Hadapi Anak yang Terlambat Bicara, Stop Gadget untuk Sementara
Dream - Masalah keterlambatan bicara pada anak di bawah usia 5 tahun seringkali tak disadari orangtua. Banyak yang mengira kalau anak memang belum lancar bicara dan itu wajar, padahal jika dilihat kemampuan berdasarkan usia, anak seharusnya sudah bisa menguasai beberapa kata.
Speech delay atau keterlambatan bicara adalah gangguan tumbuh kembang anak dalam berbicara yang tidak sesuai usianya. Hal ini membuatnya kesulitan dalam berkomunikasi. Dalam situasi pandemi seperti sekarang, kasus speech delay ini rupanya tampak semakin banyak.
Kurangnya interaksi dan aktivitas anak bisa jadi penyebab speech delay. Penting bagi orangtua untuk lebih peka dalam kemampuan komunikasi anak. Bila dirasa terlambat dan kurang segera konsultasi dengan dokter anak spesialis tumbuh kembang.
“Normalnya, anak yang sudah memasuki usia 1 tahun ke atas sudah bisa mengucapkan setidaknya 5 kata konsisten seperti Mama, Papa, atau kata lainnya,” ujar dr. Luh Karunia Wahyuni Sp.KFR(K) di acara Webinar Baby Happy Keluarga Happy, Senin, 22 November 2021.
Saat usia anak sudah memasuki 2 sampai 3 tahun dan tak kunjung berbicara dengan lancar, atau sekadar mengucapkan potongan kata saja, anak bisa saja masuk dalam golongan anak yang mengalami speech delay atau telat berbicara. Pada anak yang mengalami keterlambatan bicara, biasanya dokter menyarankan untuk melakukan terapi khusus dan rutin.
Bahasa Ibu dan No Gadget
Tak hanya itu, ada beberapa hal yang harus diterapkan di rumah oleh orangtua. Penting untuk melakukan hal ini secara disiplin agar kemampuan berbicara anak bisa normal.
1. Stop gadget
Meskipun menjadi jalan pintas bagi orangtua, penggunaan gadget menjadi penghambat anak berkomunikasi dengan orang sekitarnya. Padahal, komunikasi dua arah menjadi cara terbaik untuk melatih anak agar lebih cepat berbicara. Dokter Luh menyarankan agar anak di usia 1-3 tahun tidak diberikan gadget.
2. Gunakan bahasa ibu atau bahasa Indonesia
Menurut dr.Luh anak yang mengalami speech delay disarankan agar diajak berkomunikasi dengan bahasa ibu. Hal ini harus dilakukan secara konsisten agar tidak menimbulkan kebingungan pada diri anak. Untuk penggunaan bahasa asing bisa dilakukan setelah anak lancar berkomunikasi dan benar-benar memahami bahasa ibu.
Main di Luar
3. Ajak bermain ke luar rumah
Bermain di luar rumah sangat baik untuk menambah kreativitas anak. Berinteraksi dengan lingkungan akan membuat anak menyentuh, melihat, mendengar dan mencium hal-hal baru yang tidak didapatkannya saat berada di dalam ruangan. Aktivitas ini dapat merangsang sensorik dan motorik yang juga berdampak pada kemampuan bicaranya.
4. Bermain dengan teman sebaya
Meskipun sedang di masa pandemi, usahakan agar anak bermain dengan teman seusianya. Anak juga perlu belajar cara bekerja sama, berbagi, dan memperlakukan teman sebayanya.
Seorang anak hanya berada di dalam rumah sangat berbeda dengan anak yang sering bermain di luar rumah dalam segi bersosialisasi. Biasanya, anak akan lebih memiliki banyak teman, tidak pemalu, dan percaya diri.
Bicara Sejajar
5. Berikan perintah sederhana
Para orangtua juga bisa memberi perintah sederhana pada anak. Minta anak mengambil barang yang disebutkan untuk diserahkan ke tangan ayah atau ibunya. Misalnya, “tolong ambilkan boneka.” Setelah boneka bebek tersebut berada di genggamannya, anak harus menyerahkannya kepada orangtua dan begitu seterusnya.
"Dengan melakukan hal ini, anak tidak hanya memahami suatu perintah, tapi juga membuat si anak dapat memahami identitas atau mengenal suatu benda," ujar dr. Luh.
