Pengalaman Homeschooling, Bikin Anak Lebih Bertanggung Jawab

Dream - Hak anak-anak adalah mendapat pendidikan terbaik. Dan pendidikan yang baik bukan melulu didapatkan dari sekolah, tapi dasarnya berasal dari rumah. Orangtua jadi guru pertama bagi anak-anak. Merekalah yang akan menanamkan nilai, norma serta keterampilan hidup yang sangat dibutuhkan anak untuk masa depannya.

Jika selama ini banyak orangtua berlomba untuk memasukan anak ke sekolah unggulan, elit atau semacamnya ada yang memilih untuk menyekolahkan di rumah atau homeschooling (HS).
Orangtua yang turun langsung mendampingi anak-anak belajar.

Seperti pengalaman Dian Oktina (38) atau akrab disapa Dian, yang menerapkan homeschooling pada dua anaknya, Darell (10) dan Khosyi (7). Sudah sejak 2015, keduanya belajar
di rumah. Awalnya karena saat Darell, anak pertamanya bersekolah di sekolah biasa. Namun sistem sekolah ternyata tak sesuai dengan prinsip orangtua.

Dengan dukungan dari dari rekan-rekannya yang juga menerapkan HS dan memanfaatkan internet, Dian dan suaminya Arif pun memutuskan untuk menyekolahkan Darell dan Khosyi di
rumah.

"Kepepet, karena pas mereka sekolah setahun kok ya kami orangtuanya malah gak sreg sama sistem sekolahnya, jadi ya anak-anak kami tarik dari sekolah. Jadinya ya kami
homeschooling-kan," ujar ibu tiga anak, ini kepada Dream.

Untuk proses awal menerapkan HS, Dian mengungkap kalau banyak memanfaatkan situs-situs edukasi dari luar negeri. Anak-anak belajar lewat internet dengan pendampingan ayah dan
ibu. Pada tahun pertama ia juga sempat mengalami kebingungan.

"Setahun pertama masih ga tau mau bagaimana. Proses belajar kebanyakan lewat web-web edukasi dari luar. Memasuki tahun kedua mengalir saja, mereka minta tambahan kegiatan
olahraga ya kami ikutkan renang dan wushu. Kalau pendampingan kebetulan teman-teman dari sekolah lama ada juga beberapa yang homeschooling, jadi kami masih bertemu dan membuat
kegiatan bersama anak-anak," kata Dian.

Sebelum menerapkan homeschooling, Dian tentunya menjelaskan pada kedua anaknya, cara mereka bersekolah berbeda dengan kebanyakan teman seusianya. Mereka akan belajar di rumah
dengan didampingi ayah atau ibunya.

"Dikasih tahu ke anak-anak dengan bahas yang gampang gampang dimengerti, Alhamdulillah mereka ngerti. Mungkin penerimaan dari anak-anak adalah mereka lebih mudah untuk
mainnya," ujar Dian.

Sosialiasi anak-anak homeschooling
Banyak yang beranggapan kalau anak-anak yang sekolah di rumah, tak bisa belajar bersosialisasi karena tak banyak berinteraksi. Hal ini sebenarnya tak sepenuhnya benar.

Untuk Darell dan Khosyi, justru mengikuti banyak kegiatan lain, seperti les musik, wushu dan berenang yang rutin mereka lakukan. Saat itulah mereka banyak berinteraksi dengan teman sebayanya.

Dian juga sering mengajak mereka untuk mengikuti kegiatan seru lainnya, seperti main bersama seperti menyusur sungai dengan komunitas Cilwung serta kegiatan lain bersama teman-
teman di sekolah lama yang juga homeschooling. Dian dan Arif punya prinsip agar Darell dan Khosyi bisa belajar apa saja dan di mana saja.

"Kami selaku orangtua bertanggung jawab penuh atas pendidikan anak-anak. Untuk beberapa materi saya tentu kerja sama dengan ayahnya, untuk bisa memberi tahu dan mengarahkan,"
kata Tina.

Setelah menjalani HS selama tiga tahun, Dian bercerita kalau kedua putranya sudah memiliki tanggung jawab yang sangat baik. Darell dan Khosyi langsung Solat, membereskan kamar,
bahkan mencuci baju tanpa perlu diingatkan.

"Menjalani homeschooling sudah hampir 3 tahun, untuk progres secara akademis sudah pasti beda, tapi mereka minimal sudah bisa bertanggung jawab atas keperluan pribadi sendiri. Bahkan sudah bisa menjaga adik bungsunya, Audi," ujar ibu yang tinggal di Depok ini.

Peran orangtua

Menjalani homeschooling memang sangat mengandalkan peran orangtua. Mereka yang membentuk sendiri sistem di rumah agar anak-anak bisa belajar banyak hal.

Bukan melulu soal akademis tetapi juga keterampilan hidup. Untuk saat ini Dian dan Arif ingin anak-anak jadi pribadi yang mandiri. Sementara untuk kelanjutan homeschooling di tingkat selanjutnya mereka belum memutuskan.

"Sampai sekarang belum ada keputusan pasti apakah mau nerusin homeschooling di SMP atau tidak, kekhawatiran kami adalah takutnya kami tidak mampu mendampingi dengan materi yg
lebih tinggi," ungkap Dian.

Bagi Anda yang juga sedang bimbang memilih sekolah bagi anak atau merasa tak sesuai dengan sistem pendidikan di sekolah-sekolah konvensional, tak ada salahnya untuk mempertimbangkan homeschooling. Sebelumnya, perbanyak melakukan riset terkait komunitas homeschooling di sekitar rumah.

Untuk keputusan sendiri, harus dibicarakan dengan pasangan. Hal ini karena peran ayah dan ibu begitu besar dalam pendampingan pengajaran. Dian juga mempunyai pesan tersendiri untuk
para orangtua yang ingin menerapkan homeschooling untuk pendidikan anak-anak.

"Memulai homeschooling baiknya sudah sepakat antara ayah dan ibu, sehingga dalam perjalanannya orangtua juga yang menentukan arahnya anak-anak mau kemana. Selain itu baiknya ditetapkan nilai-nilai apa yang mau ditanamkan anak-anak. Misalnya, porsi agama lebih banyak daripada akademis, atau mungkin kegiatan olahraga lebih banyak, tergantung minatnya anak juga mau kemana. Apapun bentuknya selama orangtua dan anak-anak senang, InsyaAllah lancar," ujarnya.

Punya pengalaman seru, menegangkan atau penuh inspirasi saat mengurus si kecil? Atau pengalaman menata rumah baru bersama pasangan? Bagi cerita Anda di parenting.dream.co.id dengan mengirimkan email ke komunitas@dream.co.id dengan subjek ParentingShare.