Cara Menghadapi Fenomena Mom Shaming yang Meracuni Emak-emak
Dream - Hari Ibu merupakan momen sangat istimewa, mengingat perjuangan para ibu luar biasa. Tapi dari sekian banyak perjuangannya, masih banyak ibu yang merasa tak berharga.
Itu karena perkataan atau penilaian orang lain yang cenderung membandingkan, menghakimi atau mempermalukan korban.
Menurut survey yang dilakukan mamapapa.id, sebanyak 84 persen ibu orang pernah mengalami mom shaming. Para pelaku mom shaming datang dari orang terdekat, 45,4 persen mertua, 32,9 persen teman, 17,4 persen orang tak dikenal, dan 4,3% suami sendiri.
"Shaming justru dilakukan orang terdekat. Mulai shaming dari pola asuh, pemilihan makanan, fisik bayi atau ibunya. Padahal yang mereka butuhkan adalah support bukan celaan", ujar Rissa Novria, selaku Co-Founder mamapapa.id dalam keterangan tertulis, Jumat 18 Desember 2020.
Mom shaming merupakan permasalahan yang dialami hampir semua ibu. Tindakan ini terjadi karena pelaku merasa paling berpengalaman, paling tahu banyak hal, dan paling benar, sehingga merasa perlu memberikan ‘nasihat’ yang disadari atau tidak dapat melukai mental korban.
Efek yang dialami korban umumnya akan merasa malu, bersalah, hingga menganggap dirinya tak layak menjadi seorang ibu.
Padahal dalam praktiknya, setiap ibu punya cara masing-masing dalam merawat buah hatinya. Tidak ada orang tua yang sempurna, tapi setiap orang tua pasti melakukan hal terbaik untuk keluarga, khususnya anak-anaknya.
Mengenal Mom Shaming
Mom shaming adalah perilaku mempermalukan ibu lainnya dengan cara mengkritik, membandingkan, menyalahkan, atau menyudutkan.
Seolah-olah menjadi ibu adalah ajang perlombaan untuk menunjukkan siapa yang paling baik dan paling benar. Ada beberapa aspek yang biasanya diriktik, antara lain:
Pola Asuh
“Kok cara kasih makan anaknya kayak begitu sih?” Kalimat seperti itu merupakan salah satu bentuk mom shaming pola asuh. Perilaku seperti ini seolah menyalahkan cara seorang ibu mengasuh anaknya.
Metode Persalinan
Biasanya, ibu yang memilih metode persalinan Caesar akan mengalami mom shaming. Pelaku akan mengatakan bahwa ibu yang melahirkan Caesar bukan ibu sepenuhnya karena tidak merasakan sakitnya lahiran normal. Padahal semua metode persalinan itu sama-sama baik, dan ketulusan seorang ibu tidak bisa dinilai dari caranya memilih metode persalinan.
Menyusui
Banyak ibu yang menghadapi kesulitan dalam menyusui sang buah hati pada fase awal melahirkan. Permasalahannya biasanya dikarenakan ASI yang belum deras, si kecil yang belum pintar menyusui dan lain-lain. Masalah seperti ini kerap menjadi ajang kritik dari orang lain.
Bentuk Fisik
Bentuk fisik adalah mom shaming yang paling sering dijumpai. Bisa fisik ibu atau fisik anak. Contohnya jika si ibu mengalami kenaikan berat badan pasca melahirkan dan ia dkritik “Ih kok gendut ya sekarang!”
Atau jika anak lahir dengan kekurangan fisik dan kerap mengalami hujatan dari orang sekitar. Tentunya perkataan tersebut dapat menyakiti hati korban.
Tanpa disadari kita pun bisa menjadi pelaku mom shaming jika meninjau bentuk-bentuk tindakan di atas. Namun seperti data yang sudah dipaparkan, pelaku mom shaming paling besar prosentasenya memang datang dari kalangan keluarga, teman dekat,lalu diikuti orang lain serta komentator di media sosial.
Dampak Mom Shaming
Tidak hanya melukai, tindakan mom shaming ini memiliki dampak yang buruk bagi kondisi psikologis korban.
Pertama, menimbulkan rasa sedih mendalam hingga merasa bersalah atas tuduhan yang terjadi. Kemudian menumbuhkan kekhawatiran berlebih hingga menimbulkan kecemasan, serta menurunkan rasa percaya diri bahkan menilai diri merupakan ibu terburuk.
Stop Mom Shaming, Start Mom Praising
Menilai tindakan mom shaming ini dilakukan tanpa sadar, bahkan dinilai biasa oleh para pelaku. Maka, kita yang sadar akan hal tersebut penting untuk meminimalisir dan memberhentikan perilaku ini. Satu hal terpenting jika Mama mengalami hal ini adalah "memaafkan".
Menerima kekurangan diri sendiri lalu belajar menerapkan self-love.Kemudian menjadi ibu yang lebih sehat dengan selalu menerapkan pola pikir positif serta yakin bahwa pola asuh yang kita pilih adalah yang terbaik.
Untuk menyambut hari ibu 2020, Mamapapa.id mengajak seluruh ibu di Indonesia untuk melakukan gerakan Stop Mom Shaming, Start Mom Praising dengan mengikuti serangkaian diskusi online melalui kulwap, live IG, dan juga webinar mengenai mom shaming dengan Shandy Aulia.
Shandy bakal cerita banyak pengalamannya yang sering kali mendapatkan mom shaming dari netizen. Penasaran seperti apa?
Jangan lewatkan serangkaian acara menyambut Hari Ibu dengan Stop Mom Shaming, Start Mom Praising ini, untuk info pendaftaran lebih lanjut kunjungi Mamapapa.id.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Fenomena kekerasan dan pembullyan yang dilakukan oleh anak di sekolah merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak
Baca SelengkapnyaAnak remaja bisa jadi pelaku bullying seringkali karena social pressure yang begitu tinggi.
Baca SelengkapnyaSeperti apa sih gaya parenting Dwi Handayani yang bisa jadi inspirasi?
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Saraf terjepit bisa terjadi di usia muda dan menghambat kegiatan sehari-hari. Ada beberapa cara untuk mencegah dan mengatasinya.
Baca SelengkapnyaKenali gejala-gejala narsistik terselubung agar terhindar. Yuk, simak lebih lengkap!
Baca SelengkapnyaNasehat dari orang tua kepada anaknya memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak dan membantu mereka tumbuh dengan baik.
Baca SelengkapnyaPenting banget nih buat para ayah newbie agar bisa aktif mengurus buah hati.
Baca SelengkapnyaPerasaan cemas dan takut ketika menghadapi sesuatu normal terjadi, tetapi perlu waspada apabila terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaStatus WA tak pernah muncul, wanita ini sidak ponsel ibunya terungkap isinya.
Baca Selengkapnya