Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bahaya Menyepelekan Serangan Cemas Pada Anak

Bahaya Menyepelekan Serangan Cemas Pada Anak Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Dream - Semua anak memiliki ketakutan dan kecemasan. Seperti saat kamarnya gelap, ke kamar mandi sendiri, pergi ke sekolah, menghadapi ujian dan masih banyak lagi. Sebagian besar hanya akan mengeluh tentang kekhawatiran ini dan beraktivitas seperti biasa.

Menurut data CDC (Centers for Disease Control and Prevention/ Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) Amerika Serikat, sekitar 7 persen anak-anak berusia 3-17 tahun memiliki gangguan kecemasan.

"Dalam kasus cemas yang parah, anak-anak dengan kecemasan mungkin berhenti makan, tidur, atau pergi ke sekolah. Ketidakstabilan mereka dapat membedakan mereka dari teman-temannya," ujar Tamar Chansky, Ph.D., penulis Freeing Your Child From Anxiety.

Faktanya, penelitian telah menunjukkan bahwa perbedaan respons stres dapat dideteksi pada bayi semuda 6 minggu, membuktikan bahwa lingkungan sama pentingnya dengan pengasuhan dalam hal kecemasan.

Ada juga pengaruh genetik, anak-anak dengan orang tua yang cemas tujuh kali lebih mungkin mengalami gangguan kecemasan dibandingkan dengan anak-anak yang orang tuanya tidak cemas.

"Kaitannya adalah biologis dan perilaku. Ada risiko bawaan, tetapi ketika orang tua terlalu protektif atau mencontohkan ketakutan mereka sendiri, mereka meningkatkan risiko kecemasan anak mereka," ujar Golda Ginsburg, Ph.D., profesor psikiatri di University of Connecticut.

 

Beda Kecemasan Normal dan Tak Normal

Perbedaan antara kekhawatiran normal dan gangguan kecemasan adalah tingkat keparahannya. Seorang anak mungkin tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tidak realistis atau dilebih-lebihkan, dan dia mungkin hanya mengungkapkannya melalui perilaku.

Misalnya, jika dia cemas akan sesuatu terjadi pada orangtuanya, dia mungkin kesulitan berpisah atau tertidur. Jika dia tidak bisa berhenti mencemaskan sakitnya, dia mungkin mencari ketenangan terus-menerus atau mencuci tangannya secara obsesif.

Anak-anak yang mengalami kecemasan parah juga akan menghindari pemicunya. Jika seorang anak menolak untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang disukai anak-anak lain, atau mengamuk sebelum setiap pertemuan dengan dokter gigi atau dokter, sakit pada Minggu malam, atau menghabiskan banyak waktu di kantor perawat sekolah, kecemasan yang serius mungkin menjadi penyebabnya.

Gejala kecemasan lain pada anak-anak termasuk sakit kepala atau sakit perut tanpa asal-usul medis, sulit tidur, dan berpura-pura sakit. Anak mungkin juga mengajukan pertanyaan yang didorong oleh rasa takut yang semakin memburuk dari waktu ke waktu.

Misalnya, sangat normal bagi seorang anak untuk bertanya, "Bisakah itu terjadi pada kita?" setelah melihat laporan berita tentang kebakaran rumah; atau berperilaku tidak normal untuk terobsesi dengan api itu beberapa bulan kemudian.

 

Konsultasi

Dalam kondisi tersebut konsultasi dengan dokter anak, psikolog anak atau psikiater bisa menjadi salah satu cara untuk membantu meredakan level cemasnya. Terkadang respons orangtua bukan menenangkan anak, tapi malah meningkatkan level kecemasannya.

Untuk itu berkonsultasi dengan profesional bisa jadi solusi untuk mencari akar kecemasannya. Level kecemasan pada anak yang tinggi tak boleh disepelekan karena anak sangat berisiko membuat anak mengalami kondisi depresi yang parah atau mengalami masalah mental yang lebih kompleks.

Sumber: Parents

Tak Perlu Marah Jika Si Kecil Tak Fokus Saat Belajar Online

Dream - Seluruh orangtua di Indonesia mungkin sedang kewalahan mendampingi anak-anaknya belajar dari rumah. Terutama mereka yang anaknya masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak dan kelas 1 Sekolah Dasar.

