Terompet Bisa Tularkan Penyakit Difteri? Ketahui Faktanya
Dream - Wabah penyakit difteri yang disebabkan bakteri corynebacterium, sampai saat ini masih jadi hal yang paling ditakutkan para orangtua. Apalagi penyakit tersebut sangat mudah menular. Beberapa provinsi juga sudah ditetapkan sebagai daerah KLB (Kejadian Luar Biasa) karena penderitanya cukup banyak hingga ada yang meninggal dunia.
Perasaan khawatir pun makin menjadi dengan beredarnya kabar soal terompet jelang tahun baru seperti saat ini. Muncul pesan berantai melalui media sosial dan aplikasi chatting soal
terompet yang bisa menyebarkan penyakit berbahaya, termasuk difteri.
Terkait hal ini dr. Arifianto Apin, seorang spesialis anak yang praktik di RSUD Pasar Rebo memberi penjelasan. Menurutnya, penyakit difteri memang mudah menular melalui udara yang
disebar melalui bersin oleh penderita, kemudian terhirup oleh orang lain termasuk anak-anak.
"Anak-anak cenderung lebih mudah tertular karena sistem kekebalan atau imunitas tubuhnya tidak sebaik orang dewasa. Sehingga mereka lebih mudah sakit. Faktor imunitas ini juga
dipengaruhi oleh status vaksinasinya," ungkap dr. Apin saat dihubungi Dream.co.id.
Menurut dokter yang juga menulis buku "Berteman dengan Demam" ini, risiko penularan difteri melalui terompet, sangat tergantung dari kontak dengan penderita dan seberapa cepat
memapari orang lain termasuk anak-anak.
"Misalnya ada penderita difteri yang menggunakan terompet, kemudian melepaskan kuman melalui air liur, lalu terompet itu digunakan oleh orang lain. Penularannya bisa terjadi jika
jeda penggunaannya keduanya tidak lama. Intinya adalah seberapa cepat penggunaannya satu sama lain," ujar dr. Apin.
Penularan difteri melalui udara, menurut dr. Apin, justru lebih mudah dibandingkan melalui terompet. Hal ini karena penderita melepaskan bakteri ke udara, melalui bersin atau dahak, yang kemudian bisa terhirup dan menulari orang lain. Kuman difteri ini lalu menginfeksi saluran pernapasan.
"Dalam hal ini tentunya pencegahan jauh lebih baik. Anak-anak yang belum mendapat vaksin difteri harus segera divaksin, untuk status vaksinnya yang belum lengkap harus dilengkapi.
Periksa detail buku vaksinnya. Apabila memang sudah lengkap dan tidak berada di area KLB lalu ingin booster vaksin, maka jauh lebih baik lagi," pesan dr. Apin.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa penyakit bisa dialami saat berpuasa. Terutama jika tidak terbiasa dengan pola makan baru. Hindari penyakit tersebut dengan memperhatikan beberapa hal.
Baca SelengkapnyaApakah mengonsumsi teh dapat memberikan dampak positif terhadap sakit kepala atau justru memperparahnya?
Baca SelengkapnyaBeberapa selebriti tercatat tak sungkan mengunggah percakapannya dengan pasangan melalui media sosial.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Anak tak sengaja lihat pesan singkat ibunya yang berisi alasan tak ingin pisah dari ayahnya. Isi pesan singkat itu membuat warganet terharu.
Baca SelengkapnyaWHO sebelumnya sudah memberi peringatan kalau penyakit ini bisa menyebar dengan mudah di berbagai negara.
Baca SelengkapnyaApakah kebiasaan tidur dengan kondisi rambut yang basah setelah keramas itu tidak baik? Yuk, simak kebenarannya!
Baca SelengkapnyaKebiasaan telat makan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan tubuh. Intip beberapa dampak buruknya.
Baca SelengkapnyaKulit kepala berbau bisa disebabkan kondisi medis tertentu dan gaya hidup. Cari tahu penyebab dan cara mengatasinya agar rambut tetap segar.
Baca SelengkapnyaBegadang yang dilakukan terus menerus bisa menyebabkan penyakit jantung. Cari tahu penyebab dan hubungan begadang dan penyakit itu menurut dokter.
Baca Selengkapnya