Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ketua IDAI: Anak-anak Juga Bisa Alami Long Covid

Ketua IDAI: Anak-anak Juga Bisa Alami Long Covid Anak Mengenakan Masker

Dream - Paparan virus Covid-19 pada orang dewasa kerap menyebabkan keluhan berkepanjangan. Satu bahhkan tiga bulan setelah dinyatakan negatif Covid-19, tubuh masih merasakan mudah lelah, batuk kecil hingga nyeri dada.

Kondisi tersebut dikenal dengan sebutan gejala long covid. Hal itu juga dialami pada anak-anak yang sudah sembuh dari Covid-19. Hal ini diungkapkan oleh Profesor Aman Pulungan, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

"Banyak yang tanya ke saya tentang Long Covid pada anak terutama saat mulai ada wacana sekolah tatap muka. Kita jelas sudah ada, memang belum terdata baik," tulis Profesor Aman dalam akun Instagram resminya @amanpulungan.

Ia pun memaparkan gejala long covid pada anak tak jauh berbeda pada orang dewasa. Antara lain kelelahan, nyeri kepala, batuk, demam yang naik turun, nyeri otot, nyeri dada, kehilangan penciuman, kesulitan konsentrasi, gangguan pencernaan dan berbagai gejala lainnya.

Profesor Aman juga menunjukkan penelitian di dua negara soal long covid pada anak. Seperti di Italia, sebanyak 42,6 persen anak yang terinfeksi Covid-19 dengan minimal 1 gejala, memiliki gejala yang berlanjut hingga 120 hari.

Lalu di Inggris, sebanyak 12,9 persen dari usia 2-11 tahun dan 14.5 persen dari usia 12-16 tahun masih merasakan gejala 5 minggu setelah infeksi.

"Apakah Long Covid-19 bisa dicegah? Long covid hanya bisa dicegah dengan mencegah anak terinfeksi Covid-19. Mari berasama kita jaga anak Indonesia," pesan Profesor Aman.

Uji Klinik Vaksin Covid-19 Pfizer untuk Anak Usia 5-11 Keluar September

Dream - Badan Pengawas Obat dan Makanan/ Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada Senin 23 Agustus 2021 kemarin, baru saja memberikan persetujuan penuh vaksin Covid-19 pada Pfizer-BioNTech untuk mereka yang berusia 16 tahun. Sebelumnya izin penggunaan vaksin hanya bersifat darurat.

Hal ini merupakan yang pertama kalinya FDA memberikan izin penggunaan secara penuh. Izin tersebut, dikutip dari NBC News, bukan untuk vaksin 12-15 tahun. Dibutuhkan uji klinik lanjutan dalam skala yang lebih besar untuk mendapatkan izin penggunaan secara penung.

Hingga saat ini belum ada vaksin Covid yang diizinkan atau disetujui untuk digunakan pada anak-anak di bawah 12 tahun. Dokter Peter Marks, direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA, mengatakan dalam konferensi pers video Senin, 23 Agustus 2021 kemarin, bahwa uji coba vaksin untuk anak-anak terus berlanjut.

“Harus menunggu perusahaan mengirimkan data dari uji coba tersebut sehingga bahwa kami memiliki dataset keamanan yang baik, karena kami tentu ingin memastikan bahwa kami melakukannya dengan benar pada anak-anak usia 5 hingga 11 tahun dan bahkan pada anak-anak yang lebih kecil setelahnya," kata Marks.

 

Penelitian Ekstra

Vaksin Pfizer hingga kini terbukti secara keseluruhan aman dan efektif dalam mencegah Covid-19 penyakit parah di antara orang-orang yang berusia 12 tahun ke atas, tetapi untuk vaksin Covid-19 bagi anak yang lebih kecil memerlukan pengawasan dan studi ekstra. Para peneliti di Pfizer dan Moderna – yang vaksinnya disetujui untuk orang berusia 18 tahun ke atas – sedang berusaha menjawab pertanyaan tentang seberapa aman dan efektif vaksin pada anak-anak dan mencoba menentukan dosis yang tepat.

CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan kepada NBC News, sedang menjalankan "studi yang sangat besar sekarang" dengan anak-anak di bawah 12 tahun. Ia berharap uji klinik vaksin Covd-19 pada anak-anak usia 5 hingga 11 akan selesai pada bulan September. Setelahnya, perusahaan kemudian bisa mengirimkan data ke FDA.

FDA sebelumnya telah meminta empat hingga enam bulan data keamanan sebagai tindak lanjut dari uji klinis anak-anak. Jauh lebih detail dibandingkan dengan data tindak lanjut dua bulan yang diperlukan untuk uji coba pada vaksin dewasa.

Sembuh dari Corona, Ini Waktu Paling Tepat Bagi Anak Vaksin Covid-19

Dream - Jumlah anak Indonesia yang terpapar Covid-19 di Indonesia menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) paling tinggi seasia-pasifik. Dari data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada 16 Juli 2021 terdapat 351.336 kasus positif Covid-19 terjadi pada usia anak 0 – 18 tahun.

