Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sekolah Mulai Tatap Muka, IDAI Tekankan Anak yang Sudah Vaksin Covid-19

Sekolah Mulai Tatap Muka, IDAI Tekankan Anak yang Sudah Vaksin Covid-19 Anak Sekolah Pakai Masker/ Foto: Shutterstock

Dream - Pada hari ini, 30 Agustus 2021, sejumlah sekolah di Jakarta dan beberapa daerah sudah menggelar sekolah tatap muka. Tentunya aktivitas belajar secara langsung digelar dengan protokol kesehatan ketat.

Jumlah anak dalam kelas dibatasi, termasuk durasi tidak sepanjang seperti sebelum pandemi. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menekankan, sekolah tatap muka sebaiknya hanya dilakukan pada anak-anak di atas 12 tahun yang sudah mendapat vaksinasi Covid-19.

"Syarat agar anak boleh mengikutui sekolah tatap muka untuk anak dengan usia yang sudah diwajibkan mendapat vaksin Covid-19 adalah harus sudah divaksinasi. Guru dan perangkat sekolah lainnya juga harus sudah divaksinasi," tulis IDAI dalam situs resminya Idai.or.id.

Selain itu, keputusan pembukaan sekolah harus dinilai secara berkala melalui evaluasi mingguan. Sekolah berkoordinasi dengan pemerintah daerah, dinas kesehatan dan dinas pendidikan dalam memutuskan membuka/ menutup sekolah dengan memperhatikan kasus harian.

IDAI mencontohkan, jika ada kasus di sekolah maka sekolah dengan bantuan Dinas Kesehatan harus segera melakukan tracing kelas atau sekolah yang terpapar ditutup sementara. Termasuk memberitahu pihak terkait untuk mitigasi kasus.

 

Pertimbangan Boleh atau Tidaknya Anak Sekolah Tatap Muka

IDAI juga mengingatkan orangtua dapat mempertimbangkan hal-hal di bawah ini dalam mengambil keputusan anak masuk sekolah. Antara lain:

- anak usia> 12 tahun yang sudah mendapat vaksin Covid-19
- anak tidak ada komorbiditas (termasuk obesitas), jika ada komorbiditas harap konsultasi dulu dengan dokter
- anak sudah dapat memahami protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengetahui apa yang boleh dilakukan untuk mencegah transmisi Covid-19 dan hal yang tidak boleh dilakukan karena berisiko tertular/ menularkan Covid-19
- guru dan petugas di sekolah telah mendapatkan vaksinasi Covid-19
- anggota keluarga di rumah sudah mendapat vaksin Covid-19

Tak hanya itu, pihak sekolah dan seluruh perangkat harus memberi tahu secara detail jika memang ada kasus Covid-19 di sekolah setelah tatap muka. Hal ini demi keselamatan dan kesehatan semua pihak.

"Diperlukan kejujuran bagi guru, perangkat sekolah, orangtua siswa mengenai kondisi kesehatan masing-masing dan tidak menutupi apabila terinfeksi Covid-19," pesan IDAI.

Anak Masih Sekolah Online, Pastikan Tidak Lakukan Ini

Dream - Hingga saat ini kasus Covid-19 di Indonesia masih sangat tinggi. Kebijakan PPKM kembali diperpanjang dan sekolah belum dibuka untuk tatap muka. Hal ini demi kesehatan dan keselamatan anak-anak.

Belajar secara online memang tidak mudah. Baik bagi anak-anak, orangtua yang mendampingi, serta guru di sekolah. Sebisa mungkin dengan keterbatasan yang ada, penting bagi orangtua untuk memaksimalkan belajar online.

Bagaimana caranya? Pastikan anak tidak melakukan hal berikut

Belajar di tempat tidur
Saat anak sedang tak bersemangat, mungkin ia akan membawa laptop atau tablet ke tempat tidur. Anak mendengarkan guru sambil berbaring. Hal ini bisa menimbulkan masalah di kemudian hari. Terutama dalam hal kesehatan otot dan tulangnya.

