Berikan Obat untuk Si Kecil, Lakukan dengan Hati-hati
Dream - Situasi pandemi seperti sekarang membuat orangtua sebisa mungkin tidak membawa anak keluar rumah. Mungkin juga muncul rasa takut untuk ke dokter saat anak sakit.
Untuk menyiasati, saat si kecil mengalami sakit ringan maka diberikan obat yang banyak dijual bebas. Penting diketahui kalau pemberian obat pada anak-anak harus ekstra hati-hati.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics pada Oktober 2016 lebih dari 80 persen orangtua membuat setidaknya satu kesalahan dosis saat mengukur obat cair untuk anak-anak.
Sebagian besar kesalahan pengobatan terjadi saat memberikan pereda nyeri cair yang dimaksudkan untuk mengurangi demam seperti asetaminofen dan ibuprofen, diikuti dengan obat antibiotik dan alergi. Joelene Huber, dokter anak dan asisten profesor pediatrik di University of Toronto, meminta para orangtuan untuk lebih teliti saat memberikan obat anak.
"Buat daftar semua obat yang dikonsumsi saat ini. Jika anak meminum satu obat, selalu tanyakan kepada dokter atau apoteker sebelum mengonsumsi obat yang lain, apakah itu obat resep, vitamin, atau obat herbal," ujar Huber, dikutip dari Todays Parent.
Perhatikan Alergi Obat
Saat ingin memberikan obat, perhatikan dosisnya. Selalu ikuti dosis yang dianjurkan oleh dokter atau apoteker atau sesuai yang tertera pada kemasan. Kebanyakan dosis obat anak didasarkan pada berat badan anak, yang merupakan cara paling akurat untuk memberi dosis obat.
"Hitung berat badan anak secara rutin agar mendapat dosis yang tepat agar pengobatan berjalan efektif," kata Huber.
Ikuti jadwal pemberian dosis dari dokter atau apoteker. Jangan melebihi jumlah maksimum dosis per hari yang diinstruksikan pada label. Simpan semua obat di tempat yang tinggi, jauh dari jangkauan dan dari pandangan anak-anak di dalam lemari yang terkunci atau kotak pegangan.
"Selalu beri tahu dokter dan apoteker jika anak memiliki alergi obat tertentu, simpan juga resep dan catat resep yang pernah diberikan sebelumnya. Perhatikan juga reaksi tubuh anak setelah meminum obat, bila keluhan tak kunjung mereda segera konsultasi dengan dokter," pesan Huber.
Kebiasaan Orangtua yang Harus Dihentikan Saat Anak Sakit
Dream - Mengasuh anak dan menjadi orangtua, bukan merupakan'ilmu' yang bisa didapatkan hanya berdasarkan buku saja. Informasi lainnya didapatkan dari teman, internet, orangtua, bahkan dokter anak.
Terutama soal kesehatan anak, yang di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang jadi perhatian utama para orangtua. Seringkali karena panik, orangtua tak berpikir logis sehingga mengambil keputusan yang kurang tepat.
Untuk itu Bill Bush, M.D., yang merupakan kepala dokter anak di Rumah Sakit Helen DeVos Children's di Grand Rapids, Michigan, memberi fakta seputar hal-hal yang harus berhenti untuk dilakukan orangtua, agar tak panik ketika menghadapi anak yang sakit.
1. Berhenti mencari saran medis di internet
Ketika anak memiliki gejala-gejala penyakit tertentu, kebanyakan orangtua akan langsung mencari di Internet tentang diagnosa penyakitnya, tetapi hal tersebut tidak akurat dan tidak cukup meyakinkan. Daripada berasumsi dan semakin khawatir, bawalah anak ke dokter.
"Diagnosa harus dilakukan melalui evaluasi medis dan tidak bisa sembarangan," kata Bush
2. Pergi ke UGD di segala situasi
Saat anak sakit, rasanya memang ingin langsung bertemu dokter agar bisa ditangani. Padahal keluhan yang dialami anak merupakan gejala ringan. Jika memang tidak darurat, anak masih sadar, mau makan dan tak cedera parah, cobalah hubungi dulu dokter si kecil, sebelum membawanya ke UGD.
3. Meminta antibiotik
Wajar jika anak-anak kita menjadi lebih baik setelah mengkonsumsi antibiotik, tetapi Dr. Bush mengatakan antibiotik tidak harus selalu menjadi pilihan.
"Ada saat-saat ketika sangat tepat untuk memberikan antibiotik yaitu ketika terinfeksi bakteri, tetapi untuk pasien yang terinfeksi virus, itu tidak," katanya.
Pilek dan batuk tidak perlu antibiotik. Keluhan itu hanya perlu waktu untuk sembuh. Pemberian antibiotik terlalu sering dapat menyebabkan bakteri tahan dengan antibiotik, yang kemudian sulit untuk dilawan.
4. Menolak atau Menunda Vaksin
Ironisnya, sama seperti orang tua yang terburu-buru berobat ke UGD, sebagian lain takut dengan vaksin. Banyak bukti ilmiah yang sangat kuat bahwa imunisasi mencegah banyak penyakit anak yang mematikan dan melemahkan anak.
Untuk penundaan vaksin, terutama pada bayi, dapat membuat tubuh tidak terlindungi lebih lama. Jadi, sangat menunda vaksin apalagi menolaknya.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jika sewaktu-waktu anak mengalami masalah kesehatan, obat tersebut bisa membantu meredakan gejalanya.
Baca SelengkapnyaAda efek buruk yang sering tak disadari para orangtua.
Baca SelengkapnyaRasa pahit dan getir pada obat membuat anak-anak kadang sangat sulit untuk meminumnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Anak yang berusia di bawah tiga tahun atau batita, memang sangat mudah cemas dan menangis ketika ditinggal orangtua.
Baca SelengkapnyaSunscreen disarankan untuk dipakai sejak bayi, namun pemakaiannya harus tepat. Produknya pun harus dipilih dengan cara yang tepat agar perlindungannya maksimal.
Baca SelengkapnyaJangan sampai perhiasan yang dikenakannya malah membahayakan.
Baca SelengkapnyaJangan sampai berlebihan karena efeknya malah bisa bikin berat badan anak tak kunjung bertambah.
Baca SelengkapnyaKulit si kecil rentan mengalami iritasi dan ruam karena suhu maupun bahan-bahan tertentu. Jangan sampai tumbuh kembangnya terganggu karena masalah kulit.
Baca SelengkapnyaJika anak Kamu mengalami berat badan yang tidak normal, berikut rekomendasi susu untuk menaikkan berat badan anak.
Baca Selengkapnya