Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Biasakan Hal Ini Demi Si Balita Tumbuh Jadi Remaja Berkepribadian Baik

Biasakan Hal Ini Demi Si Balita Tumbuh Jadi Remaja Berkepribadian Baik Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Dream - Mengasuh anak balita yang selalu ketergantungan dengan orangtua, akan sangat jauh berbeda saat menghadapi anak remaja. Saat bersama balita, anak begitu manis, menggemaskan dan lebih mudah untuk diatur.

Beranjak remaja, buah hati seakan jadi sosok yang sangat berbeda. Menarik diri, lebih suka menghabiskan waktu dengan temannya, bahkan malas berkomunikasi dengan orangtua. Konflik pun kerap terjadi karena anak remaja sudah bisa mempertahankan argumennya.

"Jika anak-anak terus mendengar bahwa mereka akan berubah menjadi monster saat menginjak masa remaja, mereka akan berpikir bahwa mereka harus berperilaku tidak baik agar menjadi normal. Kita perlu mengubah pandangan kita dan memikirkan tentang remaja dengan cara yang lebih positif dan membantu," kata Kenneth Ginsburg, M.D., seorang dokter anak dan direktur dari Pusat Komunikasi Orang Tua dan Remaja di Rumah Sakit Anak Institut Penelitian Philadelphia.

Untungnya, hubungan yang kita bangun saat anak-anak masih kecil menentukan perilaku mereka di kemudian hari. Saat menghabiskan waktu dengan anak yang berusia 2 tahun, kita membangun dan mengembangkan aset perkembangan yang akan memberikan pengembalian sepuluh tahun terbaik pada usia 12 tahun — atau bahkan dalam jangka panjang.

Ada hal-hal yang harus ditanamkan pada balita dan dibentuk jadi kebiasaan agar saat ia beranjak remaja memiliki kepribadian yang baik. Apa saja? Yuk, simak.

 

1. Buat hierarki aturan

Anak-anak kecil umumnya berasumsi bahwa jika Ayah atau Ibunya mengatakan hal tertentu maka harus dilakukan meskipun tak mau. Sebaliknya, pada remaja yang sedang membentuk kemandirian, mereka cenderung mempertanyakan dan seringkali menolak aturan.

"Tidak ada yang salah dengan itu, tetapi masih ada beberapa hal yang harus dilakukan (atau tidak boleh dilakukan), dan ini membantu anak remaja tetap sejalan jika orangtua menetapkan bahwa beberapa aturan tidak dapat diperdebatkan," ujar Ginsburg, dikutip dari Parents.

Saat anak masih kecil, jelaskan bahwa masalah kesehatan dan keselamatan tidak bisa dinegosiasikan. Misalnya, saat keluar rumah harus pakai masker, di mobil pakai seatbelt.

Saat mereka remaja, sistem ini menjadi lebih penting. Keselamatan diri dan orang lain tak bisa diperdebatkan. Bila memang anak memiliki argumen coba dengarkan. Misalnya ketika anak ingin mewarnai rambut dengan warna merah, tapi kita tak suka. Mungkin hal itu bisa dilakukan saat libur sekolah karena aturan di sekolah tak memperbolehkan.

 

2. Percayalah bahwa mereka mendengar orangtua

Gagasan tentang tekanan teman sebaya begitu lazim sehingga mudah untuk berasumsi bahwa anak-anak kita akan menjadi pengikut arus. Terutama ketika mulai duduk di usia 12 tahun atau duduk di Sekolah Menengah Pertama.

“Apa yang diinginkan remaja adalah setidaknya satu orang dewasa yang percaya pada mereka tanpa syarat. Mereka mendengarkan kita dan peduli tentang apa yang kita pikirkan dan katakan," kata Ginsburg.

Ayah atau ibu dapat mulai menjadi tipe orang dewasa yang dibutuhkan anak remaja. Cinta tanpa syarat untuk bayi atau balita tidak harus berubah. Ketika mereka melakukan sesuatu yang salah seiring bertambahnya usia, beri tahu anak kalau kita selalu ada untuknya untuk membantu mereka menjadi lebih baik.



3. Bantu mereka mengatasi kecemasan

Bagaimana kita berinteraksi dengan balita sekarang sebenarnya dapat memberi mereka alat untuk mengatasi stres di tahun-tahun mendatang. Dalam satu studi jangka panjang, Kristin A. Buss, Ph.D., kepala departemen psikologi di Penn State, menunjukkan situasi pada anak usia 2 tahun saat pertunjukan boneka atau laba-laba kendali jarak jauh.

