Ini Karakteristik Kondisi Anak Indonesia yang Terpapar Covid-19
Dream - Virus Covid-19 merupakan virus baru. Dibutuhkan banyak penelitian terkait virus tersebut agar nantinya bisa dikembangkan vaksin, pengobatan dan perawatan bagi pasien di kemudian hari yang lebih efektif dan efisien.
Salah satu penelitian seputar Covid-19 dilakukan oleh tim Lembaga Biologi Molekuler (Eijkman) Indonesia. Tim yang terdiri dari Profesor Amin Soebandrio, Dr. Safarina Malik, Dr Mynt, Tina Kusumaningrum, dan Sukma Oktavianthi baru saja menerbitkan satu jurnal di Journal of Clinical Virology Plus, dengan judul "Characteristics of children with confirmed SARS-CoV-2 infection in Indonesia".
Dalam penelitian tersebut terungkap karakteristik kondisi anak-anak di Indonesia yang terpapar Covid-19. Penelitian melibatkan 1.973 pasien Covid-19 yang berusia kurang dari 18 tahun dari Maret sampai November 2020.
Penelitian mengungkap sebanyak 140 pasien anak positif Covid-19 tidak mempunyai gejala. Hanya 32,7% yang punya gejala.
Gejala yang Paling Banyak
Gejala yang paling banyak dilaporkan pada pasien anak-anak positif Covid-19 adalah:
- Batuk (57,4%)
- Kelelahan (39,7%)
- Demam (36,8%)
Dari penelitian juga terungkap hanya 15 pasien anak-anak yang memiliki gejala sesak nafas, gejala Covid-19 yang paling sering dilaporkan pada pasien dewasa. Mayoritas anak-anak yang terinfeksi virus SARS CoV-2 tidak mempunyai gejala atau hanya gejala ringan. Akan tetapi anak dengan positif Covid-19 punya peran yang sangat besar dalam hal transmisi SARS CoV-2.
View this post on Instagram
Gejala Virus Covid-19 yang Harus Diwaspadai Pada Bayi
Dream - Penambahan jumlah kasus virus Covid-19 di Indonesia kembali melonjak. Kondisinya diperparah dengan varian virus delta yang lebih menular. Pada orang dewasa, gejala yang muncul bisa langsung dirasakan dan dikonsultasikan pada dokter.
Hal yang sulit adalah jika yang tertular Covid-19 adalah bayi dan balita. Seberapa besar kemungkinan seorang anak terkena Covid-19? Dikutip dari Mayo Clinic, menurut American Academy of Pediatrics and the Children's Hospital Association, di Amerika Serikat, anak-anak mewakili sekitar 13% dari semua kasus Covid-19.
Anak dan bayi memang cenderung mengalami gejala ringan atau tanpa gejala. Meski demikian jangan lengah, karena anak yang memiliki komorbid seperti obesitas, diabetes, dan asma, mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit serius akibat COVID-19. Anak-anak yang memiliki penyakit jantung bawaan, kondisi genetik, atau kondisi yang memengaruhi sistem saraf atau metabolisme juga mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit serius dengan Covid-19.
Lalu bagaimana kondisi bayi jika terkena Covid-19? Bayi di bawah usia 1 tahun mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah dengan Covid-19 daripada anak yang lebih besar. Ini kemungkinan besar karena sistem kekebalan tubuh mereka yang belum berkembang dan saluran udara yang lebih kecil, yang membuat mereka lebih mungkin mengalami masalah pernapasan dengan infeksi virus pernapasan.
Gejala yang Muncul
Bayi baru lahir dapat terinfeksi virus Covid-19 saat proses persalinan dari ibu atau kontak erat dengan orang yang menggendongnya setelah lahir. Gejala Covid-19 pada bayi yang mungkin muncul antara lain:
- Demam atau kedinginan
- Hidung tersumbat atau pilek
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Sesak napas atau kesulitan bernapas
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Nyeri otot atau nyeri tubuh
- Mual atau muntah
- Diare
- Sakit perut
Jika bayi memiliki gejala Covid-19 tersebut segera hubungi dokter anak. Lakukan isolasi mandiri bersama anak di kamar sendiri, gunakan masker. Ikuti petunjuk dokter sambil menunggu hasil pemeriksaan dan diagnosis.
