Ini Gejala Covid-19 Omicron yang Paling Sering Terjadi Pada Anak
Dream - Varian Covid-19 Omicron yang masuk ke Indonesia tak dipungkiri memicu kekhawatiran banyak orang. Terutama para orangtua yang anak-anaknya belum mendapatkan vaksin Covid-19 dosis penuh atau tak bisa divaksin.
Kasus Omicron di beberapa negara faktanya meningkat signifikan di awal 2022. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), di Amerika Serikat, infeksi Covid-19 pada anak (pediatrik) telah mencapai titik tertinggi sejak awal pandemi.
"Untuk minggu yang berakhir 30 Desember 2021, lebih dari 325.000 kasus dilaporkan di antara anak-anak—peningkatan 64 persen dari minggu sebelumnya dan hampir dua kali lipat kasus dari dua minggu sebelumnya," kata dr. Noah Greenspan, seorang ahli jantung paru terapis fisik dan direktur Pulmonary Wellness ComplexPT.
Anak yang terpapar Covid-19 varian Omicron di AS juga lebih berisiko dirawat di rumah sakit. Salah satu penyebabnya, varian ini lebih mudah menular dibanding varian lain.
"Omicron lebih menular, dan jumlah yang terinfeksi di masyarakat jauh lebih tinggi, yang mengarah pada tingkat rawat inap yang lebih tinggi," ungkap Preeti Parikh, MD, Direktur Medis Eksekutif di GoodRx.
Gejala yang Sering Muncul Pada Anak
Sejauh ini, Omicron sebenarnya tampak lebih ringan daripada jenis virus corona sebelumnya. Gejala sering menyerupai flu biasa pada anak. Seperti pilek, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, demam, batuk, dan kelelahan.
"Beberapa anak juga mengalami masalah pencernaan seperti mual, muntah, dan diare," kata Andrea Kallah, M.D., dokter anak di Children's Health Orange County.
Anak kecil (terutama mereka yang berusia di bawah 5 tahun) mungkin lebih berisiko lebih parah jika terpapar. Kemungkinan hal ini karena saluran udara mereka lebih sempit.
"Ini membuat mereka lebih mungkin mengalami komplikasi pernapasan seperti bronkiolitis, yang menyebabkan peradangan dan penumpukan lendir di saluran udara dan membuatnya lebih sulit untuk bernapas," kata Dr. Greenspan.
Perlindungan Utama
Perlindungan utama saat ini, menurut Greenspan, adalah vaksinasi. Pasalnya, pasien Covid-19 yang membutuhkan perawatan intensif di RS, sebagian besar yang tidak mendapat vaksin Covid-19 lengkap.
“Seseorang yang telah divaksinasi lengkap akan lebih sedikit level keparahannya dibandingkan dengan seseorang yang tidak divaksinasi,” kata Dr. Kallah.
Anak-anak di bawah 5 tahun belum dapat divaksinasi, sehingga hal ini membuat mereka secara alami lebih rentan terhadap Covid-19 varian apa pun. Termasuk anak usia 6 tahun ke atas yang belum mendapat vaksin Covid-19 sama sekali.
Sumber: Parents
IDAI Ingatkan Anak yang Sudah Vaksin Covid-19 Lengkap Baru Bisa Sekolah
Dream - Sekolah-sekolah di banyak daerah, khususnya Jadebotabek akhirnya dibuka di semester kedua, mulai awal Januari 2022. Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dilakukan setelah program vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6 hingga 11 tahun dilakukan.
Sayangnya, pemberian vaksin dosis pertama hingga kini belum merata. Vaksinasi Covid-19 masih berpusat di kawasan Jabodetabek, dan belum merata ke daerah lain.
Anak-anak yang sekolah di Jabodetabek pun baru mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama pada akhir Desember 2021 kemarin. Jarak vaksin pertama dan kedua sekitar 28 hari, sehingga saat ini sebagian besar anak usia Sekolah Dasar (SD) belum mendapatkan vaksin Covid-19 dalam dosis penuh.
Sementara, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melalui pernyataan resmi Ketua Umumnya, Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) merekomendasikan agar anak bisa sekolah tatap muka jika sudah mendapat vaksin dengan dosis penuh.
"Untuk membuka pembeljaran tatap muka 100% guru dan petugas sekolah harus sudah mendapatkan vaksin Covid-19. Anak dapat masuk sekolah adalah anak yang sudah diimunisasi Covid-19 lengkap dua kali dan tanpa komorbid," ujar Dr. Piprim, dalam video yang diunggah di Instagram resmi IDAI, @idai_ig.
Varian Omicron
Dokter Piprim juga memaparkan kondisi di negara lain di mana varian Omicron yang menular lebih cepat. Varian ini banyak menjangkiti anak-anak yang belum mendapat vaksinasi Covid-19.
"Data di negara lain yaitu Amerika Serikat, Eropa, Afrika terkait peningkatan kasus Covid-19 pada anak dalam beberapa minggu terakhir dan sebagian besar kasus anak yang sakit adalah anak yang belum mendapatkan imunisasi Covid-19," ungkapnya.
Penerapan PTM di sekolah juga harus dipastikan dilakukan dengan protokol kesehatan ketat. Buka tutupnya sekolah akan sangat ditentukan kasus Covid-19 di area tersebut dan tentunya, kondisi sekolah.
Penjelasan selengkapnya lihat di sini.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Varian covid-19 memiliki gejala yang berbeda. Ini menjadi penyebab vaksin lama tidak efektif digunakan kembali.
Baca SelengkapnyaBeberapa tempat memiliki jumlah virus lebih tinggi dibandingkan area lain. Kamu wajib meningkatkan daya tahan tubuh jika ingin mengunjunginya.
Baca SelengkapnyaJika sewaktu-waktu anak mengalami masalah kesehatan, obat tersebut bisa membantu meredakan gejalanya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jika dihitung harian, maka pria tersebut rata-rata mendapatkan empat dosis suntikan vaksin Covid-19 per hari.
Baca SelengkapnyaRisiko yang muncul dari hal ini adalah munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular yang sebenarnya bisa dicegah.
Baca SelengkapnyaJangan sampai setelah liburan anak-anak malah mengalami sakit.
Baca SelengkapnyaDiketahui, varian JN.1 pertama kali dilaporkan di Indonesia pada bulan November lalu.
Baca SelengkapnyaSemakin banyak anak yang sakit di musim hujan. Ketahui penyebab dan cara cegahnya agar anak tetap sehat.
Baca SelengkapnyaPenting untuk memperhatikan asupan cairan sehari-hari buah hati.
Baca Selengkapnya