Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Buah Hati di Rumah dan Kesepian, Haruskah Khawatir?

Buah Hati di Rumah dan Kesepian, Haruskah Khawatir? Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Dream - Pandemi membuat anak tak bisa bebas bermain dan bertemu dengan teman, saudara, bahkan kakek neneknya. Untuk mereka yang terbiasa bertemu banyak orang, hanya di rumah di rumah saja tak boleh banyak keluar pastinya akan membuat kesepian.

Mungkin orangtua tak menyadari kalau buah hatinya sedang merasa kesepian dan kebingungan. Perubahan sikap sebenarnya bakal terjadi pada anak yang merasa kesepian. Seperti apa? Salah satunya dengan memberi nama boneka atau mainan.

“Anak-anak mungkin mengingat nama teman mereka dan memberikan boneka binatang atau teman khayalan mereka nama teman sebenarnya," ungkap Jane Timmons-Mitchell, psikiater dari Case Western Reserve University dikutip dari Fatherly.

Anak usia empat dan lima tahun mungkin dapat mengungkapkan perasaan yang dialami, meskipun mungkin tidak secara eksplisit menyebutnya kesepian. Kesepian adalah emosi yang kompleks.

"Ungkapan yang mungkin muncul seperti aku kangen bu guru, teman di sekolah, ingin main permainan di sekolah atau mungkin mengajak bertemu sepupu atau kakek dan neneknya dan selalu meminta keluar rumah. Anak belum bisa mendeskripsikan kesepian secara langsung, tapi apa yang dia rasakan," ujar Mitchell.



 

Kesepian pada anak, haruskah khawatir?

Untuk anak yang lebih besar, kesepian dapat muncul dengan sendirinya dan ia menjadi menarik diri. Malas berkomunikasi, tak semangat melakukan aktivitas atau jadi lebih mudah marah. Kepekaan orangtua sangat dibutuhkan untuk mengetahui perubahan sikap anak.

"Mereka mungkin menarik diri dari hal-hal yang biasanya mereka sukai, yang dapat bermanifestasi sebagai sifat mudah marah," ungkap Mitchell.

Menurut Mitchell, orangtua tidak perlu terlalu khawatir jika anak kecil merasa kesepian. Menurut para ahli, anak-anak usia 2-5 tahun mengalami kesepian secara berbeda dari anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa.

Kemungkinan besar, mereka tidak akan merindukan teman dan anggota keluarga mereka hingga tingkat yang merugikan selama didampingi orangtuanya. Ini juga akan membuatnya jadi anak yang tangguh. 

Sumber: Fatherly

Orangtua Bercerai dan Anak Tak Merasa Sedih, Apakah Normal?

Dream - Berakhirnya pernikahan bukan hanya menyebabkan guncangan psikologis bagi pasangan, tapi juga anak. Buah hati merupakan'korban' utama dari perceraian. Baik perpisahan yang dilakukan dengan baik-baik maupun penuh konflik.

Ada anak yang merasa sangat sedih dan trauma dengan perceraian orangtua. Sebaliknya ada yang biasa saja. Mereka menyerahkan semua keputusan kepada orang tua dan cenderung tak mau tahu tentang proses atau kelanjutannya.

Orangtua mungkin menganggap “Wah, anak saya dewasa”. Lalu, bagaimana pendapat psikolog mengenai kondisi ini? Wajarkah anak tampak biasa-biasa saja dengan perceraian orang tua?

Menurut Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog, beberapa penyebab anak tampak tidak sedih dengan perceraian orangtuanya yaitu:

Memahami dan Tak Mau Menambah Beban
Anak berusaha memahami dan mengalah terhadap keputusan pihak yang lebih dewasa. Biasanya apada anak yang sudah memiliki kematangan psikologis dan emosi yang cukup baik.

“Anak mungkin berusaha sekali untuk tidak menambah beban orang tuanya. Sebenarnya diam-diam ada kesedihan mendalam atau ada pertanyaan-pertanyaan di benaknya,” uja psikolog yang kerap dipanggil Ivon itu.

 

Lepas dari Konflik

Lega Bisa Lepas dari Konflik 
Untuk keluarga dengan tingkat konflik tinggi, misalnya melibatkan pertengkaran verbal maupun fisik, anak mungkin akan merasa lebih aman dan tenang dengan terlepas dari situasi tersebut. Karena itulah, bukannya sedih, ia justru terlihat lega atau setidaknya biasa-biasa saja.

“Kendati begitu, pada kenyataannya perceraian tidak selalu membuat konflik antara kedua orangtua berakhir,” kata Ivon

Faktor Usia Anak Juga Mendukung
Usia biasanya menjadi tolok ukur seberapa mampu anak memahami konsep perceraian, konflik, dan sebagainya. Pada anak yang sudah melewati remaja, mungkin bisa lebih mengerti akan kondisi orangtuanya.

Pada anak balita hingga usia sekolah, kedua orangtua sama-sama memiliki peran yang signifikan dan penting memenuhi kebutuhan emosional anak. Jadi, ketika perceraian terjadi, anak juga dituntut melakukan penyesuaian yang signifikan pula. Hal ini tidak mudah tentunya bagi anak.

