Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kasus Pneumonia Anak di Indonesia Diperparah dengan Covid-19

Kasus Pneumonia Anak di Indonesia Diperparah dengan Covid-19 Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Dream - Tahukah Sahabat Dream, apa pemicu kematian anak tertinggi di Indonesia? Jawabannya adalah penyakit pneumonia.

Penyakit tersebut merupakan peradangan yang terjadi pada kantong udara di paru-paru dan biasanya di sebabkan oleh bakteri.

Menurut dokter Frieda Handayani, spesialis anak, angka kematian anak yang meninggal disebabkan oleh penyakit Pneumonia di Indonesia, sudah sangat tinggi. Hal ini diperparah dengan kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang.

Instagram dr Frieda

"Menurut data yang dimiliki UNICEF, pada 2018 lebih dari 19.000 balita di Indonesia meninggal karena Pneumonia, atau lebih dari 2 setiap jam. Tanpa adanya pandemi Covid-19 saja, Pneumonia ini sudah menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia," tulis dr. Frieda di akun Instagramnya.

 

Faktor Pemicu Pneumonia

Gejala Pneumonia memang sangat mirip dengan Covid-19, yaitu demam, batuk, hingga sesak napas. Jika Covid-19 disebabkan virus, maka Pneumonia menurut dr. Frieda disebabkan banyak faktor.

Antara lain polusi asap rokok, buruknya sanitasi dan rendahnya angka vaksinasi. Ia mengingatkan para orangtua untuk selalu menjaga daya tahan tubuh anak. Tak lupa untuk tetap menjalani vaksinasi sesuai jadwal.

"Terjaganya daya tahan tubuh anak akan membantu anak dalam menghadapi infeksi Pneumonia dan Covid-19. Daya tahan tubuh anak dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang seimbang," ungkapnya.

Pastikan anak selalu mengonsumsi makanan sehat. Kondisinya pencernaannya juga harus selalu dijaga dengan memberikan banyak serat dan probiotik seperti yogurt.

"Saluran cerna yang sehat sangat berpengaruh pada daya tahan tubuh yang baik. Kondisi saluran cerna akan mendukung sistem kekebalan tubuh yang baik," pesan dr. Frieda

Penyebab Anak-anak Sangat Rentan Terkena Batuk Pilek

Dream - Batuk dan pilek pada anak jadi masalah yang sering membuat orangtua panik. Ada kalanya keluhan tersebut hilang sendiri, namun sering juga tak kunjung sembuh. Bahkan kondisinya semakin parah dan membuat si kecil mengalami sesak napas.

Serangan batuk pilek juga terjadi berulang. Saat sudah sembuh, dalam hitungan hari, si kecil bisa dengan mudah terserang lagi. Penasaran mengapa? Hal tersebut terjadi karena sistem kekebalan tubuh anak belum mampu menerima paparan kuman yang begitu banyak dan bertebaran di lingkungan sekitar.

"Kenapa anak kecil mudah batuk pilek. Ya, karena kuman yang jenisnya jutaan itu belum 'dikenal' semua oleh tubuhnya. Beda dengan kita yang hidup 20 atau 30 tahun. Tubuh kita sudah terbiasa dengan paparan kuman. Itulah kenapa kita (orang dewasa) tidak mudah sakit atau serentan anak kecil dan bayi," kata dokter spesialis anak, Kanya Fidzuno saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Paparan kuman 'menggembleng' sistem kekebalan tubuh

Pada prinsipnya, ketika ada kuman masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan kita akan berupaya mengenali kuman asing. Secara normal, tubuh mulai beradaptasi dengan kuman.

"Kalau kita pertama kali terpapar suatu kuman, misalnya, bisa saja kita langsung sakit. Tapi begitu tubuh kita mengenali, 'Oh, ini kuman yang waktu itu masuk.' Tubuh membentuk sistem kekebalan. Jadi, kita enggak gampang sakit atau kena batuk pilek," ujar Kanya.

 

Jangan berikan antibiotik

Kanya menambahkan, sistem kekebalan tubuh bisa saja tidak mempan melawan kuman yang masuk. Ini terjadi karena kuman yang masuk termasuk kuman yang resisten (kebal).

