Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Penyebab Utama Buah Hati Sangat Sulit Konsentrasi

Penyebab Utama Buah Hati Sangat Sulit Konsentrasi Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Dream - Anak-anak terutama yang duduk di sekolah dasar (SD) kerap mengalami masalah sulit berkonsentrasi. Hal ini tentunya akan akan menghambat proses belajar anak. Jika didiamkan akan memicu masalah prestasi akademiknya di sekolah.

Sulit berkonsentrasi membuat anak lebih tertarik melakukan aktivitas lainnya. Tidak hanya itu, anak juga akan mudah menghilangkan barang yang dimilikinya, serta menjadi pelupa.

Salah satu tanda si kecil sulit berkonsentrasi adalah ia mudah melamun. Level konsentrasi ini sangat dipengaruhi usia. Untuk anak-anak yang sudah bersekolah di tingkat sekolah dasar (SD) masalah konsentrasi ini harus segera diatasi.

Apa saja alasan si kecil sulit berkonsentrasi? Berikut ini adalah penjelasannya.

 

Pola Makan dan Tidur

Kurang Tidur
Si kecil perlu tidur delapan hingga sepuluh jam setiap harinya. Hindari si kecil tidur yang terlambat. Hal ini dapat menghambat konsentrasinya. Buat jadwal, agar ia bisa tidur tepat waktu dan cukup.

Pola Makan yang Kurang Tepat
Memenuhi nutrisi yang dibutuhkan tubuh dapat meningkatkan konsentrasi. Untuk itu hindari memberikan anak makanan kaya gula dan garam dan jenis junk food. Perbanyak makanan kaya protein, lemak sehat dan serat, seperti telur, ikan, susu, kacang-kacangan serta buah dan sayur. Makanan ini akan membantu si kecil lebih berkonsentrasi.

Laporan Ayu Puji Lestari/ Sumber: Fimela

Perhatian Ayah Ibu, Rasa Bosan Bikin Anak Banyak Belajar!

Dream - Akhir pekan hanya di rumah saja, libura tak ada game atau gadget, atau pulang kampung tak ada sinyal, mungkin jadi 'mimpi buruk' bagi anak-anak. Terutama mereka yang kesehariannya terbiasa dengan gadget.

Baik games, media sosial atau mainan lainnya yang membutuhkan gadget. Orangtua biasanya ikut sibuk mencari aktivitas untuk anak agar mereka tak merasa bosan. Dalam kondisi ini sebenarnya orangtua tak perlu banyak mencari cara agar anak tak teriak bosan.

Jusru menurut Pasi Sahlberg, seorang profesor kebijakan pendidikan dan wakil direktur Universitas New South Wales, mengalami kebosanan sangat penting bagi 'generasi iPad' untuk belajar. Generasi yang dimaksudkan di sini adalah mereka yang tak bisa lepas dari gadget.

"Kebosanan memacu kreativitas dan dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah. Banyak orangtua yang merasa bahwa mereka tidak baik jika tidak memberi tahu anak apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kebosanan, padahal tak demikian," kata Sahlberg, dikutip dari SMH.com

 

Eksplorasi Ide Sendiri

Anak-anak perlu belajar untuk menghasilkan ide-ide mereka sendiri untuk menyelesaikan masalah. Munculnya rasa bosan berarti mereka membutuhkan tantangan lebih, biarkan anak mencari cara untuk mengatasinya.

"Kita bisa membiarkannya dengan memberi anak lebih banyak waktu untuk bermain. Membiarkan anak-anak bosan juga bisa membantu meningkatkan keterampilan pemecahan masalah mereka," ungkap Sahlberg

Jangan biarkan anak selalu terpaku dengan gadget untuk meredakan kebosanannya. Dunia sekitar jauh lebih luas untuk dijelajahi daripada layar. Sahlberg mengingatkan untuk mengajak anak bermain di luar lebih sering.

Hadapi Anak yang Mengamuk, Ayah Bunda Harus Kompak

Dream - Sikap anak usia balita yang awalnya sangat menis bisa berubah sangat drastis dalam hitungan menit. Masalah mainan, makanan atau mungkin mengantuk bisa membuat emosinya jadi tak terkendali.

Misalnya saat anak meminta mainan dan tak dibelikan, ia merespons bukan hanya menangis, tapi juga berteriak, memukul hingga berguling-guling. Kondisi tersebut menandakan kalau anak sedang mengalami temper tantrum.

Tantrum adalah ledakan kemarahan yang tidak terkendali disertai perilaku destruktif (merusak), seperti tangisan keras, menjerit, berguling-guling di lantai, berteriak-teriak, melempar barang, tidak mau beranjak dari tempat tertentu, memukul, menendang atau membuat tubuh kaku. Semuanya ini muncul karena anak menginginkan sesuatu namun belum terpenuhi. Tantrum sering kali dijumpai pada anak usia 1-6 tahun.

