Biasakan Hal Ini Demi Si Balita Tumbuh Jadi Remaja Berkepribadian Baik
Dream - Mengasuh anak balita yang selalu ketergantungan dengan orangtua, akan sangat jauh berbeda saat menghadapi anak remaja. Saat bersama balita, anak begitu manis, menggemaskan dan lebih mudah untuk diatur.
Beranjak remaja, buah hati seakan jadi sosok yang sangat berbeda. Menarik diri, lebih suka menghabiskan waktu dengan temannya, bahkan malas berkomunikasi dengan orangtua. Konflik pun kerap terjadi karena anak remaja sudah bisa mempertahankan argumennya.
"Jika anak-anak terus mendengar bahwa mereka akan berubah menjadi monster saat menginjak masa remaja, mereka akan berpikir bahwa mereka harus berperilaku tidak baik agar menjadi normal. Kita perlu mengubah pandangan kita dan memikirkan tentang remaja dengan cara yang lebih positif dan membantu," kata Kenneth Ginsburg, M.D., seorang dokter anak dan direktur dari Pusat Komunikasi Orang Tua dan Remaja di Rumah Sakit Anak Institut Penelitian Philadelphia.
Untungnya, hubungan yang kita bangun saat anak-anak masih kecil menentukan perilaku mereka di kemudian hari. Saat menghabiskan waktu dengan anak yang berusia 2 tahun, kita membangun dan mengembangkan aset perkembangan yang akan memberikan pengembalian sepuluh tahun terbaik pada usia 12 tahun — atau bahkan dalam jangka panjang.
Ada hal-hal yang harus ditanamkan pada balita dan dibentuk jadi kebiasaan agar saat ia beranjak remaja memiliki kepribadian yang baik. Apa saja? Yuk, simak.
1. Buat hierarki aturan
Anak-anak kecil umumnya berasumsi bahwa jika Ayah atau Ibunya mengatakan hal tertentu maka harus dilakukan meskipun tak mau. Sebaliknya, pada remaja yang sedang membentuk kemandirian, mereka cenderung mempertanyakan dan seringkali menolak aturan.
"Tidak ada yang salah dengan itu, tetapi masih ada beberapa hal yang harus dilakukan (atau tidak boleh dilakukan), dan ini membantu anak remaja tetap sejalan jika orangtua menetapkan bahwa beberapa aturan tidak dapat diperdebatkan," ujar Ginsburg, dikutip dari Parents.
Saat anak masih kecil, jelaskan bahwa masalah kesehatan dan keselamatan tidak bisa dinegosiasikan. Misalnya, saat keluar rumah harus pakai masker, di mobil pakai seatbelt.
Saat mereka remaja, sistem ini menjadi lebih penting. Keselamatan diri dan orang lain tak bisa diperdebatkan. Bila memang anak memiliki argumen coba dengarkan. Misalnya ketika anak ingin mewarnai rambut dengan warna merah, tapi kita tak suka. Mungkin hal itu bisa dilakukan saat libur sekolah karena aturan di sekolah tak memperbolehkan.
2. Percayalah bahwa mereka mendengar orangtua
Gagasan tentang tekanan teman sebaya begitu lazim sehingga mudah untuk berasumsi bahwa anak-anak kita akan menjadi pengikut arus. Terutama ketika mulai duduk di usia 12 tahun atau duduk di Sekolah Menengah Pertama.
“Apa yang diinginkan remaja adalah setidaknya satu orang dewasa yang percaya pada mereka tanpa syarat. Mereka mendengarkan kita dan peduli tentang apa yang kita pikirkan dan katakan," kata Ginsburg.
Ayah atau ibu dapat mulai menjadi tipe orang dewasa yang dibutuhkan anak remaja. Cinta tanpa syarat untuk bayi atau balita tidak harus berubah. Ketika mereka melakukan sesuatu yang salah seiring bertambahnya usia, beri tahu anak kalau kita selalu ada untuknya untuk membantu mereka menjadi lebih baik.
3. Bantu mereka mengatasi kecemasan
Bagaimana kita berinteraksi dengan balita sekarang sebenarnya dapat memberi mereka alat untuk mengatasi stres di tahun-tahun mendatang. Dalam satu studi jangka panjang, Kristin A. Buss, Ph.D., kepala departemen psikologi di Penn State, menunjukkan situasi pada anak usia 2 tahun saat pertunjukan boneka atau laba-laba kendali jarak jauh.
Mereka yang ketakutan selama pertunjukan boneka ternyata paling berisiko mengalami kecemasan saat remaja. Jika anak menjadi salah satu pengisi acara di pertunjukan boneka, reaksi alami orangtua mungkin adalah menjauhkan mereka dari situasi yang menakutkan.
"Menjadi terlalu protektif, dapat membuat lebih banyak lintasan kecemasan di otak anak dan bukan bukan mengurangi. Anak seperti mendapat pesan bahwa mereka tidak dapat mengatasinya sendiri," kata Buss.
Sebaliknya, bantu tenangkan mereka. Caranya, pegang lembut tangannya dan pandu mereka kembali ke penyebab stres, dengan mengatakan, "kakak/ adik bisa melakukan ini". Jika anak-anak telah belajar bagaimana menangani kecemasan sejak mereka masih kecil, mereka memiliki kesempatan yang lebih baik untuk melakukan transisi yang mulus ke masa remaja.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Usia pra remaja memang belum bisa memilih, tapi dari momen Pemilu ini anak-anak bisa belajar banyak hal.
Baca SelengkapnyaJangan sampai anak remaja terlalu dibebankan dengan kegiatan les dan akademik.
Baca SelengkapnyaMengucek mata bisa disebabkan beberapa hal. Ketahui penyebabnya agar bisa terhindar dari kebiasaan yang justru memperburuk kesehatan mata.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kadang-kadang, kita terjebak dalam rutinitas tanpa memberikan kesempatan bagi diri sendiri untuk istirahat, terus berjuang.
Baca SelengkapnyaAnak usia dini seringkali menunjukkan kemarahannya dalam bentuk mengeluarkan tangis yang meronta-ronta atau emosi yang meledak-ledak.
Baca SelengkapnyaKomunikasi dengan setiap orang itu berbeda-beda menyesuaikan dengan karakter masing-masing.
Baca Selengkapnya'Balas dendam' saat berbuka secara tidak langsung menunjukkan adanya unsur paksaan dalam berpuasa.
Baca Selengkapnya