Angka Stunting Anak Indonesia Masih Tinggi, Pantau Tinggi dan BB Anak
Dream - Stunting masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang dihadapi anak-anak Indonesia. Menurut studi Status Gizi Indonesia 2021, angka stunting telah turun sebanyak 3,3 persen dibandingkan dari data tahun sebelumnya. Sayangnya, angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan angka yang dianjurkan WHO.
Angka minimal yang dianjurkan WHO yaitu di bawah 20 persen, sedangkan Indonesia masih berada di angka 24,4 persen.
Stunting biasanya terjadi pada anak dengan asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat. Tentunya gangguan pertumbuhan dan perkembangan ini akan memengaruhi kecerdasan juga fisik si kecil. Pada umumunya tubuh anak yang pendek menjadi ciri anak yang mengalami stunting.
“Perawakan pendek merupakan salah satu keluhan gangguan pertumbuhan yang sering menjadi alasan kecemasan orangtua. Jika anak pendek, kurus dan mengalami gangguan perkembangan, bisa dicurigai terjadi stunting,” ujar Madarina Julia, dokter spesialis anak Konsultan Endokrinologi pada konferensi virtual Merck dan BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) Umumkan Kolaborasi untuk Dukung Percepatan Penanggulangan Stunting di Indonesia.
Menurut dr. Madarina anak yang bertubuh pendek bukan satu-satunya hal yang menunjukan jika si kecil mengalami stunting. Jika anak pendek namun tidak kurus, bisa jadi tidak mengalami stunting. Jadi ibu harus tetap berkonsultasi dengan ahli gizi untuk memantau perkembangan anak dengan tepat.
Anak Stunting Punya Masalah Perkembangan
Gizi anak yang buruk dan infeksi berulang yang terjadi pada anak stunting tentu membuat riwayat gizi dan kesehatan anak kurang baik. Dan tentu hal ini akan mengganggu tumbuh kembang si kecil.
Untuk dapat mendeteksi dini masalah stunting, sebaiknya pantau panjang atau tinggi badan si kecil. Jangan lupa untuk rutin menimbang berat badan juga diukur lingkar kepalanya untuk dinilai perkembangannya.
Kekeliruan Penanganan Stunting
Stunting dapat dideteksi dan mendapatkan penanganan dini sehingga perkembangan kehidupan anak tidak terganggu. Sayangnya, banyak terjadi kekeliruan penanganan stunting yang sering dilakukan orangtua, seperti memberikan tambahan susu atau makanan tinggi kalori kepada anak yang tidak memerlukan. Tentunya hal ini bisa sangat merugikan.
Anak akan tumbuh menjadi obesitas yang berisiko mengalami diabetes mellitus juga berbagai penyakit tidak menular di kemudian hari.
“Kemajuan teknologi telah memungkinkan orang tua untuk bisa memantau tumbuh kembang anak melalui aplikasi tumbuh kembang. Deteksi dini stunting maupun perawakan pendek lainnya sangat penting. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, tumbuh kembang anak dapat kembali optimal,” ujar dr. Madarina.
Cegah Stunting Pada Anak
Mencegah stunting bukan dimulai sejak anak lahir, melainkan sejak anak dalam kandungan. ibu hamil harus teredukasi untuk mencukupi asupan makronutrien, mikronutrien serta zat besi.
Mengingat masa emas pertumbuhan anak terhitung sejak 1.000 hari pertama, sebaiknya berikan ASI eksklusif hingga 6 bulan. Lalu berikan ASI juga makanan pendamping yang bergizi dan seimbang hingga usia 2 tahun.
Tidak sampai di situ, tumbuh kembang anak masih sangat panjang. Jadi perhatikan asupan harian si kecil. Dalam satu porsi makan sebaiknya setengah diisi oleh sayuran dan buah-buahan, setengahnya lagi diisi oleh sumber protein (hewani atau nabati) dan karbohidrat.
Memenuhi gizi anak tentunya tidak dapat dipelajari dalam sehari. Jadi orangtua harus belajar setiap hari dalam memaksimalkan tumbuh kembang anak agar tidak mengalami stunting.
Dukungan untuk Cegah Stunting
Menyadari stunting harus segera diatasi, BKKBN yang telah ditunjuk oleh Presiden Republik Indonesia sebagai pelaksana upaya percepatan penurunan stunting nasional hingga 2024 siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan upaya tersebut.
“Melalui program Indonesia Cegah Stunting, kami telah mengerahkan dukungan ribuan tenaga untuk melakukan edukasi mengenai pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak dan penegakkan deteksi dini stunting,” kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, dr. Hasto Wardoyo pada kesempatan yang sama.
Merck Indonesia bersama BKKBN juga mengadakan rangkaian program edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait masalah gangguan pertumbuhan pada anak.
“Kami berharap melalui kolaborasi bersama Merck pencegahan stunting hingga 14% pada tahun 2024 dapat terwujud secara optimal,” ujar dr. Hasto.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Siapa yang sangka bahwa daun kelor ternyata menjadi rahasia untuk meningkatkan kesehatan anak-anak?
Baca SelengkapnyaSetiap orangtua diharapkan dapat lebih memperhatikan kondisi anak mereka, bahkan sejak usia bayi, untuk dapat mendeteksi stunting secepat mungkin.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kebanyakan orang juga menganggap bahwa diet dengan defisit kalori sudah cukup untuk mencapai berat badan ideal.
Baca SelengkapnyaPerhatikan pola diet sehari-hari, karena ada makanan yang bisa memicu kantong mata.
Baca Selengkapnya