Ibu Hamil di Israel Terdeteksi 'Florona', Kasus Perdana Covid-19 dan Influenza
Dream - Virus Covid-19 yang menyebabkan pandemi hingga kini belum ada tanda-tanda menghilang. Justru bermunculan varian virus baru, seperti Omicron. Kini, baru saja dilaporkan di Israel, kasus perdana Covid-19 dan influenza pada saat yang bersamaan.
Kasus itu kemudian disebut "Florona", yang ternyata pasiennya adalah seorang ibu hamil. Dikutip dari Thehealthsite.com, kasus ini pertama kali diumumkan pada 1 Januari 2021 kemarin.
Dari laporan menunjukkan bahwa ibu hamil yang dibawa ke rumah sakit untuk melahirkan tidak divaksinasi terhadap kedua penyakit tersebut. Infeksi ganda dilaporkan terjadi Rabin Medical Center, Petah Tikva.
Laporan itu mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan Israel masih memeriksa kasus tersebut. Kasus tersebut kondisinya relatif ringan, dan belum diketahui apakah kombinasi kedua virus tersebut menyebabkan penyakit yang lebih parah. Pejabat kesehatan memperkirakan bahwa banyak pasien lain juga terkena kedua infeksi tetapi belum didiagnosis.
"Tahun lalu, kami tidak menyaksikan kasus flu di antara wanita hamil atau melahirkan," kata Arnon Vizhnitser, spesialis kebidanan dan kandungan dan direktur Departemen Ginekologi RS Rabin Medical Center seperti dikutip dari TheNewsMinute.
Bukan Varian Baru
"Hari ini, kami melihat kasus virus corona dan flu yang mulai mengganggu. Kami melihat semakin banyak wanita hamil yang terkena flu," ungkap Vizhnitser.
Menurut Vizhnitser, kasus ini adalah tantangan besar. Pasalnya ibu hamil mengalami demam jelang melahirkan dan tidak diketahui dengan jelas apakah itu disebabkan virus flu atau Covid-19.
Penting diingat, florona bukanlah varian baru dari Covid-19. The Hindustan Times mengutip dokter Nahla Abdul Wahab di Rumah Sakit Universitas Kairo yang mengatakan bahwa infeksi ganda (COVID-19 dan flu) mungkin mengindikasikan runtuhnya sistem kekebalan pasien, karena tubuh membiarkan dua virus masuk secara bersamaan.
Bikin Haru, Momen Technical Lead Covid-19 WHO Temui Anak Hanya Lewat Kaca
Dream - Seluruh tenaga kesehatan, peneliti dan orang-orang yang bekerja langsung menangani pandemi Covid-19, sangat berisiko tertular. Bukan hanya mengancam kesehatan pribadi, tapi juga keluarga.
Mereka bertaruh nyawa untuk melakukan pekerjaannya, demi menekan penularan Covid-19 serta mengatasi pandemi. Tak mudah memang, karena pekerjaannya bukan hanya menguras fisik tapi juga mental.
Maria Van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi, yang merupakan Technical Lead Covid-19 WHO mengungkapkan pengalamannya bekerja selama pandemi. Perempuan 44 tahun sejak awal virus Covid-19, sudah harus melakukan perjalanan ke China untuk melakukan penelitian.
Lewat wawancara dengan Melissa Fleming, Kepala Komunikasi Global Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Maria mengungkap kalau dirinya juga merasa takut. Sebagai ibu, dirinya juga harus terpisah dengan sang anak demi keamanan.
Anak Merasa Takut Sang Ibu Tak Kembali
“Ketika saya pergi ke China pada Februari 2020… dia [anak saya] sangat ketakutan. Jadi, dia pikir saya tidak akan pulang dan saya pikir segalanya berubah untuknya. Anda tahu, itu adalah virus baru yang misterius. Semuanya dimatikan. Orang-orang takut, ada sifat tidak menyenangkan tentang hal itu dan dia pikir saya tidak akan pulang. Jadi, baginya, itu benar-benar menakutkan” kata Maria.
View this post on Instagram
Maria juga membagikan foto pribadinya saat ia bertemu dengan Miro, putranya lewat pembatas kaca pada April 2021 lalu. Momen ini begitu menyentuh banyak orang. Melihat kerja keras para epidemiolog dunia mengorbankan diri dan keluarga selama pandemi.
Kondisi Anak Usia 6 hingga 11 yang Tak Dianjurkan untuk Vaksinasi Covid-19
Dream - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) beberapa waktu lalu sudah mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 untuk anak usia 6 hingga. Izin tersebut untuk vaksin produksi Sinovac, Coronavac dan vaksin Covid-19 dari Biofarma.
Dikutip dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dosis vaksin yang diberikan pada anak 6 tahun ke atas yaitu 0,5 ml dan diberikan sebanyak dua kali. Vaksin sangat direkomendasikan pada anak-anak karena mereka sudah mulai sekolah tatap muka dan perlindungan optimal.
IDAI juga mengingatkan ada kondisi di mana anak sebaiknya tak vaksinasi Covid-19 atau berkonsultasi dulu dokter. Hal ini terkait status medisnya. Kontraindikasi tersebut yaitu:
- Defisiensi imun primer, penyakit autoimun tidak terkontrol
- Penyakit Sindrom Gullian Barre, mielitis transversa, acute demyelinating encephalomyelitis
- Anak kanker yang sedang menjalani kemoterapi/radioterapi
- Anak yang sedang mendapat pengobatan imunosupresan/sitostatika berat
- Sedang mengalami demam 37,50 Celsius atau lebih
- Anak baru sembuh dari COVID-19 kurang dari 3 bulan
- Pasca imunisasi lain kurang dari 1 bulan
- Anak atau remaja sedang hamil
- Hipertensi tidak terkendali
- Memiliki hipertensi dan diabetes melitus
Bila anak-anak mengalami kondisi di atas, sebaiknya lakukan konsultasi lebih dulu dengan dokter jika memang ingin melakukan vaksinasi. Terutama dokter yang biasa menangani penyakit si kecil.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diketahui, varian JN.1 pertama kali dilaporkan di Indonesia pada bulan November lalu.
Baca SelengkapnyaISPA adalah infeksi yang mengganggu pernapasan yang disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea, bahkan paru-paru.
Baca SelengkapnyaLintah biasanya dapat masuk ke dalam tubuh manusia disebabkan kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Merebak di Amerika Serikat, Singapura, China, dan India, Covid-19 di Indonesia sudah ditemukan 41 kasus.
Baca SelengkapnyaGejala khas dari flu singapura yaitu demam dan ada bintik merah di kulit.
Baca SelengkapnyaBila ibu hamil merasa frekuensi buang air kecil sangat menganggu dan disertai demam dan nyeri, segera konsultasikan dengan dokter.
Baca SelengkapnyaYuk Intip kabar Terbaru Ningsih Tinampi yang dulu viral bisa obati pasien covid-19.
Baca SelengkapnyaDokter yang merawat kakek itu sempat tidak percaya kalau pria 80 tahun itu sebelumnya telah meninggal.
Baca SelengkapnyaHal yang paling sering membuat anak-anak terkena diare saat liburan adalah infeksi virus.
Baca Selengkapnya