Anak usia 3 hingga 6 tahun duduk manis depan laptop/ tablet mendengarkan guru dan mengikuti instruksi, apakah terdengar mudah? Tentu saja tidak. Diminta mandi saja anak sangat sulit, apalagi fokus di depan laptop.

Tak perlu risau apalagi marah jika menghadapi anak di bawah usia 8 tahun yang sangat sulit fokus saat belajar online baik melalui Zoom atau Google Meet. Mengapa?

Tiffany Gallagher, profesor pendidikan di Brock University, Ontario, Kanada mengungkap bahwa siswa yang paling cocok untuk pembelajaran online selama pandemi adalah antara usia 8 dan 13 tahun.

"Mereka sudah bisa mengetahui cara mengakses komputer/ laptop/ tablet dan navigasi aplikasi online untuk belajar. Usia ini sudah bisa mempelajari kerja keyboard dan mouse atau trackpad dan hal teknis lainnya secara cepat. Pada usia delapan tahun, sebagian besar anak-anak juga memiliki disiplin untuk mempertahankan fokus untuk periode waktu yang lebih lama," kata Gallagher.

 

Aktivitas Fisik Lebih Dulu

Sementara, anak-anak yang lebih kecil hanya memiliki rentang fokus sekitarr 15. Anak di bawah usia 8 tahun akan sangat sulit fokus, dan mudah terdistraksi. Saat di kelas pun guru harus bekerja ekstra untuk mempertahankan fokus anak-anak.

"Pada kelas untuk anak usia dini, guru sebelumnya mengajak aktivitas fisik lebih dulu. Seperti lompat, lari, lempar bola dan lainnya untuk membantu anak leih fokus. Tubuh mereka membutuhkan gerakan otot untuk membuat otak jadi lebih terlibat," ungkap Gallagher.

Bila memang ada kelas online anak di bawah usia 8 tahun, sebaiknya diajak aktivitas fisik ringan. Seperti main sepeda, lari-lari kecil atau gerakan peregangan. Setelah itu sarapan agar tak kelaparan saat belajar.

"Siapkan ruangan khusus belajar yang sangat minim distraksi. Latih juga fokus anak dengan mencoret-coret, mewarnai, bermain dengan kubus, puzzle, mewarnai buku, atau melakukan pencarian kata," kata Gallagher.

Tak perlu mengejar pembelajaran yang ideal di situasi sekarang. Anak dalam kondisi sehat, belajar dengan senang dan dalam keluarga yang hangat, itu sudah cukup.

Sumber: Todays Parent

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bahaya Terlalu Sering Mengucek Mata, Bisa Picu Masalah Kornea
Bahaya Terlalu Sering Mengucek Mata, Bisa Picu Masalah Kornea

Mengucek mata bisa disebabkan beberapa hal. Ketahui penyebabnya agar bisa terhindar dari kebiasaan yang justru memperburuk kesehatan mata.

Baca Selengkapnya
Cewek Ini Syok Mantan Pacar Mendadak Kirim WA, Basa-Basi Soal Anak Kecil Tahunya Diminta Jadi Pengasuh Bayinya
Cewek Ini Syok Mantan Pacar Mendadak Kirim WA, Basa-Basi Soal Anak Kecil Tahunya Diminta Jadi Pengasuh Bayinya

Cewek tersebut mengaku syok banget karena mantan cowoknya tiba-tiba ngajak ngobrol hal yang di luar dugaannya.

Baca Selengkapnya
Bahaya Konsumsi Makanan Kemasan yang Sudah Menggembung, Bisa Keracunan
Bahaya Konsumsi Makanan Kemasan yang Sudah Menggembung, Bisa Keracunan

Saat kemasannya menggembung tapi kondisi makanan terlihat aman dan warnanya tak berubah kita jadi ragu.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
BUNGKUS! Makanan Teraneh Anak Kost
BUNGKUS! Makanan Teraneh Anak Kost

Sahabat Dream pernah tinggal ngekos? Kalau kamu makanan teraneh apa yang pernah dicoba?

Baca Selengkapnya