Dokter Peringatkan Ayah Bunda, Kasus Bocah Telan 7 Magnet

Dream - Anak-anak terutama yang berusia di bawah lima tahun (balita) penuh rasa penasaran. Mereka juga kerap memasukkan apapun ke dalam mulutnya hasrat eksplorasinya yang begitu tinggi.

Anak usia balita juga masih dalam fase oral, di mana butuh stimulasi di mulut yang sangat tinggi. Hal ini membuat mereka kerap memasukkan apa pun ke mulutnya, termasuk benda berbahaya.

Untuk itu ayah bunda, selalu awasi anak balita saat bermain terutama dengan benda-benda kecil seperti magnet. Dokter Ariani Dewi Widodo, seorang spesialis anak, membagikan kasus anak yang menelan magnet bukan hanya satu tapi tujuh.

Pengalamannya menangani anak tersebut diunggah di akun Instagram resminya @dr.ariani. Anak tersebut harus menjalani operasi karena bisa membahayakannya nyawanya.

"Bulan Juli, Bunda menemukan si adik yang sebentar lagi 2 tahun sedang mengulum bola magnet itu. Fiuhh... untung sempat terlihat sebelum tertelan. Selanjutnya semua sudah melupakannya, hingga Oktober 2021 anak mulai mual muntah, kembung, dan nyeri perut berulang. Begitu difoto, tampak rangkaian 7 butir bola magnet yang saling berhimpitan. Rupanya yang ditemukan sebelumnya hanya sebagian saja, sudah ada yang terlanjur tertelan," tulis dr. Ariani.

Ia menjelaskan kalau bola magnet yang tertelan sangat berbahaya dan bisa mematikan. Risiko yang mungkin muncul adalah kebocoran usus.

"Bila dua magnet atau lebih berada di usus pada saat yang bersamaan, atau magnet bersama benda metal lain, magnet akan saling menarik dan menjepit jaringan usus di tengahnya, sehingga tidak mendapat aliran darah dan mati. Akibatnya magnet bisa terbenam ke jaringan, tersangkut, dan tidak jarang menyebabkan usus bocor yang tentu fatal akibatnya," ungkap dr. Ariani.

Harus operasi untuk mengeluarkannya

Dokter Ariani memperingatkan jika anak setelah bermain benda kecil dan muntah-muntah apalagi sampai berwarna hijau, mengeluh sakit perut dan demam tinggi, segera konsultasi dengan dokter. Pemeriksaan rontgen dibutuhkan jika dicurigai anak anak menelan benda berbahaya.

Pada kasus yang ditangani dokter Ariani, anak tersebut awalnya bakal diberikan prosedur endeskopi untuk mengambil magnet, tetap letaknya terlalu jauh. Tak berhasil, akhirnya tim dokter memutuskan untuk melakukan operasi.

"Endoskopi dilakukan utk menariknya keluar, namun letaknya sangat jauh ke dalam. Jadi, dilanjutkan operasi oleh Dokter Bedah Anak handal Dr @cathlinefreya SpBA. Bola magnet tersangkut & menjepit jaringan usus. Ketujuh bola magnet berhasil dikeluarkan dengan sukses! Foto & post seizin orangtua & Humas @rsabhk demi kepentingan edukasi. Bersama kita saling mengingatkan dan menjaga," pesannya.

Buah Hati Muntah Berkali-kali, Kapan Harus ke Dokter?

Dream - Keluhan muntah seringkali dialami anak-anak terutama usia balita. Makanan dan minuman yang telah dikonsumsinya, keluar cukup banyak lewat mulut saat muntah.

Hal ini bisa terjadi karena banyak hal, seperti keracunan makanan, paparan virus/ bakteri, gangguan pencernaan atau ada keluhan medis lainnya yang memicu muntah. Anak akan menjadi sangat rewel saat muntah, beberapa juga disertai demam.

Bila ayah bunda curiga anak mengalami keracunan makanan, biasanya ia akan mual atau muntah hebat dan diare dengan frekuensi lebih sering.

“Selain itu, anak juga bisa tampak lemas dan berisiko dehidrasi atau kekurangan cairan akibat muntah atau diare yang terlalu banyak,” kata dr. Muhammad Iqbal Ramadhan, dikutip dari KlikDokter.com

Orangtua sebaiknya tidak selalu menganggap anak rewel dan muntah sebagai kondisi sepele. Anak berisiko lebih tinggi kehilangan nyawa jika gejala-gejala keracunan makanan terus terjadi hingga menimbulkan dehidrasi parah.

