukan dengan konsisten, tetapi fleksibel. "Misalnya, akan ada saat-saat ketika kita akan mengatakan tidak kepada anak dengan tegas. Kemudian akan ada saat lain ketika kita menyadari bahwa telah membuat kesalahan atau mungkin menanggapi anak dengan terlalu keras," kata Lockhart.

Mengendalikan emosi

Jika kehilangan ketenangan di depan anak-anak, mereka mungkin menjadi takut atau cemas, terutama pada balita. Setiap kali kehilangan kendali, berteriak, atau berdebat dengan seseorang, tunjukkan bagaimana kita bisa tetap tenang dan menyelesaikan masalah dengan baik. Ketika melakukannya, orangtua menunjukkan kepada anak seperti apa kecerdasan emosional itu.

Jika benar-benar kehilangan ketenangan, pastikan untuk meminta maaf dan bertanggung jawab atas emosi negatif yang keluar. Melakukannya adalah cara lain untuk mencontohkan perilaku sehat.

 

 

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
170 Kata-Kata Ibu untuk Anaknya, Berisi Pesan dan Nasehat Mendalam sebagai Parenting

170 Kata-Kata Ibu untuk Anaknya, Berisi Pesan dan Nasehat Mendalam sebagai Parenting

Nasehat dari orang tua kepada anaknya memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak dan membantu mereka tumbuh dengan baik.

Baca Selengkapnya
Mengurus Dua Buah Hati, 6 Tips Parenting ala Dwihandaanda Ini Bisa Jadi Inspirasi

Mengurus Dua Buah Hati, 6 Tips Parenting ala Dwihandaanda Ini Bisa Jadi Inspirasi

Seperti apa sih gaya parenting Dwi Handayani yang bisa jadi inspirasi?

Baca Selengkapnya
Yuk Ajarkan kepada Anak Sejak Masih Dini, Inilah 4 Hadis Ringan yang Gampang Dihafal

Yuk Ajarkan kepada Anak Sejak Masih Dini, Inilah 4 Hadis Ringan yang Gampang Dihafal

Hadis tersebut mampu membentuk karakter serta nilai-nilai Islami dalam diri seorang anak.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Seru Banget, Intip Kelas Mengurus Bayi dan 'Menyusui' untuk Para Ayah di Indonesia

Seru Banget, Intip Kelas Mengurus Bayi dan 'Menyusui' untuk Para Ayah di Indonesia

Penting banget nih buat para ayah newbie agar bisa aktif mengurus buah hati.

Baca Selengkapnya
Studi Ungkap Tekanan Sosial Bikin Kreativitas Anak Perempuan Tak Berkembang

Studi Ungkap Tekanan Sosial Bikin Kreativitas Anak Perempuan Tak Berkembang

Ternyata saat bermain, anak perempuan cenderung perfeksionis dan takut gagal karena tekanan yang diberikan kepada mereka.

Baca Selengkapnya
Biasakan Anak Main Sendiri Ternyata Bisa Latih Mentalnya

Biasakan Anak Main Sendiri Ternyata Bisa Latih Mentalnya

Bisa membantunya menjadi individu yang utuh dan merasa nyaman dalam berbagai situasi.

Baca Selengkapnya
8 Faktor Anak Melakukan Tindak Kekerasan dan Pembullyan, Yuk Ayah Bunda Cari Tahu

8 Faktor Anak Melakukan Tindak Kekerasan dan Pembullyan, Yuk Ayah Bunda Cari Tahu

Fenomena kekerasan dan pembullyan yang dilakukan oleh anak di sekolah merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak

Baca Selengkapnya