“Sedangkan, pada anak usia remaja, ia mungkin lebih dapat diarahkan untuk memahami situasi yang terjadi dan menyesuaikan diri akan perubahan hidup keluarganya. Namun, kebutuhan remaja untuk masih mendapatkan pendampingan dari orang tua juga perlu menjadi perhatian penting,” kata Ivon.

Lingkungan yang mendukung
Reaksi kita dalam menghadapi sesuatu juga dipengaruhi lingkungan sekitar. Bila Kalau lingkungannya suportif, dalam artian selalu ada orang yang dapat membantunya memahami dan menyesuaikan diri (bisa saudara, sahabat, guru, konselor, orang tua dari sahabat), anak korban perceraian cenderung kuat.

Penjelasan selengkapnya baca di KlikDokter

Saat Putuskan Bercerai, Hindari Lakukan 3 Hal Ini Demi Anak

Dream - Saat memutuskan untuk menikah dan berkeluarga, tak ada pasangan yang ingin bercerai. Sayangnya, keadaan seringkali memaksa. Keputusan bercerai diambil dan semua rencana masa depan berubah total.

Termasuk soal kehidupan anak-anak. Bercerai saja sudah sangat menyakiti anak. Jangan sampai memperburuk keadaan dengan melakukan kesalahan-kesalahan ini.

1. Membiarkan emosi mengendalikan diri
Sesulit apa pun keadaannya, meluapkan kemarahan, dan emosi negatif lainnya adalah hal yang harus dihindari terutama di depan anak. Bersikap impulsif penuh emosi karena dengki dengan menolak kunjungan, melemparkan barang-barang pasangan atau dengan sengaja mencegah anak-anak terikat dengan pasangan baru mantan akan berefek buruk. Anak bisa menjadi trauma. Bisa saja mereka menyalahkan dirinya sendiri dan memicu depresi.

 

Bawa Pergi Anak dan Curhat di Medsos

2. Curhat di media sosial
Mencurahkan perasaan di media sosial bukanlah hal yang baik, terutama saat proses perceraiaan. Mengirim kata-kata yang buruk dan menjatuhkan pasangan bisa menjadi bumerang. Tentunya hal itu bisa berdampak negatif bagi diri sendiri dan anak-anak. Mereka bisa saja malu karena 'curhatan' orangtuanya yang bisa dibaca banyak orang.

3. Membawa anak pergi tanpa memberi tahu
Jika ingin membawa anak-anak pergi tentu saja harus mendapat izin dari pasangan karena biar bagaimana pun pasangan tetap memiliki hak terhadap anak-anak. Jangan meminta izin pada pasangan pada menit-menit terakhir. Bisa memperkeruh keadaan dan menempatkan anak di posisi yang sangat dilematis.

Laporan Ava Haprin/ Todays Parent

 

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kelebihan Anak Keras Kepala yang Sering Tak Disadari Orangtua
Kelebihan Anak Keras Kepala yang Sering Tak Disadari Orangtua

Anak keras kepala cenderung ingin mencoba sesuatu dan tak mendengar pendapat orang lain.

Baca Selengkapnya
Ada Gak Sih Waktu Paling Tepat Si Kecil untuk Sunat?
Ada Gak Sih Waktu Paling Tepat Si Kecil untuk Sunat?

Ada orangtua yang tak tega ketika anaknya masih kecil untuk disunat, ada juga yang ingin secepat mungkin.

Baca Selengkapnya
Keajaiban, Seorang Ibu Lahirkan Anak Kembar dengan Jarak 22 Hari
Keajaiban, Seorang Ibu Lahirkan Anak Kembar dengan Jarak 22 Hari

Sang ibu tidak mengalami masalah atau komplikasi apapun sampai merasakan nyeri menjelang persalinan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Cara Mempunyai Anak Perempuan Cantik, Ini Rahasianya yang Penting Diketahui Ayah dan Bunda
Cara Mempunyai Anak Perempuan Cantik, Ini Rahasianya yang Penting Diketahui Ayah dan Bunda

Posisi saat berhubungan intim hingga asupan makanan yang dikonsumsi berpengaruh untuk hamil anak perempuan.

Baca Selengkapnya
100 Ucapan Ulang Tahun untuk Anak Laki-laki, Simpel Tapi Berkesan di Hati
100 Ucapan Ulang Tahun untuk Anak Laki-laki, Simpel Tapi Berkesan di Hati

Ucapan ulang tahun untuk anak laki-laki tidak hanya sekedar kata-kata, tetapi juga doa dan harapan untuk kebaikan anak tersebut.

Baca Selengkapnya
Sebelum Pakaikan Perhiasan untuk Bayi, Ketahui Risikonya
Sebelum Pakaikan Perhiasan untuk Bayi, Ketahui Risikonya

Jangan sampai perhiasan yang dikenakannya malah membahayakan.

Baca Selengkapnya