Bikin Haru, Momen Technical Lead Covid-19 WHO Temui Anak Hanya Lewat Kaca
Dream - Seluruh tenaga kesehatan, peneliti dan orang-orang yang bekerja langsung menangani pandemi Covid-19, sangat berisiko tertular. Bukan hanya mengancam kesehatan pribadi, tapi juga keluarga.
Mereka bertaruh nyawa untuk melakukan pekerjaannya, demi menekan penularan Covid-19 serta mengatasi pandemi. Tak mudah memang, karena pekerjaannya bukan hanya menguras fisik tapi juga mental.
Maria Van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi, yang merupakan Technical Lead Covid-19 WHO mengungkapkan pengalamannya bekerja selama pandemi. Perempuan 44 tahun sejak awal virus Covid-19, sudah harus melakukan perjalanan ke China untuk melakukan penelitian.
Lewat wawancara dengan Melissa Fleming, Kepala Komunikasi Global Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Maria mengungkap kalau dirinya juga merasa takut. Sebagai ibu, dirinya juga harus terpisah dengan sang anak demi keamanan.
Anak Merasa Takut Sang Ibu Tak Kembali
“Ketika saya pergi ke China pada Februari 2020… dia [anak saya] sangat ketakutan. Jadi, dia pikir saya tidak akan pulang dan saya pikir segalanya berubah untuknya. Anda tahu, itu adalah virus baru yang misterius. Semuanya dimatikan. Orang-orang takut, ada sifat tidak menyenangkan tentang hal itu dan dia pikir saya tidak akan pulang. Jadi, baginya, itu benar-benar menakutkan” kata Maria.
View this post on Instagram
Maria juga membagikan foto pribadinya saat ia bertemu dengan Miro, putranya lewat pembatas kaca pada April 2021 lalu. Momen ini begitu menyentuh banyak orang. Melihat kerja keras para epidemiolog dunia mengorbankan diri dan keluarga selama pandemi.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyakit X adalah virus “penampung” hipotetis yang belum terbentuk, namun para ilmuwan mengatakan penyakit ini bisa 20 kali lebih mematikan daripada COVID-19.
Baca SelengkapnyaISPA adalah infeksi yang mengganggu pernapasan yang disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea, bahkan paru-paru.
Baca SelengkapnyaDokter yang merawat kakek itu sempat tidak percaya kalau pria 80 tahun itu sebelumnya telah meninggal.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gejala khas dari flu singapura yaitu demam dan ada bintik merah di kulit.
Baca SelengkapnyaVarian covid-19 memiliki gejala yang berbeda. Ini menjadi penyebab vaksin lama tidak efektif digunakan kembali.
Baca SelengkapnyaKeduanya menangis bersama karena akhirnya bisa mewujudkan sesuatu yang sebelumnya mungkin tak pernah terbayangkan oleh mereka.
Baca SelengkapnyaKeluarga pasien menuding rumah sakit terlambat memberi pertolongan, baru ditangani beberapa jam setelah pasien datang.
Baca SelengkapnyaBeberapa tempat memiliki jumlah virus lebih tinggi dibandingkan area lain. Kamu wajib meningkatkan daya tahan tubuh jika ingin mengunjunginya.
Baca SelengkapnyaDiketahui, varian JN.1 pertama kali dilaporkan di Indonesia pada bulan November lalu.
Baca Selengkapnya