Mereka yang ketakutan selama pertunjukan boneka ternyata paling berisiko mengalami kecemasan saat remaja. Jika anak menjadi salah satu pengisi acara di pertunjukan boneka, reaksi alami orangtua mungkin adalah menjauhkan mereka dari situasi yang menakutkan.

"Menjadi terlalu protektif, dapat membuat lebih banyak lintasan kecemasan di otak anak dan bukan bukan mengurangi. Anak seperti mendapat pesan bahwa mereka tidak dapat mengatasinya sendiri," kata Buss.

Sebaliknya, bantu tenangkan mereka. Caranya, pegang lembut tangannya dan pandu mereka kembali ke penyebab stres, dengan mengatakan, "kakak/ adik bisa melakukan ini". Jika anak-anak telah belajar bagaimana menangani kecemasan sejak mereka masih kecil, mereka memiliki kesempatan yang lebih baik untuk melakukan transisi yang mulus ke masa remaja.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
4 Hal yang Bisa Dipelajari Buah Hati yang Masih Remaja Pada Gelaran Pemilu

4 Hal yang Bisa Dipelajari Buah Hati yang Masih Remaja Pada Gelaran Pemilu

Usia pra remaja memang belum bisa memilih, tapi dari momen Pemilu ini anak-anak bisa belajar banyak hal.

Baca Selengkapnya
Biarkan Anak Remaja Bersenang-senang, Demi Kesehatan Mentalnya

Biarkan Anak Remaja Bersenang-senang, Demi Kesehatan Mentalnya

Jangan sampai anak remaja terlalu dibebankan dengan kegiatan les dan akademik.

Baca Selengkapnya
Bahaya Terlalu Sering Mengucek Mata, Bisa Picu Masalah Kornea

Bahaya Terlalu Sering Mengucek Mata, Bisa Picu Masalah Kornea

Mengucek mata bisa disebabkan beberapa hal. Ketahui penyebabnya agar bisa terhindar dari kebiasaan yang justru memperburuk kesehatan mata.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mimpi Apa Semalam! Datang ke Kondangan, Busana Wanita Ini Malah Mirip dengan Baju Pengantin Pria, Reaksi Kedua Mempelai Tak Terduga

Mimpi Apa Semalam! Datang ke Kondangan, Busana Wanita Ini Malah Mirip dengan Baju Pengantin Pria, Reaksi Kedua Mempelai Tak Terduga

seorang tamu wanita mencuri perhatian, lantaran penampilannya terlihat sama dengan kedua mempelai dalam acara pernikahan.

Baca Selengkapnya
Balita Suka Meledak-ledak Saat Marah, Bisa karena Mencontoh Orangtua

Balita Suka Meledak-ledak Saat Marah, Bisa karena Mencontoh Orangtua

Anak usia dini seringkali menunjukkan kemarahannya dalam bentuk mengeluarkan tangis yang meronta-ronta atau emosi yang meledak-ledak.

Baca Selengkapnya
Masih Ingat Pasangan Beda Usia 36 Tahun? Dulu Dijodohkan Orangtua, Begini Kabar Terbarunya…

Masih Ingat Pasangan Beda Usia 36 Tahun? Dulu Dijodohkan Orangtua, Begini Kabar Terbarunya…

Meski awalnya sulit beradaptasi, namun seiring waktu Ana dan Emen sudah bisa saling memahami satu sama lain

Baca Selengkapnya
Ilmuwan Sebut Sebenarnya Masing-Masing Gajah Punya Nama untuk Saling Berkomunikasi

Ilmuwan Sebut Sebenarnya Masing-Masing Gajah Punya Nama untuk Saling Berkomunikasi

Para peneliti menemukan bahwa Gajah Sabana Afrika melakukan panggilan khusus untuk anggota dalam kelompok sosial mereka.

Baca Selengkapnya
Bisakah Bumi Dilubangi Sampai Tembus? Ini Jawabannya

Bisakah Bumi Dilubangi Sampai Tembus? Ini Jawabannya

Sebagian orang bertanya-tanya apakah bumi bisa dilubangi sampai tembus sisi lainnya? Ini jawabannya

Baca Selengkapnya
Aksi Siswa Laki-laki Tidak Ambil Kesempatan 'Cuci Mata' dengan Menjaga Pandangan Saat Teman Wanita Menari Ini Banjir Pujian

Aksi Siswa Laki-laki Tidak Ambil Kesempatan 'Cuci Mata' dengan Menjaga Pandangan Saat Teman Wanita Menari Ini Banjir Pujian

Anak-anak muda tersebut lebih memilih untuk 'menundukkan' pandangan daripada melihat pertunjukan tarian teman perempuan mereka.

Baca Selengkapnya