Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bermunculan Kluster Covid-19 di Sekolah, IDAI Perbarui Rekomendasi

Bermunculan Kluster Covid-19 di Sekolah, IDAI Perbarui Rekomendasi Sekolah Tatap Muka/ Foto: Shutterstock

Dream - Sejak beberapa bulan terakhir, sekolah mulai menyelenggarakan kegiatan belajar tatap muka. Sistem ini dipadukan dengan sekolah online, di mana jadwal tatap muka maksimal hanya dua jam.

Rupanya, di beberapa daerah seperti di Solo dan Bogor, setelah pembelajaran tatap muka (PTM) muncul kluster Covid-19 di sekolah. Hal ini membuat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membuat rekomendasi terbaru terkait PTM yang diunggah di situs resminya IDAI.or.id

"Rekomendasi IDAI dibuat berdasarkan pengetahuan terkini mengenai COVID-19. IDAI berupaya melakukan pembaharuan rekomendasi berdasarkan data ilmiah dan situasi penyebaran COVID-19 saat ini, demi mengurangi risiko penularan COVID-19 pada anak, mengupayakan strategi pencegahan terbaik guna mencegah kesakitan dan kematian, khususnya pada kelompok usia anak," tulis IDAI.

Dalam pemutakhiran rekomendasi yang diunggah 28 November 2021, IDAI kembali menekankan anak yang wajib memakai masker saat di perjalanan dan di kelas. Untuk jarak anak anak saat berada dalam kelas adalah 1,8 meter.

IDAI juga kembali mengingatkan untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan di sekolah. Perilaku disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan harus dicontohkan oleh staf pengajar dan perangkat sekolah kepada murid-muridnya.

 

Kedisplinan Tinggi

Misalnya pemakaian masker, menghindari kerumunan. Pasalnya, di beberapa sekolah guru-guru nya masih banyak yang mengabaikan pemakaian masker, sehingga murid-murid juga ikut mencontoh.

Untuk PTM, saat ini memang memiliki lebih banyak manfaat. Untuk itu IDAI meminta keamanan di sekolah jadi prioritas utama semua pihak.

"Strategi pencegahan secara berlapis harus dikerjakan oleh semua stakeholders, antara lain: skrining sebelum masuk ke dalam lingkungan sekolah, memperbaiki ventilasi di dalam ruangan atau menggunakan hepa filter, cuci tangan dan etika batuk, disiplin untuk tetap berada di rumah saat sakit dan melakukan tes usap terhadap SARS-CoV-2 jika terindikasi, contact tracing dikombinasi dengan karantina dan isolasi terhadap warga sekolah yang terpapar, uji petik secara berkala, serta protokol kebersihan dan desinfeksi khususnya pasca penutupan sekolah saat terdapat cluster sekolah," pesan IDAI.

Baca rekomendasi selengkapnya di sini.

Bikin Haru, Momen Technical Lead Covid-19 WHO Temui Anak Hanya Lewat Kaca

Dream - Seluruh tenaga kesehatan, peneliti dan orang-orang yang bekerja langsung menangani pandemi Covid-19, sangat berisiko tertular. Bukan hanya mengancam kesehatan pribadi, tapi juga keluarga.

Mereka bertaruh nyawa untuk melakukan pekerjaannya, demi menekan penularan Covid-19 serta mengatasi pandemi. Tak mudah memang, karena pekerjaannya bukan hanya menguras fisik tapi juga mental.

Maria Van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi, yang merupakan Technical Lead Covid-19 WHO mengungkapkan pengalamannya bekerja selama pandemi. Perempuan 44 tahun sejak awal virus Covid-19, sudah harus melakukan perjalanan ke China untuk melakukan penelitian.

Maria Van Kerkhove

Lewat wawancara dengan Melissa Fleming, Kepala Komunikasi Global Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Maria mengungkap kalau dirinya juga merasa takut. Sebagai ibu, dirinya juga harus terpisah dengan sang anak demi keamanan.

 

Anak Merasa Takut Sang Ibu Tak Kembali

“Ketika saya pergi ke China pada Februari 2020… dia [anak saya] sangat ketakutan. Jadi, dia pikir saya tidak akan pulang dan saya pikir segalanya berubah untuknya. Anda tahu, itu adalah virus baru yang misterius. Semuanya dimatikan. Orang-orang takut, ada sifat tidak menyenangkan tentang hal itu dan dia pikir saya tidak akan pulang. Jadi, baginya, itu benar-benar menakutkan” kata Maria.

      View this post on Instagram

A post shared by United Nations (@unitednations)

Maria juga membagikan foto pribadinya saat ia bertemu dengan Miro, putranya lewat pembatas kaca pada April 2021 lalu. Momen ini begitu menyentuh banyak orang. Melihat kerja keras para epidemiolog dunia mengorbankan diri dan keluarga selama pandemi.

