Bentuk Kepala Bayi Tak Biasa, Ada Masalah Kesehatan?
Dream - Bayi yang baru lahir, terutama melalui persalinan pervaginam atau normal, memiliki bentuk kepala yang mungkin tak biasa. Ada yang lonjong, miring atau mungkin berbentuk lain. Hal tersebut pada awal kelahiran boleh dibilang normal.
"Kepala bayi bentuknya kerap aneh karena tekanan saat dilahirkan, jadi bayi keluar dengan kepala kerucut,” kata Kathleen Rowland, Profesor obstetri dan ginekologi di Rush Medical College, dikutip dari Fatherly.
Tengkorak bayi akan melakukan penyesuaian dengan sendirinya dalam waktu 24 hingga 72 jam. Dari sana, bentuk kepala bayi mulai memberikan petunjuk apakah mereka memiliki masalah bawaan atau apakah harus mendapat terapi khusus.
Kebanyakan bayi terlahir dengan titik lunak di kepalanya atau dikenal sebagai fontanel. Hal ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Celah dalam tengkorak bayi ini, akan menutup sepenuhnya dalam waktu dua tahun. Adanya celah tersebut untuk memungkinkan otak tumbuh optimal.
Ada juga kondisi genetik yang dikenal sebagai craniosynostosis, yaitu tidak ada cukup ruang bagi otak untuk tumbuh dan dapat mengakibatkan kepala cacat permanen, serta gangguan penglihatan dan tidur, kesulitan makan, dan masalah perkembangan mental termasuk penurunan IQ.
“Jika bayi tidak memiliki titik lunak itu adalah masalah besar," ujar Rowland.
Segera Lakukan Pemeriksaan
Craniosynostosis relatif jarang dan hanya mempengaruhi satu dari setiap 2.000 hingga 3.000 anak. Masalah lainnya pada bentuk kepala bayi adalah kepala yang rata atau plagiocephaly. Kasusnya cukup meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
"Kepala datar sering kali terjadi karena bayi menghabiskan terlalu banyak waktu telentang di luar waktu tidur dan tidak cukup banyak menghabiskan waktu tengkurap," kata Rowland.
Penting untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter anak minimal dua bulan sekali, sekaligus imunisasi. Hal ini agar masalah tumbuh kembang seperti bentuk kepala bisa diketahui lebih cepat dan penanganannya lebih optimal. Jangan tunda untuk melakukan konsultasi jika merasa ada yang aneh dengan bentuk kepala si kecil.
Bayi Seringkali Cegukan, Ternyata Ini Penyebabnya
Dream - Bayi di bawah usia 6 bulan cukup sering mengalami cegukan, meskipun tak berbahaya tapi kita merasa tak tega. Terutama pada bayi baru lahir, cegukan membuatnya jadi tak nyaman saat tidur.
Cegukan terjadi biasanya setelah bayi cukup banyak minum ASI atau sufor. Hal ini sebenarnya normal. Cegukan disebabkan oleh kejang diafragma kecil dan otot besar yang membentang di bagian bawah tulang rusuk dan bergerak naik turun saat kita bernapas.
"Cegukan, yang terjadi di saluran pencernaan, hampir tidak pernah menunjukkan adanya masalah pada bayi baru lahir atau bayi," kata Christal-Joy Forgenie, MD, seorang dokter anak di Soha Pediatrics di New York City.
Cegukan pada bayi baru lahir paling sering disebabkan saat si kecil terlalu banyak minum, minum susu terlalu cepat, atau menelan banyak udara.
"Semua hal ini dapat menyebabkan perut kembung. Saat perut membengkak, sebenarnya mendorong diafragma, yang menyebabkannya kejang, dan cegukan," kata Forgenie.
Perubahan Suhu
Ia juga menjelaskan kalau cegukan pada bayi baru lahir sangat umum terjadi setelah atau bahkan selama menyusui. Bayi cegukan juga bisa terjadi akibat perubahan suhu perut secara tiba-tiba. Misalnya, memberi bayi susu dingin dan beberapa menit kemudian memberi anak makanan panas. Menurut Forgenie, kombinasi ini justru bisa memicu bayi cegukan.
Selain pemicu terkait makan, beberapa kasus cegukan bayi dapat disebabkan oleh gastroesophageal reflux, atau GER. Saat mengalami gastroesophageal reflux, makanan yang dicerna sebagian dan cairan asam dari lambung mengalir kembali ke kerongkongan yang menyebabkan rasa terbakar dan tidak nyaman.
Hal ini karena esofagus melewati diafragma, ia bisa mengalami iritasi dan menyebabkan banyak bayi cegukan. “Kedengarannya intens, tapi ini cukup umum dan tidak selalu menimbulkan masalah bagi bayi,” kata Forgenie.