"Ketika duduk di tempat tidur membungkuk di atas layar komputer, seluruh tulang belakang melengkung ke depan dengan berat tubuh bagian atas dan kepala terus-menerus ditarik ke bawah," kata Kaliq Chang, M.D., spesialis manajemen nyeri di Atlantic Spine Center.

Hal ini menyebabkan tulang belakang duduk dalam posisi yang tidak wajar. Bisa menimbulkan rasa nyeri hingga sakit kepala. Dalam kondisi ini anak akan kehilangan konsentrasi.

 

Hindari Juga Hal Ini

Mengenakan piyama dan tak mandi
Wajar jika belajar dari rumah aturan pakaian lebih "longgar" tapi jangan sampai anak sekolah masih dengan piyama tidurnya. Buat rutinitas, agar anak tahu batasannya.

"Menjaga rutinitas yang membuat batasan antara waktu sekolah dan waktu non-sekolah sangat penting," kata Rachel Busman, Psy.D., dari Child Mind Institute.

Bersiap-siap sebelum sekolah termasuk bangun pada waktu yang sama setiap pagi dan mengganti piyama, adalah sinyal ke otak dan tubuh bahwa sudah waktunya untuk bekerja.

Melewatkan jadwal makan
Setelah bangun dan bersiap, anak seringkali langsun online tanpa sarapan. Saat pembelajaran dimulai, mereka merasa pusing karena belum makan. Akhirnya makan terburu-buru di sela istirahat.

Kebiasaan ini sangat tidak baik. Jadi pastikan sebelum anak belajar, sarapan lebih dulu. Tetap buat jadwal makan yang teratur, karena jika asupan nutrisi terpenuhi konsentrasinya jadi lebih baik.

 

 

Anak Lama Pakai Headphone untuk Sekolah Online, Berbahayakah?

Dream - Headphone atau earphone jadi barang elektronik yang kerap digunakan saat sekolah online. Dengan menggunakannya anak memang bisa jelas mendengar penjelasan guru melalui zoom atau video pembelajaran.

Belum lagi menikmati hiburan lain seperti saat main game atau menonton tayangan favorit mereka di gadget. Sebagai orangtua kita pastinya khawatir jika anak setiap hari menggunakan headphone atau earphone dalam jangka waktu lama setiap hari.

"Bahayanya adalah mendengarkan sesuatu yang sangat keras untuk waktu yang lama. Anda perlu membatasi volume dan durasinya," kata Susan Scollie, Director National Centre for Audiology di Western University, Kanada, dikutip dari Todays Parent.

Gangguan pendengaran akibat kebisingan bersifat kumulatif. Jika anak sering terpapar suara keras dalam waktu lama, mereka berisiko mengalami kerusakan permanen. Headphone sebenarnya tidak secara khusus lebih berbahaya dibandingkan dengan sumber kebisingan lainnya namun dapat menjadi kendaraan untuk paparan kebisingan yang berbahaya jika digunakan secara tidak benar.

 

Perhatikan Volume dan Durasi

Sebagian besar data tentang gangguan pendengaran jangka panjang berasal dari studi tentang paparan tempat kerja orang dewasa terhadap kebisingan. Delapan jam paparan suara pada 85 desibel (dB), yang setara dengan kebisingan di restoran yang ramai atau lalu lintas yang padat, dianggap berbahaya.

Jika anak mendengarkan film, musik, atau video game pada 85 dB atau lebih tinggi untuk jangka waktu tersebut sekaligus atau secara kumulatif sepanjang hari, mereka bisa berisiko mengalami masalah pendengaran. Volume adalah faktor kunci.

Anak-anak di bawah usia 5 tahun memiliki saluran telinga yang lebih pendek daripada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa, yang memperkuat suara. Penting untuk ewaspada lebih ekstra terutama paparan suara yang keras pada bayi, balita dan anak-anak prasekolah.

