Plus Minus Cara Makan Anak, Metode BLW vs Disuapi

Dream - Para ibu baru yang anaknya berusia 6 bulan pasti sedang dibingungkan dengan metode pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat. Banyak selebritas dan para ibu yang menggunakan metode baby led weaning (BLW).

Seperti Andien yang menerapkan BLW pada putra pertamanya Kawa sejak usianya 6 bulan. Namun ada juga ibu yang memilih cara konvensional, yaitu menyuapi bayi berupa makanan yang telah dihaluskan dan teksturnya makin dibuat kasar sesuai pertambahan usia.

Sebenarnya apa konsep utama BLW? Menurut penjelasan dr. Meta Hanindita, Spesialis Anak, dalam metahanindita.com, BLW merupakan suatu metode yang diperkenalkan oleh Gill Rapley
dan Tracey Murkett dengan membiarkan bayi untuk memimpin seluruh proses, menggunakan naluri, dan kemampuan mereka dalam hal menangani makanan.

Penjelasannya simpelnya, dari pertama mengenal makanan bayi dibiarkan mengeksplorasi makanannya. Termasuk memutuskan sendiri seberapa banyak yang akan ia makan. Tidak ada
aktivitas suap-menyuap oleh orangtua/pengasuh. Makanan yang diberikan pun tidak berupa bubur/puree tapi langsung dalam bentuk finger food (yang bisa dipegang oleh tangan bayi).

"Metode BLW ini dikembangkan dengan target bisa dapat melatih self-control anak untuk menentukan jumlah makanan yang dibutuhkan. Alasan lain adalah karena waktu makan bayi BLW sama dengan keluarga yang lain, dianggap dapat membuat anak lebih dekat dengan keluarga dan membuat proses makan lebih menyenangkan sehingga diharapkan kelak anak jadi tidak sulit makan," ungkap dr. Meta.

Sementara, dalam pemberian makan secara spoon feeding yaitu dengan cara 'klasik', menaruh bayi dalam kursi makan, memangku, menggendong lalu menyuapinya. Bisa dengan tangan atau
sendok.

Namun yang pasti, setiap makanan yang masuk ke mulut anak disuapi oleh orangtua/ pengasuh. Makanannya juga dimulai dari yang sangat halus berupa bubur saring, naik ke agak kasar seperti bubur tim, hingga belajar makanan keras, nasi biasa.

Kebutuhan nutrisi
Terkait dua metode dalam pemberian makanan bayi ini menurut dr. Meta, BLW bisa diterapkan namun jika dilakukan secara penuh, risiko bayi mengalami kekurangan nutrisi cukup tinggi.
Hal ini karena makanan yang diberikan biasanya hanya berupa satu menu, seperti wortel, brokoli, ayam, tahu atau tempe.

Padahal bayi membutuhkan banyak nutrisi mulai dari karbohidrat, protein, mineral zinc serta zat lain yang didapatkannya dari makanan. Ia juga mengkritisi pemberian finger food pada bayi
usia 6 bulan yang diterapkan pada metode BLW.

"Perkembangan bayi sehat yang normal, mulai usia 4-7 bulan, seorang anak baru bisa memutar lidah atas dan bawah untuk 'mengambil' makanan dari sendok saat makan, menggerakkan
lidah ke atas dan bawah, serta menelan makanan semi-solid alias lunak tanpa tersedak. Pemberian finger food baru dapat dilakukan setelah anak berusia 8 bulan karena pada saat itu rahang anak mulai dapat bergerak ke atas dan ke bawah secara berulang untuk mengunyah," ungkap dr Meta.

Menurutnya, kemampuan oromotorik pada bayi usia 6 bulan belum siap untuk mengunyah finger food. Ia juga mengungkap baru sedikit penelitian ilmiah yang dilakukan terkait efek
pemberian BLW, baik efek

"Boleh-boleh saja sih BLW tapi bukan murni seperti definisi penciptanya, melainkan dikombinasi dengan metode konvensional. Jadi mulai 6 bulan ya tetap diberikan MPASI dengan
konsistensi bertahap dan disuapi. BLW boleh dicoba saat anak sudah berusia 8-9 bulan pada saat snack time," menurut dr. Meta.

Untuk menerapkan BLW, sebaiknya dimulai usia 8 bulan. Dokter Meta pun memberi contoh, saat anak usia 9 bulan bisa diberi makanan seperti biasa. Bubur tim berisi sayuran dan protein
hewani. Lalu saat snack time baru berikan makanan kukus atau finger food.