"Tubuh memang alamiah melawan kuman. Kita sendiri juga harus peduli, jangan mudah menggunakan antibiotik. Kalau sembarangan minum antibiotik, kuman bisa bermutasi dan kebal sehingga sulit dibunuh," tambah Kanya, yang berpraktik di RS Hermina Jatinegara.

Kanya mencontohkan, bila ada orang yang mungkin lupa atau tidak mencuci tangan, tapi tetap sehat-sehat bisa saja mikroflora dalam usus sudah kenal terhadap kuman.

"Tubuhnya sudah terbiasa dan membentuk kekebalan terhadap lingkungannya. Itu bisa saja. Namun, sebaiknya kita harus cuci tangan pakai sabun, terlebih lagi sebelum makan dan setelah toilet. Selalu jaga kebersihan tangan," tutup Kanya.


Laporan Fitri Haryanti Harsono/ Sumber: Liputan6.com

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Musim Liburan, Jaga Anak dari Penularan Pneumonia di Tempat Ramai

Musim Liburan, Jaga Anak dari Penularan Pneumonia di Tempat Ramai

Jangan sampai setelah liburan anak-anak malah mengalami sakit.

Baca Selengkapnya
2 Jenis Vaksin yang Bisa Cegah Si Kecil dari Penularan Pneumonia

2 Jenis Vaksin yang Bisa Cegah Si Kecil dari Penularan Pneumonia

Pastikan si kecil sudah divaksin pneumonia, jangan sampai lupa.

Baca Selengkapnya
Bukan Demam dan Anosmia, Ini Gejala Covid-19 Sub Varian JN1

Bukan Demam dan Anosmia, Ini Gejala Covid-19 Sub Varian JN1

Varian covid-19 memiliki gejala yang berbeda. Ini menjadi penyebab vaksin lama tidak efektif digunakan kembali.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Ilmuwan Dibuat Keheranan oleh Pria yang Mendapat Vaksinasi Covid-19 Sebanyak 127 Kali Selama 2 Tahun Lebih

Ilmuwan Dibuat Keheranan oleh Pria yang Mendapat Vaksinasi Covid-19 Sebanyak 127 Kali Selama 2 Tahun Lebih

Jika dihitung harian, maka pria tersebut rata-rata mendapatkan empat dosis suntikan vaksin Covid-19 per hari.

Baca Selengkapnya
Pria Suaranya Tiba-tiba Parau dan Muntah Darah, Dikira Flu Biasa, Pas Diperiksa Ternyata Ada Lintah Hidup Nempel di Tenggorokan

Pria Suaranya Tiba-tiba Parau dan Muntah Darah, Dikira Flu Biasa, Pas Diperiksa Ternyata Ada Lintah Hidup Nempel di Tenggorokan

Lintah biasanya dapat masuk ke dalam tubuh manusia disebabkan kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Meningkat, Naik Kereta Api Wajib Pakai Masker

Kasus Covid-19 Meningkat, Naik Kereta Api Wajib Pakai Masker

PT KAI juga mengingatkan penumpang untuk menjaga kebersihan

Baca Selengkapnya
Duh, Ada 1,8 Juta Anak Indonesia yang Tak Dapat Imunisasi Rutin Lengkap

Duh, Ada 1,8 Juta Anak Indonesia yang Tak Dapat Imunisasi Rutin Lengkap

Risiko yang muncul dari hal ini adalah munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular yang sebenarnya bisa dicegah.

Baca Selengkapnya
Fakta-fakta Covid-19 Varian JN.1, Ciri Khasnya Lidah Pasien Lebih Putih

Fakta-fakta Covid-19 Varian JN.1, Ciri Khasnya Lidah Pasien Lebih Putih

Merebak di Amerika Serikat, Singapura, China, dan India, Covid-19 di Indonesia sudah ditemukan 41 kasus.

Baca Selengkapnya
Jangan Biarkan Anak Bergadang, Bisa Picu Masalah Telinga hingga Konsentrasi

Jangan Biarkan Anak Bergadang, Bisa Picu Masalah Telinga hingga Konsentrasi

Begadang bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada anak. Ketahui apa saja dampak begadang lainnya.

Baca Selengkapnya