Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mama Kadang Ingin 'Gigit' Bayi karena Gemas? Ada Penjelasan Ilmiahnya

 Mama Kadang Ingin 'Gigit' Bayi karena Gemas? Ada Penjelasan Ilmiahnya Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Dream - Melihat bayi dengan pipi tembam, tangan dan kaki yang gendut, mata lebar dan selalu berkedip manja, akan sangat sulit untuk tidak jatuh cinta. Terutama bagi para ibu yang melahirkan anaknya sendiri dan melihat tingkah lucunya setiap hari.

Bagi mereka yang saking gemasnya dengan bayi, kadang muncul hasrat ingin menggigitnya karena gemas. Mengapa demikian? Dikutip Motherly, dorongan ini adalah bagian dari mekanisme ikatan evolusioner dan menandakan emosi positif dan keterikatan yang sehat.

Bisa membantu kita menurunkan tingkat stres dengan melepaskan energi yang terpendam dan beban emosional yang berlebihan. Beberapa penelitian telah memberikan wawasan tentang dasar biologis pengasuhan manusia dan penjelasan neurobiologis mengapa kita merasakan dorongan ini.

Singkatnya, kita terprogram untuk tertarik, merawat, dan "ingin makan atau gigit" apa pun yang terlihat seperti bayi. Para ilmuwan menduga bahwa menganggap bayi sangat gemas memberikan insentif positif, melalui lonjakan dopamin, yang memberikan dorongan motivasi untuk perilaku pengasuhan.

Keterlibatan sistem mesocorticolimbic ini membuktikan dasar biologis untuk pengasuhan manusia dengan memberikan penjelasan neurobiologis mengapa kita merasakan dorongan untuk merawat apa pun yang menyerupai bayi.

 

Emosi Positif yang Berlebihan

"Ketika melihat sesuatu yang menggemaskan, kita mendapatkan reaksi positif yang tinggi. Perasaan ini menjadi luar biasa, dan untuk beberapa alasan (dengan) kelucuan, muncul ekspresi seperti mengertakkan gigi, mengepalkan tangan dan (menyatakan) pernyataan agresif seperti 'Aku ingin memakanmu'," kata Oriana Aragon, peneliti dan psikolog di Yale University.

Pada dasarnya, ketika kita merasakan kebahagiaan yang begitu kuat, itu terwujud sebagai dorongan yang keras. Kondisi ini seperti emosi positif yang berlebihan dan membebani seperti terlalu banyak emosi negatif.

"Untuk mengatur emosi tersebut dan mendapatkan kembali keseimbangan dan keseimbangan emosi, kita perlu melepaskan stres dengan cara yang berlawanan, yaitu secara agresif," kata Aragon.

Jadi para mama, keinginan untuk 'menggigit' bayi kita adalah hal yang wajar dan sehat. Kelucuan memotivasi kita untuk ingin merawat bayi, tetapi kita bisa kewalahan karenanya. Respons agresif itu mengurangi stres yang kita dapatkan dari semua kegembiraan yang melemahkan.

Hasrat yang muncul semuanya bekerja sama untuk menyeimbangkan emosi kita yang berlebihan sehingga kita dapat terus merawatnya dan menjaganya tetap aman.

 

Waduh, Sering Stres Saat Hamil Bisa Bikin Bayi Mudah Rewel

Dream - Kabar kehamilan bagi banyak ibu disambut dengan kebahagiaan. Bersamaan dengan itu, kecemasan dan kepanikan juga meningkat. Banyak hal yang jadi pemicunya, seperti pemikiran apakah bisa menjadi ibu yang baik, bagaimana nanti soal keuangan, persiapan persalinan, pekerjaan dan masih banyak lagi.

Hal tersebut membuat ibu hamil sangat mudah mengalami stres. Penting bagi ibu untuk mengatur level stres dengan baik selama kehamilan. Biar dibiarkan stres menguasai pikiran efeknya bukan hanya pada ibu tapi juga janin secara jangka panjang.

Studi soal ini pernah dilakukan oleh Marcel F van der Wal, dkk. pada 2007. Tim peneliti mengkaji efek stres dan masalah emosional saat hamil pada tangisan bayi yang berlebihan.

Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil berusia 3-6 bulan dengan gejala depresi, seperti kecemasan terkait kehamilan, stres mengenai pengasuhan, dan stres pekerjaan. Hasilnya, stres dan masalah emosional selama hamil dapat membuat anak menjadi suka menangis saat lahir.

Terkait temuan tersebut, dr. Astrid Wulan Kusumoastuti menjelaskan, kondisi emosional ibu dapat memengaruhi proses tumbuh kembang janin selama dalam kandungan.

“Salah satunya adalah keseimbangan berbagai hormon yang terpapar pada janin, misalnya hormon stres,” ujar dr. Astrid, dikutip dari KlikDokter.com.

 

Bisa Picu Kelahiran Prematur

Itu artinya, ketika ibu sering stres, janin juga mengalami kondisi sama. Manifestasinya, ketika sudah lahir, bayi lebih tinggi kemungkinannya untuk sering menangis kencang.

“Para ahli mencurigai (ibu sering stres saat hamil) turut berpengaruh pada neurobehavior anak saat tumbuh nanti, termasuk bayi mudah stres,” ungkap dr. Astrid.

Selain bikin bayi suka menangis, dampak stres saat hamil juga termasuk:

1. Pengaruhi Otak Janin
Seperti yang dijelaskan di atas, ibu hamil yang mengalami stres akan menghasilkan hormon stres untuk dirinya maupun untuk janinnya. Hal ini akan berpengaruh kepada otak janin, karena hormon stres yang dialirkan ke janin.

2. Bayi Lahir Prematur
Ibu hamil yang mengalami stres berisiko lebih tinggi melahirkan secara prematur, serta alami komplikasi saat persalinan. Tak hanya itu, stres pada bumil juga bisa memengaruhi ari-ari bayi. Plasenta akan memproduksi hormon CRH, yang berfungsi mengatur waktu kehamilan. Bila kadar CRH ibu hamil terlalu tinggi, waktu persalinan bisa terjadi lebih cepat.

3. Bayi Berat Lahir Rendah
Hormon yang terkait stres, seperti kortisol, epinefrin, dan norepinefrin, bisa sebabkan pembuluh darah jadi menyempit. Kondisi tersebut berdampak pada turunnya aliran darah ke tali pusat. Efeknya, janin kesulitan untuk memperoleh nutrisi yang dibutuhkan. Bayi pun berpotensi lahir dengan berat yang rendah.

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

Berencana Hamil di Usia 30an? Ini yang Harus Disiapkan

Dream - Kehamilan idealnya direncanakan dengan baik dan detail. Terutama pada pasangan yang berusia 30an. Usia tak dipungkiri sangat berpengaruh pada kesuburan. Perlu diingat bahwa peluang untuk hamil secara alami setelah 30 tahun bisa lebih kecil jika dibandingkan dengan usia yang lebih muda karena kesuburan perempuan akan menurun secara bertahap dari waktu ke waktu.

Secara biologis, usia terbaik untuk hamil adalah antara 20-30 tahun. Masalah kesuburan seringkali dapat muncul di usia 30an ke atas karena risiko endometriosis atau fibroid. Ini mungkin berbeda pada setiap perempuan berdasarkan faktor risiko individu.

Lalu apa yang harus disiapkan jika ingin hamil di usia 30an?

"Bukan hanya calon ibu saja yang harus menjaga kesehatan tapi juga calon ayah. Langkah pertama adalah menerapakan pola hidup sehat demi meningkatkan level kesuburan," ujar dr. Deepti Gupta, seorang ahli fertilitas.

Langkah selanjutnya adalah menjaga berat badan dalam angka yang normal. Tidak berlebihan dan tidak kurang. Perempuan yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di bawah 19 dan di atas 30 sangat mungkin menghadapi masalah kesuburan karena haid tidak teratur atau amenore (haid hilang selama lebih dari tiga bulan).

 

Jauhkan Rokok dan Stres

Pertahankan dengan baik jika level berat badan sudah normal. Termasuk juga berat badan calon ayah. Hal yang juga sangat penting adalah, hindari rokok.