Penting Dilakukan Orangtua

Orangtua memiliki beberapa opsi untuk membantu menghindari kerusakan pendengaran pada anak-anak mereka, dan kuncinya adalah membatasi volume dan lamanya waktu yang dihabiskan anak-anak menggunakan earphone.

"Banyak perangkat memiliki pengaturan yang memungkinkan kita mengontrol output volume maksimum. Bisa juga menggunakan headphone pembatas volume yang membatasi keluaran suara yang mencapai telinga anak-anak, tidak peduli seberapa tinggi volume pada perangkat yang mereka gunakan," kata Scollie.

Anak-anak (dan orang dewasa) juga harus memberi waktu pada gendang telinga untuk beristirahat. Direkomendasikan rasio dua banding satu yaitu jika memakai headphone selama dua jam, luangkan waktu satu jam untuk telinga beristirahat.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Musim Hujan, Dokter Anak Ingatkan Waspada Serangan ISPA

Musim Hujan, Dokter Anak Ingatkan Waspada Serangan ISPA

ISPA adalah infeksi yang mengganggu pernapasan yang disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea, bahkan paru-paru.

Baca Selengkapnya
Dianggap Aman untuk Anak, Ternyata 4 Minuman Ini Tak Direkomendasikan Dokter

Dianggap Aman untuk Anak, Ternyata 4 Minuman Ini Tak Direkomendasikan Dokter

Penting untuk memperhatikan asupan cairan sehari-hari buah hati.

Baca Selengkapnya
Imunisasi Dasar Gratis untuk Anak Bertambah 3, Ini Daftarnya

Imunisasi Dasar Gratis untuk Anak Bertambah 3, Ini Daftarnya

Sebelumnya, anak-anak mendapatkan 11 jenis imunisasi gratis dan kini bertambah tiga, total menjadi 14 jenis.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Musim Liburan, Jaga Anak dari Penularan Pneumonia di Tempat Ramai

Musim Liburan, Jaga Anak dari Penularan Pneumonia di Tempat Ramai

Jangan sampai setelah liburan anak-anak malah mengalami sakit.

Baca Selengkapnya
Ciri Anak Terkena Penyakit Ain yang Wajib Diwaspadai, Para Orang Tua Harus Tahu!

Ciri Anak Terkena Penyakit Ain yang Wajib Diwaspadai, Para Orang Tua Harus Tahu!

Penyakit ain bukanlah penyakit baru. Tetapi sudah ada sejak zaman Rasulullah saw yang berhubungan dengan pandangan.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Meningkat, Naik Kereta Api Wajib Pakai Masker

Kasus Covid-19 Meningkat, Naik Kereta Api Wajib Pakai Masker

PT KAI juga mengingatkan penumpang untuk menjaga kebersihan

Baca Selengkapnya
Kasus Gondongan Merebak di Anak Usia SD, Ayah Bunda Jangan Panik

Kasus Gondongan Merebak di Anak Usia SD, Ayah Bunda Jangan Panik

Virus penyebab gondongan ini sangat mudah menular, terutama di kelas dan di tempat ramai dan tertutup.

Baca Selengkapnya
Alasan di Balik Larangan Ikat Rambut Berwarna untuk Anak SD di Jepang

Alasan di Balik Larangan Ikat Rambut Berwarna untuk Anak SD di Jepang

Orangtua sampai ditelepon pihak sekolah jika anaknya kedapatan pakai kunciran warna-warni.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Varian JN.1 Sedang Naik, Hindari 5 Tempat dengan Risiko Penularan Tertinggi

Kasus Covid-19 Varian JN.1 Sedang Naik, Hindari 5 Tempat dengan Risiko Penularan Tertinggi

Beberapa tempat memiliki jumlah virus lebih tinggi dibandingkan area lain. Kamu wajib meningkatkan daya tahan tubuh jika ingin mengunjunginya.

Baca Selengkapnya