Alami Gejala Berat, Pasien Covid-19 Anak 40% Meninggal Dunia
Dream - Seluruh masyarakat Indonesia diminta kembali lebih ketat untuk menjalani protokol kesehatan 3 M. Hal ini lantaran kasus Covid-19 kembali naik dan yang mengkhawatirkan adalah ditemukannya varian delta virus Covid-19 di Jakarta, Kudus dan Bangkalan. Varian tersebut lebih mudah menular.
Kondisi tersebut selayaknya jadi peringatan keras, terutama pada para orangtua. Tim dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) beberapa waktu lalu memaparkan hasil penelitian terkait Covid-19 pada anak.
Studi yang menemukan pasien anak yang terkonfirmasi positif COVID-19 melalui pemeriksaan PCR, 40 persen meninggal dunia. Penelitian kematian COVID-19 pada anak ini berjudul, Mortality in Children with Positive SARS-CoV-2 Polymerase Chain Reaction Test: Lessons Learned from a Tertiary Referral Hospital in Indonesia dilakukan Rismala Dewi dan Nasiti Kaswandi, dkk dari Departemen Pediatrik RSCM-FKUI.
Penelitian pasien COVID-19 dilakukan sepanjang Maret-Oktober 2020. Studi menggunakan data yang dikumpulkan dari rekam medis pasien COVID-19 di RSCM. Selama masa studi, ada 490 pasien dirawat dan didiagnosis dengan dugaan dan kemungkinan COVID-19. Dari jumlah tersebut, 50 pasien (10,2 persen) terkonfirmasi COVID-19 dan 20 pasien (40 persen) memiliki tingkat yang fatal.
Pasien Usia 10 Tahun Tingkat Kematiannya Lebih Tinggi
Tingkat kematian lebih tinggi pada pasien berusia 10 tahun, dikategorikan dengan gejala penyakit berat saat masuk ke rumah sakit, ditambah penyakit kronis yang mendasarinya. Tanda-tanda klinis yang paling umum itu gejala umum COVID-19, sedangkan sindrom gangguan pernapasan akut dan syok septik--peradangan di seluruh tubuh--adalah dua penyebab kematian yang paling umum.
Ada peningkatan kadar prokalsitonin--penanda infeksi bakteri dengan atau tanpa sepsis, D-dimer--penanda potensial penggumpalan darah, laktat dehidrogenase dan presepsin ditemukan pada semua kasus yang fatal. Satu pasien anak mengalami sindrom inflamasi multisistem.
"Kami menyoroti tingkat kematian yang tinggi pada pasien anak dengan tes PCR positif COVID-19. Temuan ini mungkin terkait atau bertepatan dengan infeksi COVID-19. Studi lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan pemahaman tentang sindrom pernapasan akut COVID-19 parah, yang mengakibatkan kematian pada anak-anak dengan penyakit komorbiditas," tulis peneliti.
Hal yang juga jadi sorotan adalah menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sebanyak 11,3 persen dari total kasus virus corona di Indonesia adalah anak-anak. Data tersebut diungkapkan oleh Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Yogi Prawira, SpA(K) pada November 2020 lalu.
Laporan Fitri Haryanti Harsono/ Sumber: Liputan6.com
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Varian covid-19 memiliki gejala yang berbeda. Ini menjadi penyebab vaksin lama tidak efektif digunakan kembali.
Baca SelengkapnyaMerebak di Amerika Serikat, Singapura, China, dan India, Covid-19 di Indonesia sudah ditemukan 41 kasus.
Baca SelengkapnyaJika dihitung harian, maka pria tersebut rata-rata mendapatkan empat dosis suntikan vaksin Covid-19 per hari.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Begadang bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada anak. Ketahui apa saja dampak begadang lainnya.
Baca SelengkapnyaBanyak orang tidak menyadari bahwa beberapa masalah kesehatan bisa tercermin dari kondisi mata.
Baca SelengkapnyaMasalah kesehatan ini sering diidentikkan dengan orang tua dan dewasa, padahal anak-anak juga bisa mengalaminya.
Baca SelengkapnyaSempat gratis, vaksin keempat Covid-19 akan ditawarkan secara berbayar di tahun depan, kecuali untuk kelompok rentan.
Baca SelengkapnyaRisiko yang muncul dari hal ini adalah munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular yang sebenarnya bisa dicegah.
Baca SelengkapnyaTidur dengan lampu menyala juga membuat anak cenderung terbangun bukan dengan rasa segar.
Baca Selengkapnya