"Kedua pasangan harus menghindari rokok sebelum konsepsi untuk meningkatkan kesuburan. Ibu yang merokok dapat berdampak buruk pada bayi dan mungkin memiliki risiko lebih tinggi dalam hal kecacatan janin," ujar Deepti.

Usahakan untuk menerapkan manajemen stres dengan baik. Peningkatan kadar hormon stres dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental. Ini juga dapat mengganggu level kesuburan. Konsultasilah dengan dokter kesuburan jika dalam satu tahun sudah berhubungan seksual secara aktif tanpa kontrasepsi tapi belum terjadi kehamilan.

Sumber: Momjunction

 

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Cara Memutihkan Gigi Kuning dengan Ampuh dan Alami, Cukup Pakai 2 Bahan Ini

Cara Memutihkan Gigi Kuning dengan Ampuh dan Alami, Cukup Pakai 2 Bahan Ini

Masalah perubahan warna gigi menjadi kuning seringkali membuat orang tidak percaya diri. Yuk, simak cara alami memutihkan gigi ini!

Baca Selengkapnya
Beda Usia, Ternyata Beda Cara Perawatan Gigi Anak

Beda Usia, Ternyata Beda Cara Perawatan Gigi Anak

Jaga kesehatan gigi dan gusi si kecil sejak dini agar tidak bermasalah di kemudian hari.

Baca Selengkapnya
Stop Sikat Gigi Setelah Bangun Tidur, Bisa Bikin Gigi Berlubang

Stop Sikat Gigi Setelah Bangun Tidur, Bisa Bikin Gigi Berlubang

Ternyata menyikat gigi setelah bangun tidur dapat membuat gigi menjadi kurang sehat

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pentingnya Gosok Gigi saat Berpuasa, Kapan Sebaiknya Dilakukan?

Pentingnya Gosok Gigi saat Berpuasa, Kapan Sebaiknya Dilakukan?

Meskipun tak mengonsumsi apapun, orang berpuasa tetap harus menggosok gigi agar terhindar dari kuman.

Baca Selengkapnya
Kaki Kiri Kerap Timbul Rasa Sakit? Mungkin Ini Penyebabnya

Kaki Kiri Kerap Timbul Rasa Sakit? Mungkin Ini Penyebabnya

Ternyata kaki sakit sebelah kiri bisa disebabkan banyak faktor. Sebelum mengetahui cara mengatasinya, Yuk penyebabnya terlebih dahulu.

Baca Selengkapnya
5 Bahan Alami yang Diketahui Bisa Redakan Gejala Sakit Gigi

5 Bahan Alami yang Diketahui Bisa Redakan Gejala Sakit Gigi

Sambil menunggu jadwal dokter gigi, coba manfaatkan bahan-bahan yang ada di dapur.

Baca Selengkapnya
Momen Haru Anak Kecil Tiba-tiba Minta Gendong Karyawati Toko Sebelum Memeluknya dengan Erat, Kisah di Baliknya Bikin Mewek

Momen Haru Anak Kecil Tiba-tiba Minta Gendong Karyawati Toko Sebelum Memeluknya dengan Erat, Kisah di Baliknya Bikin Mewek

Gadis mungil itu seolah-olah melepaskan rindu kepada ibunya, dan tak mau lepas dari gendongan Siti.

Baca Selengkapnya
10 Rekomendasi Pasta Gigi untuk Memutihkan yang Disarankan oleh Dokter

10 Rekomendasi Pasta Gigi untuk Memutihkan yang Disarankan oleh Dokter

Memiliki gigi putih adalah impian banyak orang. Yuk simak beberapa rekomendasi pasta gigi berikut ini!

Baca Selengkapnya
Awal Tahun Jangan Mager, Biar Tak Sakit Punggung dan Gula Darah Aman

Awal Tahun Jangan Mager, Biar Tak Sakit Punggung dan Gula Darah Aman

Malas olahraga bisa bikin kamu mengalami berbagai masalah kesehatan yang berbahaya, lho. Apa aja sih masalah yang bisa timbul?

Baca Selengkapnya