Salah satu cara pencegahan dan mengurangi risiko kondisi parah saat terpapar Covid-19 adalah vaksinasi. Saat ini anak-anak usia 12 hingga 18 direkomendasikan IDAI untuk mendapat vaksin Covid-19 dari Sinovac.

Vaksin bisa diberikan saat anak dalam kondisi sehat. Bagi yang memiliki riwayat penyakit tertentu, bisa melakukan konsultasi lebih dulu dengan dokter sebelum vaksin. Lalu bagaimana dengan anak yang baru sembuh dari Covid-19?

Menurut Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, Ph.D, Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi IDAI dalam Live Instagram bersama IDAI beberapa waktu lalu, anak harus dipastikan sembuh. Vaksin Covid-19 yang diberikan setelah sembuh untuk meningkatkan antibodinya.

"Kalau dia terkena covid seperti juga laporan menyatakan bahwa anak atau siapa yang kena Covid, dia masih membutuhkan tambahan untuk mem-push antibodinya. Dikatakan bahwa pada setiap orang pada anak yang pernah kena Covid, dia harus diberikan imunisasi tambahan," kata Dr. Cissy.

 

Tunggu Hingga 3 Bulan

Untuk waktunya, Dr. Cissy mengungkap akan lebih baik menunggu hingga 3 bulan setelah sembuh seperti juga orang dewasa. Hal ini agar tubuhnya benar-benar dalam kondisi fit saat diberikan vaksin.

"Mungkin satu kali cukup tapi itu semua dapat dilakukan setelah anak itu dinyatakan sembuh. Dikatakan anak terkena covid itu sesudah 3 bulan karena kita takut ada long covid," ujarnya.

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ilmuwan Dibuat Keheranan oleh Pria yang Mendapat Vaksinasi Covid-19 Sebanyak 127 Kali Selama 2 Tahun Lebih
Ilmuwan Dibuat Keheranan oleh Pria yang Mendapat Vaksinasi Covid-19 Sebanyak 127 Kali Selama 2 Tahun Lebih

Jika dihitung harian, maka pria tersebut rata-rata mendapatkan empat dosis suntikan vaksin Covid-19 per hari.

Baca Selengkapnya
Imunisasi Dasar Gratis untuk Anak Bertambah 3, Ini Daftarnya
Imunisasi Dasar Gratis untuk Anak Bertambah 3, Ini Daftarnya

Sebelumnya, anak-anak mendapatkan 11 jenis imunisasi gratis dan kini bertambah tiga, total menjadi 14 jenis.

Baca Selengkapnya
Musim Liburan, Jaga Anak dari Penularan Pneumonia di Tempat Ramai
Musim Liburan, Jaga Anak dari Penularan Pneumonia di Tempat Ramai

Jangan sampai setelah liburan anak-anak malah mengalami sakit.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Musim Hujan, Dokter Anak Ingatkan Waspada Serangan ISPA
Musim Hujan, Dokter Anak Ingatkan Waspada Serangan ISPA

ISPA adalah infeksi yang mengganggu pernapasan yang disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea, bahkan paru-paru.

Baca Selengkapnya
Duh, Ada 1,8 Juta Anak Indonesia yang Tak Dapat Imunisasi Rutin Lengkap
Duh, Ada 1,8 Juta Anak Indonesia yang Tak Dapat Imunisasi Rutin Lengkap

Risiko yang muncul dari hal ini adalah munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular yang sebenarnya bisa dicegah.

Baca Selengkapnya
Cara Cegah Diare yang Sering Menyerang Anak Saat Perjalanan Liburan
Cara Cegah Diare yang Sering Menyerang Anak Saat Perjalanan Liburan

Hal yang paling sering membuat anak-anak terkena diare saat liburan adalah infeksi virus.

Baca Selengkapnya
Si Kecil Harus Digendong Biar Tidur Lelap? Coba Saran Dokter Anak
Si Kecil Harus Digendong Biar Tidur Lelap? Coba Saran Dokter Anak

Anak sebenarnya harus dilatih dan dibiasakan untuk menenangkan diri jelang tidur atau ketika terbangun.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Varian JN.1 Sedang Naik, Hindari 5 Tempat dengan Risiko Penularan Tertinggi
Kasus Covid-19 Varian JN.1 Sedang Naik, Hindari 5 Tempat dengan Risiko Penularan Tertinggi

Beberapa tempat memiliki jumlah virus lebih tinggi dibandingkan area lain. Kamu wajib meningkatkan daya tahan tubuh jika ingin mengunjunginya.

Baca Selengkapnya
Lagi, Direktur WHO Peringatkan Seluruh Negara Harus Bersiap Hadapi Penyakit X
Lagi, Direktur WHO Peringatkan Seluruh Negara Harus Bersiap Hadapi Penyakit X

Penyakit X adalah virus “penampung” hipotetis yang belum terbentuk, namun para ilmuwan mengatakan penyakit ini bisa 20 kali lebih mematikan daripada COVID-19.

Baca Selengkapnya