Laporan Anisha Saktian Putri/ Sumber: Fimela
Bikin Tercengang, 4 Fakta Unik Bayi Baru Lahir
Dream - Bayi yang baru lahir tampak begitu mungil dan rapuh. Wajahnya bisa tampak berbeda dalam sekejap. Hanya bisa menangis, tidur dan mengedipkan mata. Hal yang paling menggemaskan adalah refleksnya menggenggam (palmar grasp reflex).
Saat kita menaruh telunjuk di jari-jarinya, si bayi akan menggengam dengan erat. Respons yang sangat manis dan menghangatkan hati dan juga sebagai penanda kalau perkembangan syarafnya dalam kondisi normal.
Respons ini akan hilang ketika bayi berusia 3 atau 4 bulan. Bayi yang baru lahir memang memiliki keunikan tersendiri yang kerap tak disadari. Penasaran? Yuk simak fakta-faktanya berikut.
Tidak bisa merasakan garam
Bayi terlahir dengan indera perasa yang berkembang dengan baik, tetapi tidak bisa merasakan garam. Penelitian menunjukkan bahwa bayi tidak dapat merasakan garam sampai mereka berusia sekitar empat bulan.
Bayi baru lahirnya rupanya dapat mencicipi rasa lain sebaik orang dewasa, terutama rasa manis, pahit, dan asam, dan bahkan mungkin lebih baik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi sebenarnya memiliki lebih banyak indra perasa daripada orang dewasa.
Menangis tapi tidak meneteskan air mata
Bayi baru lahir sering menangis, tetapi mereka tidak dapat meneteskan air mata. Hal ini karena saluran air mata tak berfungsi sampai mereka berusia antara tiga hingga 13 minggu. Bayi baru lahir dapat menghasilkan “air mata basal” yaitu air mata nonemosional yang dihasilkan untuk menjaga mata tetap lembab.
Tidak memiliki tempurung lutut
Jika dilakukan rontgen pada kaki, kita tidak akan melihat apa pun di tempurung lututnya. Kondisi lutut di rontgen hanya berupa bintik-bintik kecil. Mengapa? Semua tulang berawal sebagai tulang rawan, dan akan mengeras seiring waktu.
Tempurung lutut membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terbentuk (3 hingga 5 tahun) dan karena tulang rawan tidak terlihat pada sinar-X, bayi tampaknya tidak memiliki tempurung lutut. Kurangnya tempurung lutut yang keras adalah hal yang baik, karena jaringan spons berfungsi untuk menyerap beberapa penyalahgunaan yang dilakukan balita selama bulan-bulan merangkak dan dari sering jatuh.
Memiliki lebih banyak tulang daripada orang dewasa
Bayi baru lahir ternyata memiliki tulang yang lebih banyak. Jumlahnya sekitar 300, sementara orang dewasa jumlah tulangnya sebanyak 206. Beberapa tulang bayi yang terpisah rupanya bakal bergabung menjadi satu tulang setelah beberapa bulan dan tahun setelah lahir.
Contohnya, tulang tengkorak dibentuk dari beberapa tulang terpisah yang bergabung menjadi satu tulang besar pada usia dua tahun.
Sumber: Reader's Digest
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jangan Biarkan Anak Bergadang, Bisa Picu Masalah Telinga hingga Konsentrasi
Begadang bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada anak. Ketahui apa saja dampak begadang lainnya.
Baca SelengkapnyaSebelum Pakaikan Perhiasan untuk Bayi, Ketahui Risikonya
Jangan sampai perhiasan yang dikenakannya malah membahayakan.
Baca SelengkapnyaBeda Usia, Ternyata Beda Cara Perawatan Gigi Anak
Jaga kesehatan gigi dan gusi si kecil sejak dini agar tidak bermasalah di kemudian hari.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bahaya Terlalu Sering Mengucek Mata, Bisa Picu Masalah Kornea
Mengucek mata bisa disebabkan beberapa hal. Ketahui penyebabnya agar bisa terhindar dari kebiasaan yang justru memperburuk kesehatan mata.
Baca SelengkapnyaMain Petak Umpet Direkomendasikan Psikolog Biar Anak Tak Mudah Cemas Saat Ditinggal
Anak yang berusia di bawah tiga tahun atau batita, memang sangat mudah cemas dan menangis ketika ditinggal orangtua.
Baca SelengkapnyaAnak Laki-Laki Ini Dulu Kepingin jadi Dokter, Kini Malah Sukses jadi Pelawak yang Sebentar lagi Menjadi Anggota Dewan
Karena tekad dan kerja keras, bocah laki-laki ini berhasil melewati berbagai rintangan.
Baca SelengkapnyaNOTED KAK! Ketika Karyawan Tak Mau Tersaingi Anak Baru
Sahabat dream, bersaing secara sehat di dunia pekerjaan adalah hal lumrah. Namun kalau senior gak mau kalah sama junior?
Baca Selengkapnya