6. Bicara dengan anak di level yang sama
Jika mengajak bicara anak, usahakan para orangtua memposisikan diri sejajar dengan anak dan mata saling bertatap. Saat sejajar setinggi anak, mereka dapat melihat mata, lidah, dan bibir orangtuanya saat berbicara.
Dengan demikian, anak dapat menerima informasi, bahkan sebelum mulai berbicara. Ini membantu melibatkan mereka dalam percakapan yang baik.
"Apabila bicara dengan anak usahakan di level atau posisi yang sama, harus sejajar, jangan sampai anak mendongak, agar anak bisa melihat juga bibir kita, apa yang kita ucapkan,” ujar dr. Luh.
Tak Perlu Khawatir Saat Balita Suka Berbicara Sendiri
Dream - Imajinasi anak begitu tinggi. Terutama di usia bawah lima tahun (balita). Saat bermain sendiri, kerap kali mereka membuat percakapan sendiri, bahkan menyebut ada teman lain atau teman khayalan.
Orangtua mungkin merasa bingung atau panik saat melihat anak suka berbicara sendiri. Menurut psikolog Gracia Ivonika, M.Psi., orangtua tidak perlu khawatir saat melihat anak mereka berbicara sendiri atau dengan mainannya.
“Pada usia dini sampai awal usia sekolah, anak biasanya memang terlihat suka bicara sendiri misalnya saat bermain. Ini adalah hal yang wajar dalam tahapan perkembangan anak. Kalau secara teori disebutnya self talk atau private speech,” ujarnya, seperti dikutip dari KlikDokter.
Pada usia tertentu, anak-anak sedang mengembangkan imajinasinya. Alhasil, mereka akan membentuk teman khayalan sebagai wujud dari pemikirannya mengenai relasi dengan orang di sekitarnya.
Karakter yang mereka ajak bicara mungkin sama dengan di kehidupan nyata. Akan tetapi, balita yang sedang self talk menganggap ia memainkan peran yang berbeda dari dirinya sendiri.
Meniru Apa yang Dilihatnya
Dalam memainkan peran, anak mungkin meniru apa yang ia lihat atau dilakukan oleh orang lain. Tak hanya itu, mainan si kecil juga dapat menjadi karakter yang penting. Itu sebabnya balita sering ditemukan sedang berbicara dengan mainan mereka sendiri.
"Kondisi anak yang berbicara sendiri ini sama hal dengan orang dewasa. Bedanya, orang dewasa sudah dapat menyembunyikan hal itu agar orang di sekitarnya tidak merasa curiga atau khawatir. Pada orang dewasa, mereka dapat berbicara sendiri dalam hati. Namun untuk anak-anak, mereka belum paham dan belum bisa melakukannya," ungkapnya.
Seiring bertambahnya usia, anak akan belajar sambil berlatih untuk membedakan kapan dan di mana mereka bisa berbicara sendiri atau berbicara dalam hati.
“Saat anak memasuki usia sekolah awal, perilaku berbicara sendiri akan semakin berkurang. Anak akan mulai bertransisi menuju inner speech atau berbicara kepada diri sendiri dalam hati atau internal dialogue,” kata Gracia.
Selengkapnya baca di sini.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jangan sampai setelah libur panjang, kesehatan mata anak mengalami masalah.
Baca SelengkapnyaJika sewaktu-waktu anak mengalami masalah kesehatan, obat tersebut bisa membantu meredakan gejalanya.
Baca SelengkapnyaPeran orang tua memiliki signifikan yang besar terkait penggunaan perangkat gadget kepada anak-anak.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penting untuk memperhatikan asupan cairan sehari-hari buah hati.
Baca SelengkapnyaDi era digital ini, penggunaan gadget telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaAnak yang berusia di bawah tiga tahun atau batita, memang sangat mudah cemas dan menangis ketika ditinggal orangtua.
Baca SelengkapnyaBegadang bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada anak. Ketahui apa saja dampak begadang lainnya.
Baca SelengkapnyaAda efek buruk yang sering tak disadari para orangtua.
Baca SelengkapnyaTidur dengan lampu menyala juga membuat anak cenderung terbangun bukan dengan rasa segar.
Baca SelengkapnyaSahabat Dream lagi nggak mau ribet? Nih tips and trick 3 cara tampil dengan hijab simple dan mudah. Yuk coba
Baca Selengkapnya