"Pada usia 1-6 tahun, anak sedang mengalami perkembangan dalam berbagai hal, antara lain emosi, daya tangkap, bahasa dan komunikasi, kontrol diri, termasuk kemampuan untuk mengutarakan pendapat. Maka wajar jika sesekali anak menjadi marah, kesal, bahkan frustrasi ketika keinginannya belum terpenuhi," ungkap Harrista Adiati, M.Psi, seorang psikolog klinis.

 

 

Kenali Jenis Tantrum

Saat anak mengamuk tak terkendali, dibutuhkan penanganan yang tepat. Bukan bentakan, apalagi hukuman fisik.

Ledakan emosi pada anak ini, menurut Harrista terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

Manipulative tantrum: Terjadi ketika anak tidak memperoleh apa yang diinginkan. Perilaku ini akan berhenti saat keinginan anak dituruti.

Verbal frustration tantrum : Terjadi ketika anak tahu apa yang ia inginkan tapi tidak tahu bagaimana cara menyampaikan keinginannya dengan jelas. Tantrum jenis ini akan menghilang sejalan dengan peningkatan kemampuan komunikasi anak, di mana anak semakin dapat menjelaskan kesulitan yang dialaminya.

Temperamental tantrum: Terjadi ketika tingkat frustrasi anak mencapai tahap yang sangat tinggi, sehingga anak menjadi sangat tidak terkontrol dan sangat emosional. Anak akan menjadi sangat lelah dan sangat kecewa. Pada tantrum jenis ini, anak sulit untuk berkonsentrasi dan sulit mengontrol diri sendiri. Anak tampak bingung dan mengalami disorientasi.

 

Ayah Bunda Harus Kompak

Untuk menangani tantrum, dibutuhkan kepekaan orangtua. Segera cari faktor pemicunya. Ayah dan bunda dapat menanyakan kepada anak, misalnya: Adik Lapar? Adik mengantuk? Adik ingin apa?. Bisa juga mengalihkan perhatian dengan hal yang disukainya.

"Jangan memukul anak. Lebih baik memeluk anak dan dekap dengan lembut. Pelukan mempunyai efek yang menenangkan dan anak bisa merasakan bahwa orangtua peduli dan menyayanginya," kata Harrista.

Hal yang juga sangat penting menghadapi anak yang mengamuk adalah orangtua harus mengontrol emosi, tenang dan kompak. Pastikan memiliki 'gaya' yang sama saat menghadapi anak tantrum.

"Apabila Ayah Bunda tidak kompak dalam menjalankan pengasuhan pada anak, anak menjadi frustrasi dan akan merangsang perilaku tantrum muncul. Setiap usia mempunyai tahap belajar. Sebagai orangtua, marilah belajar untuk menerapkan pola asuh positif pada anak-anak," pesan Harrista.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Biar Hasilnya Akurat,  Selalu Timbang Berat Badan di Waktu yang Tepat

Biar Hasilnya Akurat, Selalu Timbang Berat Badan di Waktu yang Tepat

Menimbang setiap hari sebenarnya tidak merepresentasikan berat badan kita yang sebenarnya loh.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ada Batas Maksimal Asupan Susu untuk Anak Usia 1 Tahun ke Atas

Ternyata Ada Batas Maksimal Asupan Susu untuk Anak Usia 1 Tahun ke Atas

Jangan sampai berlebihan karena efeknya malah bisa bikin berat badan anak tak kunjung bertambah.

Baca Selengkapnya
Jangan Biarkan Anak Bergadang, Bisa Picu Masalah Telinga hingga Konsentrasi

Jangan Biarkan Anak Bergadang, Bisa Picu Masalah Telinga hingga Konsentrasi

Begadang bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada anak. Ketahui apa saja dampak begadang lainnya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Wajah Tampak Lebih Tua Saat Pakai Pensil Alis Warna Hitam? Atasi dengan Cara Ini

Wajah Tampak Lebih Tua Saat Pakai Pensil Alis Warna Hitam? Atasi dengan Cara Ini

Tidak semua pensil alis cocok untukmu, tapi kamu bisa menyesuaikan cara pakainya. Atasi riasan alis berlebihan saat pakai pensil warna hitam dengan cara ini.

Baca Selengkapnya
7 Warna Petir dari Paling Umum Sampai Langka, Punya Makna Masing-masing

7 Warna Petir dari Paling Umum Sampai Langka, Punya Makna Masing-masing

Banyak yang tak sadar bahwa petir sebenarnya muncul dalam berbagai macam warna. Yuk, simak penjelasan lengkapnya!

Baca Selengkapnya
3 Penyakit yang Kerap Muncul Saat Jalani Puasa

3 Penyakit yang Kerap Muncul Saat Jalani Puasa

Beberapa penyakit bisa dialami saat berpuasa. Terutama jika tidak terbiasa dengan pola makan baru. Hindari penyakit tersebut dengan memperhatikan beberapa hal.

Baca Selengkapnya