Infeksi Usus

Sebagian besar anak yang mengalami infeksi usus (gastroenteritis) akibat keracunan makanan memiliki gejala ringan dan akan membaik dalam beberapa hari. Meski begitu, sangat penting bagi orangtua untuk memastikan bahwa anak mendapatkan asupan cairan yang cukup selama mengalami keracunan makanan.

Terlepas dari itu, keracunan makanan pada anak tetap mesti diwaspadai, khususnya jika terdapat tanda-tanda sebagai berikut:
- Muntah hebat, khusus pada anak di bawah usia 6 bulan.
- Anak memiliki kondisi medis tertentu, seperti gangguan jantung atau ginjal bawaan lahir, diabetes, dan riwayat kelahiran prematur
- Anak mengalami demam tinggi, dan tidak kunjung membaik
- Anak tampak lemas atau bingung, wajah cekung, frekuensi berkemih menurun
- Anak mengeluarkan muntah atau tinja berdarah
- Anak mengalami sakit perut parah.

Segera bawa ke dokter jika gejala muntah lebih dari 1–2 hari, atau diare setelah 3–4 hari. Semakin cepat dideteksi dan diobati, kemungkinan anak mengalami komplikasi keracunan dapat diminimalkan. Selengkapnya baca di sini.

Saat Anak Demam, Bisa Muncul Tiga Komplikasi Ini

Dream - Anak-anak seringkali mengalami demam. Suhu tubuhnya lebih dari 38,5 derajat celcius bahkan hingga 40 derajat. Dalam kondisi tersebut sebenarnya sistem kekebalan tubuh anak sedang melawan peradangan yang disebabkan oleh bakteri, parasit, atau virus.

Suhu tubuh yang tinggi tak selalu jadi pertanda berbahaya. Kecuali, jika sudah berlangsung lebih dari tiga hari. Saat anak demam penting untuk memantau terus suhunya.

Berikan juga banyak minum atau cairan lain. Pasalnya ada tiga komplikasi yang perlu diwaspadai saat anak demam. Apa saja?

1. Dehidrasi
Saat demam, kebutuhan cairan tubuh anak juga ikut meningkat. Anak yang demam biasanya hanya ingin beristirahat atau tidur. Tanpa disadari, hal itu membuat anak malas minum dan kekurangan cairan. Dampaknya, anak berisiko mengalami dehidrasi.

Komplikasi dehidrasi saat demam ditandai dengan gejala seperti mulut dan bibir anak kering, urinenya berwarna gelap dan pekat. Volume buang air kecil berkurang, tubuh anak lemas. Bila anak masih belum mau atau tidak bisa mengonsumsi banyak cairan, maka ia akan mengalami gejala dehidrasi lanjutan.

Kondisi dehidrasi lanjutan ditandai dengan menangis tanpa air mata, kulit berkerut dan ketika dicubit elastisitas kulit akan lambat kembali seperti semula.
Anak sangat mengantuk. Meski terlihat sepele, kehilangan cairan tubuh sebesar 12 hingga 15 persen dapat menyebabkan anak mengalami syok yang berakibat fatal.

2. Halusinasi dan Delirium

Salah satu komplikasi yang dapat muncul saat anak demam adalah halusinasi dan delirium. Delirium terjadi ketika kesadaran anak menurun sehingga membuatnya linglung atau kebingungan.

Sementara itu, halusinasi saat demam diakibatkan oleh peningkatan iritabilitas pada sel-sel otak. Demam dapat mempercepat metabolisme yang membuat tubuh lebih aktif dan sel-sel otak lebih peka terhadap rangsangan.

3. Kejang

Menurut dr. Dyah Novita Anggraini, kejang demam adalah komplikasi yang dapat terjadi selama episode demam. Kejang demam dapat dipicu oleh demam dengan suhu tubuh di atas 37,5 derajat celcius.

“Kejang demam bisa terjadi di usia 0-5 tahun. Saat kejang, oksigen tidak menyuplai ke area otak. Akibatnya, ada bagian otak yang tidak mendapat oksigen dan akan mengganggu tumbuh kembang anak,” kata dr. Dyah Novita, dikutip dari KllikDokter.

Secara umum, kejang demam bukanlah kondisi berbahaya. Kejang demam sederhana atau tidak berbahaya ditandai dengan gejala kejang, kehilangan kesadaran, bibir membiru, dan otot berkedut atau tegang. Selengkapnya baca di sini.