Kondisi Anak Usia 6 hingga 11 yang Tak Dianjurkan untuk Vaksinasi Covid-19

Dream - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) beberapa waktu lalu sudah mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 untuk anak usia 6 hingga. Izin tersebut untuk vaksin produksi Sinovac, Coronavac dan vaksin Covid-19 dari Biofarma.

Dikutip dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dosis vaksin yang diberikan pada anak 6 tahun ke atas yaitu 0,5 ml dan diberikan sebanyak dua kali. Vaksin sangat direkomendasikan pada anak-anak karena mereka sudah mulai sekolah tatap muka dan perlindungan optimal.

IDAI juga mengingatkan ada kondisi di mana anak sebaiknya tak vaksinasi Covid-19 atau berkonsultasi dulu dokter. Hal ini terkait status medisnya. Kontraindikasi tersebut yaitu:

- Defisiensi imun primer, penyakit autoimun tidak terkontrol
- Penyakit Sindrom Gullian Barre, mielitis transversa, acute demyelinating encephalomyelitis
- Anak kanker yang sedang menjalani kemoterapi/radioterapi
- Anak yang sedang mendapat pengobatan imunosupresan/sitostatika berat
- Sedang mengalami demam 37,50 Celsius atau lebih
- Anak baru sembuh dari COVID-19 kurang dari 3 bulan
- Pasca imunisasi lain kurang dari 1 bulan
- Anak atau remaja sedang hamil
- Hipertensi tidak terkendali
- Memiliki hipertensi dan diabetes melitus

Bila anak-anak mengalami kondisi di atas, sebaiknya lakukan konsultasi lebih dulu dengan dokter jika memang ingin melakukan vaksinasi. Terutama dokter yang biasa menangani penyakit si kecil.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kasus Covid-19 Varian JN.1 Sedang Naik, Hindari 5 Tempat dengan Risiko Penularan Tertinggi

Kasus Covid-19 Varian JN.1 Sedang Naik, Hindari 5 Tempat dengan Risiko Penularan Tertinggi

Beberapa tempat memiliki jumlah virus lebih tinggi dibandingkan area lain. Kamu wajib meningkatkan daya tahan tubuh jika ingin mengunjunginya.

Baca Selengkapnya
Ilmuwan Dibuat Keheranan oleh Pria yang Mendapat Vaksinasi Covid-19 Sebanyak 127 Kali Selama 2 Tahun Lebih

Ilmuwan Dibuat Keheranan oleh Pria yang Mendapat Vaksinasi Covid-19 Sebanyak 127 Kali Selama 2 Tahun Lebih

Jika dihitung harian, maka pria tersebut rata-rata mendapatkan empat dosis suntikan vaksin Covid-19 per hari.

Baca Selengkapnya
Pemuda Viral 'Mandi Beras' Bulog Dipecat dan Kepala Cabang Dimutasi

Pemuda Viral 'Mandi Beras' Bulog Dipecat dan Kepala Cabang Dimutasi

Atas aksi mandi beras itu oknum buruh dipecat dan kepala cabang dimutasi

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kasus Covid-19 Meningkat, Naik Kereta Api Wajib Pakai Masker

Kasus Covid-19 Meningkat, Naik Kereta Api Wajib Pakai Masker

PT KAI juga mengingatkan penumpang untuk menjaga kebersihan

Baca Selengkapnya
Vaksin Covid-19 Gratis Mulai Dibatasi, Epidemiolog Angkat Bicara

Vaksin Covid-19 Gratis Mulai Dibatasi, Epidemiolog Angkat Bicara

Epidemiolog, Dicky Budiman, memberi pendapatnya soal kebijakan baru ini.

Baca Selengkapnya
Fakta-Fakta Pasien Covid-19 JN.1 di Batam Meninggal Dunia

Fakta-Fakta Pasien Covid-19 JN.1 di Batam Meninggal Dunia

Diketahui, varian JN.1 pertama kali dilaporkan di Indonesia pada bulan November lalu.

Baca Selengkapnya
Lagi, Direktur WHO Peringatkan Seluruh Negara Harus Bersiap Hadapi Penyakit X

Lagi, Direktur WHO Peringatkan Seluruh Negara Harus Bersiap Hadapi Penyakit X

Penyakit X adalah virus “penampung” hipotetis yang belum terbentuk, namun para ilmuwan mengatakan penyakit ini bisa 20 kali lebih mematikan daripada COVID-19.

Baca Selengkapnya
Musim Hujan, Dokter Anak Ingatkan Waspada Serangan ISPA

Musim Hujan, Dokter Anak Ingatkan Waspada Serangan ISPA

ISPA adalah infeksi yang mengganggu pernapasan yang disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea, bahkan paru-paru.

Baca Selengkapnya